Mengenal lebih jauh tentang agama Hindu
222 Kelas XII SMA
Hal yang langsung berhubungan dengan ibadat adalah bangunan- bangunan pura yang tidak hanya merupakan tempat upacara ibadah
dilaksanakan, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan dan hidup sosial.
3 Kitab Suci Agama Hindu Dalam Hindu Dharma terkenal kitab-kitab Weda, Usana Bali, dan
juga Upanisad. Isi tulisan suci ini beraneka ragam, tetapi bagian yang terbesar berupa doa dan himne, juga ajaran mengenai Allah Brahman,
dewa-dewa, alam, dan manusia. Ajaran-ajaran tersebut tidak mengikat secara ketat dogmatis, sehingga ada beraneka ragam aliran dan
pandangan dalam ajaran Hindu.
4 Ajaran yang Pokok
Tujuan pokok hidup manusia menurut agama Hindu Dharma adalah moksha, yaitu pembebasan dari lingkaran reinkarnasi yang tak habis-
habisnya samsara. Pembebasan ataupun mokhsa ini dapat dicapai melalui tiga jalan trimarga, yaitu karma-marga, jnana-marga,
dan bhakti-marga. Dengan karma-marga orang ingin mencapai moksha dengan melakukan karya, askese badani, yoga, tapa, ketaatan
pada aturan-aturan kasta. Karya-karya yang paling berharga dalam karma-marga adalah samskara, yakni kedua belas upacara liturgis yang
berkaitan dengan tahap-tahap kehidupan seseorang.
Dengan Jnana-marga, penyucian diri guna mencapai moksha dilakukan dengan jalan askese budi, mengheningkan cipta dalam meditasi, dengan
tujuan semakin menyadari kesatuan dirinya dengan Sang Brahma.
Sedangkan dengan Bhakti-marga orang menyucikan diri dengan penyerahan diri seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan
Tuhan.
5 Kasta-Kasta
Agama Hindu di India memang mengenal pembagian masyarakat menjadi empat kasta caturwarna; brahmana, ksatria keduanya adalah
kasta bangsawan, rajawi, waiseya petani, prajurit, dan pedagang dan sudrajaba rakyat jelata. Sebenarnya di luar keempat kasta ini masih
ada kelompok kelima yang disebut paria, yakni mereka yang tersisih, tak mempunyai tempat sosial, marginal, dan terbuang. Namun demikian,
dalam agama Hindu Dharma pembagian tersebut tinggal sisa-sisanya yang tak begitu berarti lagi.
6 Hari Raya Agama Hindu Hari raya Nyepi merupakan hari besar agama Hindu. Kendati hari
nyepi ini jatuh pada pergantian tahun baru Saka, hari tersebut bukanlah hari mengadakan perayaan pesta, melainkan hari untuk menyucikan
dan memperkuat diri terhadap perngaruh roh-roh jahat.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 223
Pada hari raya Nyepi umat Hindu dilarang menyalakan api, melakukan pekerjaan, berpergian, dan hubungan seks.
Selain hari raya Nyepi, juga ada hari raya lainnya yaitu Galungan yang jatuh pada hari Rabu Kliwon dan Wuku Dungulan setiap 210
hari sekali. Tujuannya memohon ke hadapan Ida Sanghyang Widhi, Bhatara-Bhatari, dan para leluhur agar pemujaannya dianugerahi
keselamatan dan kesejahteraan.
d. Pandangan Agama Katolik terhadap Agama Hindu Konsili Vatikan II dalam dekrtit tentang Nostra Aetate menjelaskan,
“Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara berbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya kekuatan gaib, yang hadir pada
perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadang- kadang ada pengakuan terhadap Kuasa Ilahi yang tertinggi atau pun Bapa.
Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang
terikat pada perkembangan kebudayaan, berusaha menanggapi masalah- masalah tadi dengan faham-faham yang lebih rumit dan bahasa yang lebih
terkembangkan. Demikianlah dalam Hinduisme manusia menyelidiki misteri Ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-mitos yang
melimpah serta dengan usaha-usaha ilsafat yang mendalam. Hinduisme mencari pembebasan dari kesesakan keadaan entah melalui bentuk-bentuk
hidup berulah-tapa atau melalui permenungan yang mendalam, atau dengan mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan.....
Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-
cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri,
tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun, Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan
Kristus, yakni “jalan, kebenaran, dan hidup”
lih. Yoh 14: 6; dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, “dalam Dia pula Allah
mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya”. Oleh karena itu, Gereja mendorong para putranya supaya dengan bijaksana
dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup
Kristiani, mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada mereka”
NA.2.
224 Kelas XII SMA