Mengamati kasus Mengamati Kasus Intolerasi antar-umat beragama

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 237

b. Diskusi kelompok

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari para peserta didik, guru mengajak para peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok tentang kasus-kasus intoleransi antar-umat beragama. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul, misalnya 1 Apa penyebab terjadinya intoleransi antarumat beragama? 2 Apa akibat terjadinya intoleransi antarumat beragama? 3 Apa tindakan atau sikap yang sebaiknya dilakukan oleh masyarakat yang hidup di tengah masyarakat yang heterogen di Indonesia?

c. Melaporkan hasil diskusi

Guru meminta peserta didik untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, baik dalam bentuk pertanyaan informatif atau pernyataan kritis atas laporan hasil diskusi kelompok.

d. Peneguhan

Guru memberikan penguatan setelah mendengar laporan dari semua kelompok diskusi serta tanya jawab dalam proses pelaporan hasil diskusi tersebut.

2. Toleransi hidup antarumat Beragama di Indonesia

a. Mengamati model toleransi antarumat beragama di Indonesia

Guru mengajak peserta didik untuk mengamati gambar yang ada pada buku siswa, halaman 140 serta membaca artikel dari sebuah harian berikut ini. “Merdeka.com - Kalau bisa hidup berdampingan, kenapa harus bertikai? Kalimat, ‘Lakum Diinukum Waliyadiin,’ memiliki makna yang luar biasa untuk memahami toleransi umat beragama. Terlebih lagi, sebagai bangsa Indonesia yang memiliki lima agama, tentunya toleransi sangat diperlukan. Untuk memahami kalimat, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”, agaknya kita bisa belajar dari dua tempat ibadah berbeda agama namun bisa hidup dengan rukun dan damai. Adalah Masjid Al Akbar Surabaya MAS dan Gereja Paroki Sakramen Mahakudus yang sama-sama berdiri bersebelahan di Jalan Pagesangan Baru. Istimewanya, kedua tempat ibadah yang berdiri megah ini, sama- sama mendapat persetujuan dari mantan Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Almarhum Cak Narto H Soenarto Soemoprawiro dengan peletakkan batu pertama oleh Wakil Presiden RI H Try Sutrisno pada bulan Agustus 1995. Sedangkan pembangunannya dimulai sejak September 1996. 10 Nopember 2000, MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus diresmikan secara bersamaan oleh Almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang saat itu masih menjabat sebagai presiden ke empat RI. 238 Kelas XII SMA “Memang, kedua tempat ibadah ini disepakati berdiri dan diresmikan secara bersamaan, sebagai simbol kerukunan umat beragama di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Kenapa demikian, agar bangunannya sama-sama tinggi, sama-sama rendah, karena inilah wujud kebersamaan sebagai negara yang saling menghormati antarpemeluk agama,” terang Ketua Bidang Kerosulan Paroki Sakramen Mahakudus Josaphat Haryono, Sabtu 89. Bahkan, lanjut dia, tak jarang kami saling bahu membahu untuk membantu satu sama lain. “Misalnya ketika kita mengadakan acara Misakudus, karena jemaatnya bejibun dan tak ada lahan parkir, pihak Masjid Agung MAS bersedia meminjamkan lahan parkirnya. Dari GP Ansor juga ikut membantu dalam soal keamanan. Kalau dulu, saat peresmian, PDIP juga ikut membantu keamanannya,” kata dia bercerita. Sekadar informasi, sebagai pemekaran Paroki Yohanes Pemandi dan Paroki Gembala Yang Baik, paroki ini dibangun berkat kerja keras Romo Johanes Heijne SVD. Proses perizinan panjang dan berliku, tapi beres berkat kebijaksanaan Cak Narto. Dan dari sekian gereja dan masjid yang ada di Surabaya, hanya MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus yang berdiri bersebelahan. Kedua bangunan megah ini, hanya dipisah ruas jalan dengan lebar sekitar 10 meter. Ketika diresmikan presiden sekaligus ulama’ kontroversial itu, jemaat Paroki Sakramen Mahakudus meminta Gus Dur untuk memimpin doa. “Namun dijawab oleh Gus Dur, kalian itu yang lebih dekat dengan Tuhan, wong kalian itu manggilnya Bapak, jadi yang paling dekat dengan Tuhan itu ya kalian,” kata Josaphat menceritakan lelucon yang dilontarkan Gus Dur, sambil mengingat-ingat pidato salah satu tokoh NU tersebut. “Mungkin baru kali ini ada Presiden Republik Indonesia yang meresmikan gereja dan memberikan kata sambutan sangat menarik,” terangnya. Di tempat terpisah, di pelataran MAS, seorang jamaah mengatakan kalau di Surabaya kerukunan umat beragama masih tergolong kondusif dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Salah satu buktinya adalah keberadaan MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus yang bisa hidup berdampingan dengan saling menghormati satu sama lain. “Ini wujud dari ayat Lakum Diinukum Waliyadiin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Jadi kita tak perlu saling bersitegang soal keyakinan masing-masing, asal kita sama-sama tidak saling mengganggu. Dan buktinya, sejak kedua tempat ibadah ini berdiri, kita sama-sama tidak terganggu dengan aktivitas beribadah kita masing-masing,” kata Ragil Priyonggo yang hendak menunaikan ibadah salat Zuhur di MAS. MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus, diproyeksikan untuk mewujudkan konsep masjid dan gereja dalam arti luas, MAS sebagai Islamic Center dengan peran multidimensi dengan misi religius, kultural dan edukatif termasuk wisata religi, untuk membangun dunia Islam yang rahmatan lil alamien. Begitu juga dengan Paroki Sakramen Mahakudus yang sanggup menjadi pusat gereja dengan konsep yang sama. Secara lahiriyah, MAS dan Paroki Sakramen Mahakudus menjadi landmark kota Surabaya, dan secara