Mengamati kasus Membangun Bangda dan Negara yang Dikehendaki Tuhan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 269 Tangerang untuk dimintai keterangan. Polisi juga menemukan 6 buruh di antara mereka yang disekap kondisinya memprihatinkan. Pakaian yang dikenakan kumal dan compang camping karena berbulan bulan tidak ganti. ”Kondisi tubuh buruh juga tidak terawat, rambut cokelat, kelopak mata gelap, dan berpenyakit kulit,” kata Shinto. Mereka rata-rata tiga bulan tidak mandi dan tidak ganti baju, karena uang, telepon genggam dan pakaian dari kampung yang dibawa disita pemilik pabrik. Joniansyah http:www.tempo.coreadnews2013050406447793525-Buruh-Panci-Disekap-3-Bulan-Tidak-Mandi

2. PendalamanDiskusi

Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi, setelah menyimak kasus penyiksaan buruh di tangerang dengan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: a. Apa pesan dan kesanmu tentang cerita itu? b. Apakah ada kasus-kasus ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat kecil yang dilakukan oleh para penguasa politik dan ekonomi seperti dalam kisah buruh Tangerang tersebut, atau bahkan jauh lebih kejam, hingga merenggut nyawa para pekerja yang ingin membela hak-haknya? jelaskan. c. Mengapa sering terjadi kasus-kasus ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat kecil di negeri ini? Apa akar masalahnya? d. Apa penilaianmu terhadap pembangunan, khususnya di bidang politik dan ekonomi selama ini?

3. Peneguhan

Guru memberikan penjelasan, setelah mendengarkan laporan hasil diskusi kelompok. Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cita tanah air,berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Apakah cita- cita bangsa Indonesia yang digagaskan oleh pendiri bangsa, Soekarno-Hatta dan para pendiri lainnya, sudah sungguh terwujud pada saat ini? Ataukah sebaliknya, cita-cita luhur itu, justru masih jauh dari apa yang diharapkan? Pada penjelasan ini, kita akan membatasi diri pada menyadari situasi politik dan ekonomi di tanah air. 270 Kelas XII SMA

a. Situasi Politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu didasarkan pada alasan pelaksanaan Demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah upaya memepertahankan kekuasaan regim dan kroni-kroninya saat itu. Artinya, demokrasi yang dijalankan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa atau pura- pura. Bukan lagi demokrasi dalam pengertian dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang dianggap kritis. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan subversif menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itulah banyak orang kritis ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara. Sekarang, kita sudah memasuki zaman reformasi. Namun, yang diharapkan pada awal Orde Reformasi ternyata tidak terpenuhi, meskipun harus diakui bahwa ada beberapa perubahan. Ada kebebasan mengungkapkan pendapat dan kebebasan berserikat. Akan tetapi, banyak masalah justru menjadi semakin parah. Salah satu yang sangat mencolok adalah hilangnya cita rasa dan perilaku politik yang benar dan baik. Politik merupakan tugas luhur untuk mengupayakan atau mewujudkan kesejahteraan bersama. Tugas dan tanggung jawab itu dijalankan dengan berpegang pada prinsip-prinsip, sikap hormat, serta setia pada etika dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Akan tetapi, dalam banyak bidang prinsip-prinsip etika itu tampaknya makin diabaikan, bahkan ditinggalkan oleh banyak orang, termasuk oleh para politisi, pelaku bisnis, dan pihak-pihak yang mempunyai sumber daya yang berpengaruh di negeri ini. Dewasa ini, politik hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Dari apa yang sedang berlangsung sekarang, tampak bahwa politik menjadi ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan kepentingan ekonomi atau kepentingan inansial pribadi dan kelompok. Terkesan tidak ada upaya serius untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Bukan kepentingan bangsa yang diutamakan, melainkan kepentingan kelompok, dengan mengabaikan cita-cita dan kehendak kelompok lain. Yang lebih memprihatinkan lagi ialah agama sering digunakan untuk kepentingan kelompok politik. Simbol-simbol agama dijadikan lambang politik kelompok tertentu, dengan demikian membangun sekat-sekat antara penganut agama, yang kadang kala melahirkan berbagai bentuk kekerasan yang berbau SARA.