Penerapan ISO dan SNI ISO 50001 di Indonesia .1 Penerapan ISPO di Indonesia

Semarang, 7 Oktober 2015 210 40. Tersedia SOP penanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit di lahan mineral danatau lahan gambut. 41. Tersedia rekaman pelaksanaan penanaman; 42. Tersedia SOP instruksi kerja untuk penanaman pada lahan gambut dan mengacu kepada ketentuan yang berlaku. 43. Rekaman pelaksanaan penanaman tanaman terdokumentasi. 44. Tersedia SOP pemeliharaan tanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit. 45. Tersedia rekamandokumen pelaksanaan pemeliharaan tanaman. 46. Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian OPT. 47. Tersedia SOP penanganan limbah pestisida. 48. Tersedia rekaman pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT; 49. Tersedia rekaman jenis pestisida sintetik dan nabati dan agens pengendali hayati parasitoid, predator, feromon, agens hayati, dll.yang digunakan. 50. Tersedia rekaman jenis tanaman inang musuh alami OPT. 51. Tersedia SOP pelaksanaan pemanenan. 52. Tersedia rekaman pelaksanaan pemanenan. 53. Tersedia SOP untuk pengangkutan TBS. 54. Tersedia Rekaman pelaksanaan pengangkutan TBS; 55. Tersedia SOP penerimaan dan pemeriksaan sortasi TBS 56. Tersedia Rekaman penerimaan TBS yang sesuai dan tidak sesuai dengan persyaratan. 57. Tersedia SOP atau instruksi kerja yang diperlukan baik untuk proses pengolahan maupun proses pemantauan dan pengukuran kualitas CPO. 58. Tersedia informasi yang menguraikan spesifikasi standar hasil olahan. 59. Tersedia Rekaman pelaksanaan pengolahan. 60. Tersedia instruksi kerja SOP mengenai pengelolaan limbah cair dan udara. 61. Rekaman mengenai pengukuran kualitas limbah cair. 62. Rekaman mengenai pengukuran kualitas udara emisi dan ambient 63. Rekaman pelaporan pemantauan pengelolaan limbah kepada instansi yang berwenang terdokumentasi. 64. Tersedia surat izin pembuangan air limbah dari instansi terkait 65. Tersedia instruksi kerja SOP mengenai pengelolaan limbah B3; 66. Limbah B3 termasuk kemasan pestisida, oli bekas dan lain lain dibuang sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku; 67. Rekaman penanganan limbah B3 terdokumentasi 68. Tersedia surat izin penyimpanan danatau pemanfaatan limbah B3 dari instansi terkait 69. Tersedia SOPinstruksi kerja untuk menangani gangguan sumber tidak bergerak sesuai dengan pedoman yang yang diterbitkan dari instansi yang tekait; 70. Laporan hasil pengukuran baku tingkat gangguan dari sumber yang tidak bergerak kepada instansi yang terkait; 71. Rekaman penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak terdokumentasi. 72. Tersedia SOP pemanfaatan limbah. 73. Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk Land Application LA dari instansi terkait. 74. Tersedia Rekaman pemanfaatan limbah padat dan cair. 75. Memiliki IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah; 76. Memiliki izin pemanfaatan limbah cair dari instansi berwenang bagi yang melakukan LA Land Aplication. 77. Memiliki izin dari Pemerintah Daerah untuk pembuangan limbah cair ke badan air. 78. Memiliki izin dari KLH untuk pabrik yang membuang limbah cairnya ke laut. 79. Tersedia rekaman terkait kegiatan 1 sd 4. 80. Memiliki dokumen AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan 3.000 ha. 81. Memiliki dokumen UKLUPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan 3.000 ha 82. Tersedia Rekaman terkait pelaksanaan penerapan hasil AMDAL,UKLUPL termasuk laporan kepada instansi yang berwenang. 83. Tersedia SOP pencegahan dan penanggulangan kebakaran 84. Tersedia SDM yang mampu mencegah dan menangani kebakaran. 85. Tersedia sarana dan prasarana pengendalianpenang gulangan kebakaran; Semarang, 7 Oktober 2015 211 86. Memiliki organisasi dan sistem tanggap darurat; 87. Tersedia Rekaman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pemantauan kebakaran dan pelaporannya. 88. Tersedia SOP identifikasi Perlindungan flora dan fauna di lingkungan perkebunan; 89. Memiliki daftar flora dan fauna di kebun dan sekitar kebun, sebelum dan sesudah dimulainya usaha perkebunan. 90. Tersedia Rekaman sosialisasi. 91. Tersedia hasil identifikasi kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi 92. Tersedia peta kebun yang menunjukkan lokasi kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi. 93. Rekaman identifikasi dan sosialisasi kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi. 94. Tersedia Petunjuk TeknisSOP Mitigasi GRK; 95. Tersedia inventarisasi sumber emisi GRK; 96. Tersedia rekaman tahapan alih fungsi lahan land use trajectory; 97. Tersedia rekaman usaha pengurangan emisi GRK; 98. Tersedia Rekaman pelaksanaan mitigasi. 99. Tersedia SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi termasuk sempadan sungai. 100. Tersedia peta kebun dan topografi serta lokasi penyebaran sungai. 101. Tersedia Rekaman pelaksanaan konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi. 102. Tersedianya Dokumentasi SMK3 yang ditetapkan oleh yang berwenang. 103. Telah terbentuk organisasi SMK3 yang didukung oleh sarana dan prasarananya. 104. Tersedia asuransi kecelakaan kerja Jamsostek. 105. Rekaman penerapan SMK3 termasuk pelaporannya. 106. Diterapkannya peraturan tentang Upah Minimum. 107. Mempunyai sistem penggajian baku yang ditetapkan. 108. Tersedia sarana dan prasarana untuk kesejahteraan pekerja perumahan, poliklinik, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana olahraga 109. Tersedia kebijakan perusahaan untuk mengikutsertakan karyawan dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 110. Tersedia program pelatihan untuk peningkatan kemampuan karyawan. 111. Tersedia Rekaman pelaksanaan yang berkaitan dengan kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja. 112. Perusahaan memiliki kebijakan tentang persyaratan umur pekerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku 113. Perusahaan memiliki kebijakan tentang peluang dan perlakuan yang sama untuk mendapat kesempatan kerja. 114. Tersedia Rekaman daftar karyawan. 115. Tersedia mekanisme penyampaian pengaduan dan keluhan pekerja. 116. Tersedia Rekaman pengaduan dan keluhan pekerja. 117. Perusahaan memiliki peraturan terkait dengan keberadaan serikat pekerja. 118. Memiliki daftar pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja. 119. Tersedia Rekaman pertemuan- pertemuan baik antara perusahaan dengan serikat pekerja maupun intern serikat. 120. Tersedia Kebijakan perusahaan dalam pembentukan koperasi; 121. Tersedia Akte pendirian koperasi karyawan 122. Tersedia komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat setempat. Semarang, 7 Oktober 2015 212 123. Tersedia Rekaman realisasi komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan. 124. Memiliki program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat adat penduduk asli. 125. Memiliki program untuk mempertahankan kearifan lokal. 126. Tersedia Rekaman realisasi program bersama masyarakat adat penduduk asli. 127. Tersedia Rekaman transaksi lokal termasuk pembelian lokal, penggunaan kontraktor lokal, dll. 128. Tersedia rekaman hasil penerapan perbaikanpeningkatan yang dilakukan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO ini terdapat 7 tujuh Prinsip dan Kriteria ISPO pa sal 3 yang berbunyi “Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dalam waktu paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 harus sudah melaksanakan usaha sesuai dengan ketentuan Peraturan ini” dan pasal 4 yang berbunyi “Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Kelas I, Kelas II, atau Kelas III sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 belum mengajukan permohonan untuk mendapat sertifikat ISPO, dikenakan sanksi penurunan kelas kebun menjadi Kelas IV”, maka semua perkebunan kelapa sawit Kelas I, Kelas II, atau Kelas III dalam waktu paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 harus sudah melaksanakan usaha perkebunan kelapa sawit sesuai 7 prinsipkriteria dan 128 indikator seperti disebutkan dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO.

2.6.2 Penerapan SNI ISO 50001 di Indonesia

SNI ISO 50001 diterbitkan oleh BSN pada tahun 2012. Standar yang didukung dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi dan Peraturan Pemerintah nomor 70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi ini disusun oleh Panitia Teknis 27- 06 Konservasi Energi dengan tujuan menyediakan standar mengenai sistem manajemen energi di Indonesia, melalui prosedur perumusan standar dan dibahas dalam Rapat Konsensus 1 November 2012 di Jakarta. Handbook SNI ISO 50001, 2012 SNI ISO 50001 merupakan standar yang diadopsi secara identik dari ISO 50001:2011 Energy management systems – Requirements with guidence for use. Standar ini diadopsi secara identik dengan pertimbangan sebagai berikut: - memenuhi harmonisasi standar regional; - memenuhi kebutuhan pasar; - meningkatkan daya saing dan mutu produk; - memberi perlindungan terhadap konsumen; - mendukung kebijakan Pemerintah di sektor energi untuk pemantauan energi yang efisien SNI ISO 50001 didasarkan atas upaya penghematan pemakaian energi. Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi akan menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berbagai usaha penelitian dan pengembangan energi baru dan terbarukan, serta penerapan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah melalui konservasi energi telah diupayakan. Penerapan konservasi energi ini butuh didukung sepenuhnya dari segi infrastruktur termasuk juga didalamnya sistem penilaian kesesuaian. Lembaga Penilaian Kesesuaian berfungsi untuk memverifikasi metodologi pengujian, inspeksi serta sertifikasi http:www.bsn.go.idmainberitaberita _det 5286.VbbPfPmqqkr SNI ISO 50001 merupakan perpaduan dari SNI ISO 9001, ISO 14001 dan SNI ISO 22000. Dalam SNI ISO 50001 terdapat prinsip Plan-Do-Check-Action PDCA dimana konsep ini juga ada dalam SNI ISO 9001 yang berisi tentang sistem manajemen mutu, ISO 14001 tentang sistem manajemen lingkungan dan SNI ISO 22000 tentang sistem manajemen keamanan pangan. Manajemen dalam organisasi memiliki perencanaan, struktur organisasi, pelaksanaan dan evaluasi. Semua program atau kegiatan yang terlaksana dalam sebuah organisasi harus tercatatterdokumentasi untuk digunakan sebagai monitoring dan evaluasi pada waktu selanjutnya. Kemudian secara berkala dalam organisasi dilakukan audit atas jaminan sistem manajemen yang sudah dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, SNI ISO 50001 yang berprinsip pada PDCA ini mengatur perencanaan, struktur organisasi, pelaksanaan, dan evaluasi penggunaan energi. Prinsip PDCA tersebut ditunjukkan Semarang, 7 Oktober 2015 213 pada Model Sistem Manajemen Energi pada gambar 4. Monitoring dan peningkatan performa yang dilakukan terus menerus diharapkan dapat meningkat performa energi efisiensi biaya energi dalam organisasi dan juga berdampak terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca. Sebagaimana juga terlihat dalam gambar 5 menunjukkan bagaimana proses perencanaan energi dari kondisi penggunaan energi, variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan energi, identifikasi peluang peningkatan performa energi hingga output yang akan diperoleh. Gambar 4. Model sistem manajemen energi SNI ISO 50001 Tabel 4. Beberapa Perusahaan yang sudah menerapkan SNI ISO 50001 di Indonesia Nama Industri Jenis Industri Sumber PT Pura Mayungan PM Electric Pembangkit Listrik http:www.listrikindonesia.compt_pura_mayungan_pm_ electric_ perusahaan_pertama_peraih_iso50001_414.htm PT Indah Kiat Pulp Paper Mills Kertas dan Pulp http:bisnis.tempo.coreadnews20140108090543262 p erusahaan-kertas-indah-kiat-dapat-iso-50001 PT Indocement Tunggal Prakarsa Semen http:proper.menlh.go.idportalfilebox DRKPL20201320INDOCEMENT20CIREBON.pdf PT Samsung Electronic s Indonesia Manufaktur Elektronik http:ebtke.esdm.go.idpost20150710902 energy.conservation.implementations.in.indonesia Sudah ada industri di Indonesia yang sudah menerapkan SNI ISO 50001. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa penerap SNI ISO 50001 tersebar ke berbagai industri, mulai dari industri pembangkit listrik, kertas dan pulp, semen dan elektronik. Review Energi Monitoring, Pengukuran dan analisa Internal Audit Ketidaksesuaian, koreksi, korektif, dan aksi pencegahan Perencanaan Energi Implementasi dan operasional Kebijakan Energi Review Manajemen Peningkatan berkelanjutan Semarang, 7 Oktober 2015 214 Gambar 5. Diagram konsep perencanaan energi 2.7 GAP Analisis SNI ISO 50001 dan ISPO Dalam analisis manfaat diterapkannya SNI ISO 50001 dan ISPO dalam mendukung perdagangan internasional, perlu dilakukan GAP analysis. Dalam GAP analysis akan diketahui bagaimana dampak sebelum dan sesudah diterapkannya SNI ISO 50001 dan ISPO. Dengan dilakukan GAP analysis juga akan diketahui seberapa besar dampak dari ruang lingkup masing-masing SNI ISO 50001 dan ISPO dalam mendukung perdagangan internasional khususnya dalam regulasi dan penguatan daya tawar. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan survei dengan kuesioner di 9 kota besar di Indonesia yaitu Medan, Palembang, Padang, Pekanbaru, Balikpapan, Pontianak, Surabaya dan Jakarta. Khusus untuk data SNI ISO 50001 diperoleh dari kajian literatur dari dokumen Badan Standardisasi Nasional dan dari sumber-sumber lain yang terkait.

3.2 Metode Sampling

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling, yaitu dilakukan ke semua anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan stratatingkatan yang ada dalam populasi tersebut. Metode ini dipilih karena populasi bersifat homogen. Program yang digunakan untuk menghitung sampel penelitian ini dengan software sample size 2.0. Jumlah sampel minimal yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 64 responden.

3.3 Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pembahasan dan analisa data penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi manfaat penerapan SNI ISO 50001 industri kelapa sawit serta relevansinya dengan ISPO yang sudah berjalan di Indonesia.

3.4 Batasan dan Lingkup Penelitian

Batasan dan lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Responden pelaku usaha perkebunan kelapa sawit adalah data dari anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia GAPKI yang diambil pada bulan Maret 2012 b. Data isian kuesioner diasumsikan dapat mewakili skala Indonesia. Proses Perencanaan Energi Input Perencanaan Penggunaan energi dulu dan sekarang Variabel yang mempengaruhi penggunaan dan performaenergi - Energi Dasar - EnPIs - Tujuan - Target - Rencana Pelaksanaan C. Analisa penggunaan dan konsumsi energi Review Energi Output Perencanaan D. Identifikasi penggunaan dan konsumsi energi yang signifikan E. Identifikasi peluang peningkatan performa energi Semarang, 7 Oktober 2015 215 c. Proses rekap kuesioner diasumsikan tidak terjadi kesalahan input data. d. Peraturan ISPO yang digunakan dalam kuesioner berdasarkan peraturan menteri pertanian No.19 tahun 2011 tentang pedoman perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil GAP analisis terhadap ISPO dan SNI ISO 50001

Isu lingkungan merupakan salah satu non-tarif trade barrier dalam perdagangan CPO. Banyaknya kampanye hitam menyebutkan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia tidak ramah lingkungan. Tidak hanya itu, Uni Eropa memberikan regulasi yang ketat terkait perdagangan CPO di Uni Eropa. Uni Eropa juga lah menjadi pelopor adanya regulasi RSPO bagi industri kelapa sawit. ISPO dan SNI ISO 50001 merupakan produk sistem manajemen mutu terkait lingkungan dan energi. ISPO menjamin keamanan, kesehatan dan keselamatan dalam setiap proses dari hulu sampai dengan hilir dalam industri kelapa sawit, sedangkan SNI ISO 50001 menjamin adanya pemanfaatan energi yang optimal, efisien dan berkelanjutan dari level proses produksi hingga infrastruktur pendukung produksi. SNI ISO 50001 dirumuskan berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi dan Peraturan Pemerintah nomor 70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Terdapat beberapa SNI terkait energi yang berhubungan terhadap SNI ISO 50001 sebagaimana berikut Temu Mastan, 2012: Tabel 5. SNI Bidang Energi Searah Dengan SNI ISO 50001 No.SNI Judul SNI SNI 6196:2011 Prosedur audit energi pada bangunan gedung SNI 6197:2011 Konservasi energi pada sistem pencahayaan SNI 6389:2011 Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung SNI 6390:2011 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung SNI IEC 62257-4:2009 Rekomendasi untuk sistem energi terbarukan dan hibrida skala kecil untuk listrik perdesaan - Bagian 4:Pemilihan dan rancangan system SNI IEC 62257-1:2009 Rekomendasi untuk sistem energi terbarukan skala kecil dan hibrida untuk listrik pedesaan - Bagian 1: Pengantar umum listrik pedesaan SNI 04-6958-2003 Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya - Label tanda hemat energi SNI 19-6678-2002 Konversi energi listrik dalam uji alir fluida sumur panas bumi SNI 04-6612.3.1-2002 Sistem konversi energi angin - Bagian 3: Sistem pengaman, gawai protektif dan pemantau - Seksi 1: Kontrol dan sistem pengaman SNI 03-6759-2002 Tata cara perancangan konservasi energi pada bangunan gedung SNI 04-6612.1-2001 Sistem konversi energi angin SKEA - Bagian 1: Persyaratan keselamatan untuk rancangan struktur SKEA SNI 04-6612.2-2001 Sistem konversi energi angin SKEA - Bagian 2: Persyaratan keselamatan untuk sistem kontrol dan proteksi, sistem listrik, instalasi, perakitan dan pendirian erection turbin angin, komisioning, operasi dan pemeliharaan SNI 13-6482-2000 Angka parameter dalam estimasi potensi energi panas bumi SNI 04-6299.7-2000 Regulasi untuk sertifikasi SKEA sistem konversi energi angin. Bab 7: Instalasi listrik untuk SKEA SNI 13-6169-1999 Metode estimasi potensi energi panas bumi SNI 04-3851.1-1995 Sistem konversi energi angin. Bagian 1: Umum SNI 04-3851.2-1995 Sistem konversi energi angin. Bagian 2 : Pedoman pendekatan pengukuran kecepatan dan arah angin, perhitungan dasar untuk daya dan energi angin dan turbin angin

4.2 Analisa penerapan ISPO

Survei lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer kajian melalui kuesioner. Sebelum melakukan survei lapangan, kuesioner yang telah disusun diuji coba ke beberapa responden untuk mengetahui kelayakan, tingkat kesulitan pengisian, kesesuaian hasil pengisian kuesioner dengan tujuan kajian dan lain-lain. Kuesioner diujicobakan ke 16 responden perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mewakili 9 lokus penelitian yang meliputi Medan, Jambi, Palembang, Padang, Pekanbaru. Balikpapan, Pontianak, Surabaya dan Jakarta. Berdasarkan kuesioner yang telah disampaikan kepada perusahaan Semarang, 7 Oktober 2015 216 perkebunan kelapa sawit, diperoleh 8 isian kuesioner. Dari perhitungan jumlah sampel dari total populasi 548 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menjadi anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit di Indonesia GAPKI dengan menggunakan software sample size 2.0 dengan metode simple random sampling diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang harus diperoleh adalah 64 responden. Berdasarkan laporan survey yang telah dilakukan, diperoleh hasil 82 responden, sehingga jumlah sampel minimal dapat dipenuhi. Data-data perusahaan yang menjadi reponden dalam kajian ini disajikan dalam lampiran 1. Dalam bagian III kuesioner, terdapat 128 pertanyaan yang semuanya mengacu pada 128 indikator dalam Permentan Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO. Pilihan jawaban pada pertanyaan bagian ini yaitu tersedia, sedang dalam proses permohonan atau penyusunan dan tidak tersedia. Analisis dala m pertanyaan ini yaitu setiap pertanyaan yang dijawab dengan “tersedia” diberikan poin 5, “sedang dalam proses permohonan atau penyusunan” diberikan nilai 3 dan “tidak tersedia” diberikan nilai 1. Apabila pertanyaan dijawab dengan jawaban ganda atau tidak di isi, maka tidak mendapat nilai atau skor. Gambar 6. Presentase isian kuesioner Berdasarkan gambar 4.1 di atas, 50 responden mengembalikan kuesioner dan 50 responden tidak mengembalikan kuesioner. Berdasarkan 8 kuesioner yang telah dikembalikan, dapat di analisa seperti pada tabel 4.1, sebagai berikut: Tabel 6. Analisa uji coba kuesioner No Pertanyaan Presentase 1. Pertanyaan terkait SNI 5 pertanyaan 75,00 2. Pertanyaan terkait Lembaga Sertifikasi LPK 10 pertanyaan 81,25 3. Pertanyaan Terkait dengan Sistem ISPO Kepmentan Nomor 19 Tahun 2011 128 pertanyaan 99,61 RATA - RATA 85,29 Berdasarkan tabel 6, pertanyaan terkait dengan SNI dapat dijawab oleh responden dengan presentase 75, pertanyaan terkait dengan LPK sebesar 81,25 dan pertanyaan terkait dengan sistem ISPO sesuai Kepmentan Nomor 19 Tahun 2011 sebesar 99,61, sehingga diperoleh nilai rata-rata presentase kuesioner mampu dijawab oleh responden sebesar 85,29. Dengan presentase sebesar 85,29, maka dapat disimpulkan kuesioner layak untuk disampaikan ke responden untuk mendapatkan data primer melalui survey lapangan.