Menghayati Kejujuran dalam hidup sehari-hari

108 Kelas XII SMASMK Tiga pemimpin itu akhirnya bertemu dan bergabung dengan Patriark Bartholomew I sebelum melanjutkan ke taman Vatikan untuk “Doa bagi Perdamaian.” Doa malam itu diadakan secara berurutan — Yahudi, Kristen, dan Islam. Doa tersebut ditawarkan dalam bahasa Ibrani, Inggris, Italia, dan Arab, memuliakan Tuhan sebagai penciptaan, memohon pengampunan dosa, dan meminta karunia perdamaian. Doa-doa itu diambil dari mazmur, sebuah doa dari pelayan Hari Atonemen Penebusan Yahudi, doa dari St. Fransiskus Assisi, dan beberapa doa Islam. Setelah doa, Paus Fransiskus, Presiden Israel Shimon Peres, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas masing-masing berbicara singkat tentang pentingnya perdamaian. “Pertemuan doa ini bagi perdamaian di Tanah Suci, di Timur Tengah dan di seluruh dunia bersama orang-orang yang tak terhitung jumlahnya dari berbagai budaya, bangsa, bahasa dan agama: mereka telah berdoa untuk pertemuan ini dan bahkan sekarang mereka bersatu dengan kita dalam doa yang sama,” kata Paus Fransiskus. “Ini adalah pertemuan yang merespon keinginan sungguh-sungguh dari semua orang yang merindukan perdamaian dan memimpikan sebuah dunia dimana pria dan wanita bisa hidup sebagai saudara dan tidak lagi sebagai lawan dan musuh.” Paus kemudian memperingatkan, “Seruan perdamaian adalah lebih daripada peperangan.” Sejarah mengungkapkan bahwa perdamaian tidak bisa datang hanya melalui kekuatan manusia, kata Paus. “Itulah mengapa kita berada di sini, karena kita tahu dan kita percaya bahwa kita membutuhkan pertolongan Allah. Kita tidak meninggalkan tanggung jawab kita, tapi kita berseru kepada Allah dalam tindakan tanggung jawab tertinggi sebelum hati nurani kita dan sebelum rakyat kita.” Paus Fransiskus mendorong mereka yang hadir untuk “memutuskan spiral kebencian dan kekerasan” dengan kata “saudara.” Kita harus “mengangkat mata kita ke surga dan mengakui satu sama lain sebagai anak-anak dari satu Bapa,” katanya. Presiden Peres kemudian berdoa, “Saya datang ke sini untuk menyerukan perdamaian di antara bangsa-bangsa.” Dia juga mengakui, “Perdamaian tidak datang dengan mudah.” Bahkan jika perdamaian “tampaknya jauh,” lanjut presiden Israel itu, “kita harus mengejar untuk membawanya dekat.” “Kita diperintahkan untuk mengejar perdamaian,” katanya menekankan.Presiden Peres menyatakan keyakinannya, “jika kita mengejar perdamaian dengan tekad, dengan iman, kita akan mencapai perdamaian.”Dia ingat bahwa dalam hidupnya, ia melihat baik perdamaian maupun