Pengamatan dan Diskusi Diskusi

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 225 a. Gambar siapakah yang kamu lihat? b. Apa saja yang kalian ketahui tentang agama Buddha?

c. Mengenal lebih jauh tentang agama Buddha

Setelah mendengarkan laporan hasil diskusi sebelumnya, guru mengajak peserta didik untuk menyimak uraian tentang agama Buddha. lihat buku “Iman Katolik; Buku Informasi dan Referensi”, oleh KWI, diterbitkan oleh Kanisius, Yogyakarta, 1996, halaman 176-179. 1 Sidharta Gautama, Pendiri Agama Buddha Agama Buddha adalah sebuah agama dan ilsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali. Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SM. Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuankebodohan avidyā, kehausannapsu rendah taṇhā, dan penderitaan dukkha, dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana Pali: Nibbana. 2 Kitab Suci Agama Buddha Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena di dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasiikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka kotbah- kotbah Sang Buddha, Vinaya Piṭaka peraturan atau tata tertib para bhikkhu dan Abhidhamma Piṭaka ajaran hukum metaisika dan psikologi. 3 Inti Ajaran Agama Buddha Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya, yang berarti Empat Kasunyatan atau Kebenaran Mulia, yaitu: a Dukha-Satya: hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan. b Samudaya-Satya: penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan nafsu. 226 Kelas XII SMA c Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat dilenyapkan moksha dan orang mencapai nirvana kebahagiaan dengan membuang segala keinginan dan nafsu. d Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam Nirvana adalah Delapan Jalan Utama asta-arya-marga, yaitu keyakinan yang benar; pikiran yang benar; perkataan yang benar; perbuatan yang benar; kehidupan yang benar; daya upaya yang benar; perhatian yang benar; dan semedi yang benar. Dalam hukum karmasamsara, manusia terikat oleh perbuatannya karma pada roda kehidupannya cakra. Dari lahir hingga kematiannya, manusia berpindah-pindah tempat pada berbagai alam dan ruang, yakni kamaloka alam indera dan nafsu, rupaloka alam tanggapan, dan arupaloka alam bebas dari keinginan, nafsu, dan pikiran. Dengan menjalani Marga-Satya, orang dapat mencapai penerangan tertinggi bodhi, yakni jika jiwa, batin, atau diri manusia secara sempurna dibebaskan dari segala ikatan ketiga ilusi besar tentang adanya roh, diri, dan dunia, karena ketiga-tiganya sebenarnya adalah maya atau ilusi belaka. Dengan demikian, orang mencapai kebahagiaan suka, keamanan bahaya, dan kedamaian shanty yang olehnya ketiga ilusi besar tadi diganti dengan tiga kebenaran, yakni tanpa diri anatman, tiada apa-apa anitya, dan kekosongan sempurna sunya. Inilah yang dinamakan nirvana, kelenyapan diri yang total. Inilah jati segala-galanya dan merupakan kebahagiaan sempurna. Terdapat tiga aliran pokok dalam Buddhisme yang disebut Tryana, yaitu Theravada yang disebut juga sebagai Hinayana, Mahayana, dan Wajrayan yang disebut juga sebagai Tantrayana. Dalam Therevada, penganut-penganutnya mencari keselamatan secara individual. Hanya sedikit yang dapat mencapainya, karena itu dinamakan Hinayana. Sedangkan dalam Mahayana, orang yang sudah memperoleh penerangan tertinggi menunda saat mencapai nirvana guna menolong orang lain mencapai tingkat ini. Karena banyak orang yang dapat mencapainya, aliran ini disebut Mahayana. Dalam Mahayana, diri Buddha diberi kedudukan transenden dan disembah sebagai dewa yang dapat dimintai perantaraannya. Inilah juga yang berkembang di Indonesia sehingga tanpa banyak kesulitan dapat memasukkan diri dalam agama-agama monoteis. Dalam Wajrayana yang berarti kendaraan intan, Buddha dipandang sebagai dhat pribadi yang gemilang bagaikan intan yang menjadi asal dan tujuan hidup manusia.