TINJAUAN PUSTAKA HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Semarang, 7 Oktober 2015 429 Setelah didapatkan kriteria yang dipertimbangkan dalam pemilihan supplier, selanjutnya ditentukan hubungan antar kriteria maupun hubungan antar subkriteria. Adapun hubungan jaringan antara kriteria dan subkriteria dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut: Gambar 2 Hubungan Antar Kriteria Kriteria-kriteria tersebut dibandingkan secara berpasangan antar kriteria dan subkriteria yang saling berkaitan untuk didapatkan kriteria mana yang paling berpengaruh terhadap pemilihan supplier. Selanjutnya dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Super Decision . Penggunaan software dilakukan untuk pembuatan supermatrix dan menentukan kriteria mana yang menjadi prioritas dalam pemilihan supplier dan supplier mana yang akhirnya terpilih berdasarkan bobot terbesar. Adapun supermatrik hasil pengolahan data menggunakan software Super Decision dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 3. Unweighted Matrix Semarang, 7 Oktober 2015 430 Lanjutan Tabel 3. Unweighted Matrix Tabel 4 Weighted Matrix Semarang, 7 Oktober 2015 431 Tabel 5. Limit Matrix Setelah didapatkan matriks limit, kemudian dilakukan rekapitulasi untuk mengetahui kriteria mana yang memiliki limit paling besar dan supplier mana yang memiliki nilai limit paling besar. Adapun rekapitulasi nilai matriks limit dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini: Tabel 6. Priotritas berdasarkan Matrik Name Normalized By Cluster Limiting Supplier Y 0,1040 0,0161 Supplier Z 0,2191 0,0339 Supplier X 0,6769 0,1047 Informasi produk 0,1233 0,0221 Kemudahan dalam menghubungi 0,3472 0,0623 Respon pada Konsumen 0,5295 0,0949 Cara pembayaran 0,1410 0,0338 Diskon 0,4451 0,1068 Harga Barang 0,4139 0,0993 Ketepatan Waktu Pengiriman 0,2705 0,0221 Semarang, 7 Oktober 2015 432 Name Normalized By Cluster Limiting Realibilitas Barang 0,7295 0,0595 Keterbukakan dalam komunikasi 0,3672 0,1186 Long term Relationship 0,4163 0,1344 Past Experience 0,2165 0,0699 Mendadak 0,5284 0,0115 Problem 0,4716 0,0102 Berdasarkan pengolahan data yang sudah dilakukan dengan menggunakan software Super Decision, didapatkan nilai bobot prioritas supplier X sebesar 0,1047, supplier Y sebesar 0,0161 dan supplier Z sebesar 0,0039. Angka ini menunjukkan bahwa supplier yang terpilih untuk menjadi pemasok alat elektronik adalah supplier X karena memiliki nilai bobot paling besar. Dari hasil pengolahan data dengan metode ANP, dapat diketahui bahwa metode ini dapat menyelesaikan permasalahan pemilihan supplier dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang saling berhubungan. Sehingga pengambilan keputusan yang diambil oleh perusahaan dalam memilih supplier dapat lebih baik, karena kriteria-kriteria yang diperhitungkan saling berkaitan antara satu dan lainnya. Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan alternatif terpilih, jika dilakukan perubahan bobot kriteria. Pada penelitian ini digunakan uji sensitivitas sebesar ±10 . Adapun hasil uji sensitivitas dengan menggunakan software Super Decision dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: Tabel 4. Analisis Sensitivitas No Kriteria Bobot -10 Bobot Normal Bobot +10 Y Z X Y Z X Y Z X 1. Informasi produk 0.103 0.218 0.679 0.103 0.218 0.679 0.103 0.219 0.678 2. Kemudahan dalam menghubungi 0.103 0.219 0.678 0.103 0.219 0.678 0.104 0.219 0.678 3. Respon pada Konsumen 0.104 0.219 0.677 0.104 0.219 0.677 0.105 0.219 0.676 4. Cara Pembayaran 0.105 0.220 0.675 0.105 0.220 0.675 0.105 0.220 0.675 5. Diskon 0.105 0.220 0.675 0.105 0.220 0.676 0.104 0.219 0.677 6. Harga Barang 0.103 0.218 0.680 0.103 0.218 0.679 0.104 0.219 0.678 7. Ketepatan Waktu Pengiriman 0.099 0.213 0.688 0.100 0.213 0.687 0.100 0.214 0.685 8. Realibilitas Barang 0.099 0.220 0.681 0.096 0.221 0.683 0.093 0.222 0.685 9. Keterbukakan dalam komunikasi 0.102 0.218 0.680 0.103 0.218 0.679 0.103 0.219 0.678 10. Long term Relationship 0.104 0.219 0.677 0.104 0.219 0.677 0.104 0.219 0.677 11. Past Experience 0.105 0.226 0.669 0.105 0.225 0.670 0.105 0.225 0.670 12. Mendadak 0.104 0.219 0.677 0.104 0.220 0.676 0.103 0.223 0.674 13. Problem 0.104 0.219 0.677 0.104 0.219 0.677 0.104 0.219 0.677 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat hasil uji sensitivitas sebesar ±10. Setelah bobot normal dinaikkan dan diturunkan sebesar 10, terdapat perubahan pada beberapa nilai bobot supplier, tetapi perubahan yang terjadi tidak membuat alternatif terpilih berubah.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Terdapat lima kriteria dan 13 subkriteria yang digunakan untuk memilih supplier alat elektronik mereka. Adapun kriteria dan subkriteria tersebut adalah Harga, Cara Pembayaran, Diskon, Harga Barang, Pengiriman, Ketepatan Waktu Pengiriman, Realibilitas Barang, Costumer Care, Kemudahan Semarang, 7 Oktober 2015 433 dalam Menghubungi, Respon Pada Konsumen, Informasi Produk, Relationship, Long Term Relationship, Past Experience, Keterbukaan dalam komunikasi, Responsiveness, Problem dan Permintaan Mendadak. 2 Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan software Super Decision didapatkan kriteria dengan bobot besar dalam pengambilan keputusan supplier alat elektronik adalah kriteria Long Term Relationship, selanjutnya adalah kriteria Keterbukaan dalam Komunikasi, Diskon, Harga Barang, Respon pada Konsumen, Past Experience, Kemudahan dalam Menghubungi, Realibilitas Barang, Cara Pembayaran, Informasi Produk, Ketepatan Waktu Pengiriman, Mendadak, dan kriteria dengan bobot paling rendah adalah kriteria Problem. Adapun saran yang dapat disampaikan adalah langkah-langkah yang sama dapat dilakukan untuk pengambilan keputusan lain dengan kriteria yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Hasan, Iqbal., 2002, Teori Pengambilan Keputusan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Iriani, Yani Herawan, Topan, 2012, “Pemilihan Supplier Bahan Baku Benang dengan Menggunakan Metode Analytic Network Process ANP ”, Simposium Nasional RAPI XI FT UMS, ISSN : 1412- 9612. Kusumadewi, Sri. 2006, “Fuzzy Multi-Attribute Decision Making Fuzzy MADM”, Graha Ilmu, Yogyakarta. Pujawan, I nyoman, Mahendrawati, 2010, Supply Chain Management, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Sadeghi, Mohammad Reza., Rashidzadeh, Mohammad Ali, Soukhakian, Mohammad ali, 2012 “Using Analytic Network Process in a Group Decision-Making for Supplier Selection”, informatica, Vol. 23, No. 4, 621 –643, Vilnius University. Sandy, Ignatius A., Alfian Giovani, 2013, “Penerapan Metode Analytic Network Process ANP untuk Pemilihan Supplier Bahan Baku Pada CV TX ”, Seminar Nasional IENACO, ISSN: 2337- 4349. Saaty, T.L, Vargas, L.G, 2006, Decision Making with the Analytic Network Process, Springer, New York. Saaty T.L, 2001, The Analytic Network Process Decision Making with Dependence and Feedback, Pittsburg, USA. Turban, E., Jay, E.A, 2005, Decision Support Systemand Inteligent System Versi bahasa Indonesia, Edisi ke-7, Andi Offset, Yogyakarta. Wibisono, Yogi Yusuf, Gondo Kristi D.A, 2013, “Pemilihan Pemasok dengan Metode Analytic Network Process ANP STUDI KASUS DI PT. AI ”, Seminar Nasional IENACO – 2013, ISSN: 2337-4349. Semarang, 7 Oktober 2015 434 USULAN JADWAL KERJA SUPIR TRAVEL MPX BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT KELELAHAN Eliza Nathania, Daniel Siswanto Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Email: elizanathania0207gmail.com, hainielunpar.com ABSTRAK Dewasa ini terdapat banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kantuk. Kantuk merupakan indikasi dari kelelahan. Supir Travel MPX memiliki durasi kerja yang panjang, supir terkadang harus mengemudikan mobil pada malam hari, dan supir tidak memiliki jadwal kerja yang jelas. Dengan cara kerja seperti demikian, maka tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu Supir Travel MPX akan mengalami kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelelahan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana tingkat kelelahan yang dirasakan supir Travel MPX diukur berdasarkan kualitas tidur, circadian rhythm, tingkat kelelahan secara subjektif, dan denyut jantung supir. Keempat pengukuran tersebut dilakukan menggunakan kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, kuesioner yang dikembangkan oleh Philips, kuesioner Swedish Occupation al Fatigue Inventory SOFI, dan pulsemeter. Setelah pengukuran dilakukan didapatkan hasil bahwa hampir seluruh Supir Travel MPX mengalami masalah pada kualitas tidur dan circadian rhythm. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan kelalahan. Hasil pengukuran tingkat kelelahan supir menunjukkan bahwa pekerjaan mengemudi yang dilakukan oleh Supir Travel MPX termasuk dalam pekerjaan yang lebih menyebabkan kelelahan mental ketimbang kelelahan fisik. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, maka dilakukan perancangan jadwal kerja usulan yang menerapkan prinsip shift kerja dan rotasi shift kerja. Dengan jadwal kerja yang lebih teratur maka supir dapat mengatur waktu tidurnya, yang akan mengurangi masalah kualitas tidur dan circadian rhythm yang dimilikinya. Kata Kunci: circadian rhythm, denyut jantung, kantuk, kelelahan, kualitas tidur, pengukuran kelelahan.

1. PENDAHULUAN

Pada era modern ini, transportasi menjadi sebuah kebutuhan turunan akibat aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya yang membuat permintaan akan transportasi sangat banyak. Untuk memenuhi permintaan akan transportasi tersebut, maka pemerintah ataupun perusahaan swasta berlomba- lomba untuk menyediakan jasa transportasi untuk orang ataupun barang. Penggunaan jasa transportasi pun menjadi pilihan untuk orang-orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan juga orang-orang yang tidak mau menggunakan kendaraan pribadinya untuk melakukan perjalanan. Travel merupakan salah satu layanan jasa transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat yang ingin melakukan perjalanan antar kota. Secara umum terdapat beberapa kriteria angkutan umum ideal, yaitu keandalan, kenyamanan, keamanan, murah, dan waktu perjalanan Lubis et.al., 2005. Keamanan dari kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu kriteria yang harus diperhatikan oleh semua pihak jasa layanan transportasi. Bahkan keamanan dari kecelakaan menjadi kriteria terpenting bagi pihak layanan jasa transprortasi dan pemerintah mengingat kecelakaan sering terjadi dewasa ini. Faktor penyebab kecelakaan dibagi menjadi tiga kelompok yakni manusia termasuk faktor kemampuan mengemudi dan kelelahan, kendaraan termasuk peralatan di dalamnya seperti lampu, rem, dan kopling, dan lingkungan termasuk kondisi jalan Peden et.al., 2004. Namun diantara faktor-faktor penyebab kecelakaan tersebut, faktor manusia menjadi faktor utama penyebab tingginya angka kecelakaan lalu lintas WHO, 2012. Salah satu faktor manusia tersebut adalah kantuk. Mengantuk merupakan salah satu bentuk dari kelelahan Williamson et.al., 2011. Supir Travel MPX memiliki durasi kerja yang panjang, karena dalam sehari supir harus mengemudi sekitar 12 jam. Jadwal kerja dari Supir Travel MPX pun dapat digolongkan jadwal kerja yang tidak biasa. Tidak biasa disini maksudnya jadwal supir travel ini setiap harinya selalu berbeda dan akan terus berubah-ubah tergantung pada pengatur jadwal. Terkadang supir harus mengemudi hingga larut malam. Hal ini tentunya dapat membuat kualitas tidur supir terganggu. Beberapa kondisi kerja Supir Travel MPX tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan rasa kantuk yang dialami oleh supir. Kelelahan dan rasa kantuk tersebut tentunya akan meningkatkan resiko supir mengalami kecelakaan lalu lintas, sehingga kualitas tidur dan tingkat kelelahan supir perlu di perhatikan.