Mengenal lebih jauh tentang agama Buddha

226 Kelas XII SMA c Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat dilenyapkan moksha dan orang mencapai nirvana kebahagiaan dengan membuang segala keinginan dan nafsu. d Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam Nirvana adalah Delapan Jalan Utama asta-arya-marga, yaitu keyakinan yang benar; pikiran yang benar; perkataan yang benar; perbuatan yang benar; kehidupan yang benar; daya upaya yang benar; perhatian yang benar; dan semedi yang benar. Dalam hukum karmasamsara, manusia terikat oleh perbuatannya karma pada roda kehidupannya cakra. Dari lahir hingga kematiannya, manusia berpindah-pindah tempat pada berbagai alam dan ruang, yakni kamaloka alam indera dan nafsu, rupaloka alam tanggapan, dan arupaloka alam bebas dari keinginan, nafsu, dan pikiran. Dengan menjalani Marga-Satya, orang dapat mencapai penerangan tertinggi bodhi, yakni jika jiwa, batin, atau diri manusia secara sempurna dibebaskan dari segala ikatan ketiga ilusi besar tentang adanya roh, diri, dan dunia, karena ketiga-tiganya sebenarnya adalah maya atau ilusi belaka. Dengan demikian, orang mencapai kebahagiaan suka, keamanan bahaya, dan kedamaian shanty yang olehnya ketiga ilusi besar tadi diganti dengan tiga kebenaran, yakni tanpa diri anatman, tiada apa-apa anitya, dan kekosongan sempurna sunya. Inilah yang dinamakan nirvana, kelenyapan diri yang total. Inilah jati segala-galanya dan merupakan kebahagiaan sempurna. Terdapat tiga aliran pokok dalam Buddhisme yang disebut Tryana, yaitu Theravada yang disebut juga sebagai Hinayana, Mahayana, dan Wajrayan yang disebut juga sebagai Tantrayana. Dalam Therevada, penganut-penganutnya mencari keselamatan secara individual. Hanya sedikit yang dapat mencapainya, karena itu dinamakan Hinayana. Sedangkan dalam Mahayana, orang yang sudah memperoleh penerangan tertinggi menunda saat mencapai nirvana guna menolong orang lain mencapai tingkat ini. Karena banyak orang yang dapat mencapainya, aliran ini disebut Mahayana. Dalam Mahayana, diri Buddha diberi kedudukan transenden dan disembah sebagai dewa yang dapat dimintai perantaraannya. Inilah juga yang berkembang di Indonesia sehingga tanpa banyak kesulitan dapat memasukkan diri dalam agama-agama monoteis. Dalam Wajrayana yang berarti kendaraan intan, Buddha dipandang sebagai dhat pribadi yang gemilang bagaikan intan yang menjadi asal dan tujuan hidup manusia. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 227

4. Hari Raya Agama Buddha Agama Buddha memiliki beberapa hari raya penting yaitu Waisak,

Kathina, Asadha, dan Magha Puja. Di Indonesia, hari raya Waisak dijadikan sebagai hari libur nasional. Penganut Buddha merayakan Waisak sebagai peringatan tiga peristiwa penting dalam agama Buddha yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta nama sebelum menjadi Buddha, hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai NibbanaNirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali “Wesakha”, yang pada gilirannya juga terkait dengan “Waishakha” dari bahasa Sanskerta.

d. Mendalami Pandangan Gereja Katolik terhadap Agama Buddha

Guru mengajak peserta didik untuk menyimak ajaran Gereja Katolik dalam Konsili Vatikanb II yang termuat dalam dekrit “Nostra, Aetate “ Artikel 2, tentang agama Buddha, berikut ini. “....Buddhisme dalam berbagai alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau – entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas – mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian pula agama-agama lain, yang terdapat di seluruh dunia, dengan berbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci. Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara- cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun, Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran, dan hidup” lih. Yoh 14: 6; dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, “dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya”. Oleh karena itu, Gereja mendorong para putranya supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada mereka” NA.2. 228 Kelas XII SMA

e. PendalamanDiskusi

Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1 Apa ajaran pokok agama Buddha? 2 Apa Kitab Suci agama Buddha? 3 Apa nama hari raya agama Buddha? 4 Apa pandangan Gereja Katolik terhadap agama Buddha? 5 Bagaimana sikapmu terhadap penganut agama Buddha dalam hidupmu sebagai warga masyarakat Indonesia?

f. Peneguhan

Setelah peserta didik berdiskusi dan menyampaikan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan tersebut, guru memberikan penjelasan berikut ini. 1 Buddhisme mengakui bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, mengajarkan kepada manusia jalan, dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan, untuk memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, entah dengan usaha sendiri atau berkat bantuan dari atas, mencapai penerangan yang tertinggi. 2 Sikap Gereja Katolik adalah tidak menolak apa pun, yang dalam agama- agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. 3 Sikap kita sebagai orang Katolik terhadap sesama warga negara Indonesia yang beragama Buddha adalah saling menghargai, saling menghormati serta saling bekerja sama membangun bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

5. Mengenal Kekhasan Agama Khonghucu Dialog

a. Dialog

Guru mengajak peserta didik untuk menyimak uraian tentang agama Khonghucu. Guru dapat memulainya dengan dialog untuk melihat sejauh mana peserta didik mengetahui tentang agama Konghucu.

b. Mengenal lebih jauh agama Khonghucu

Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak uraian tentang agama Khonghucu lihat H. Ikhsan Tanggok. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Gramedia: Jakarta, 2000