Semarang, 7 Oktober 2015
203 pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia disajikan pada
gambar 2, sebagai berikut:
Gambar 2 Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Sumber : Booklet Industri hilir kelapa sawit Indonesia-Kemenperin, 2011 Di Sumatera, kegiatan ekonomi utama Kelapa Sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar,
dimana 70 persen lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera, yang terdiri dari provinsi Riau, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera lainya. Sedangkan Kalimantan memberikan
kontribusi 26 dan sisanya 4 dari Sulawesi, Papua dan Jawa Dokumen MP3EI, 2011. Dengan luas perkebunan yang sangat besar produksi CPO Indonesia sepanjang sepuluh tahun
terakhir terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sekitar 12 setiap tahunnya. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia disajikan pada Tabel 1, sebagai berikut:
Tabel 1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1980 - 2013
Sumber: Ditjen Perkebunan Mementan, Pusdatin, Data terolah, 2014 Ket: nilai kondisi saat itu, bila ada perubahan akan disesuaikan dengan data BPS Jakarta
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia sampai dengan akhir tahun 2013, dengan luas kebun kelapa sawit mencapai 10 juta hektar Gambar 1.
Selanjutnya kontribusi produktivitas CPO yang diberikan oleh masing-masing kelompok penguasa, meliputi PR, PBN dan PBS dapat dilihat pada Gambar 3, sebagai berikut:
Semarang, 7 Oktober 2015
204
Gambar 3. Kontribusi Rata-Rata Produksi Minyak Mentah Sawit CPO Berdasarkan Jenis Pengusaha: PR, PBN dan PBS Ditjen Perkebunan kementan, Pusdatin Pertanian, Data
terolah, 2014
Dari Gambar 3 menunjukan bahwa kontribusi produksi CPO terbesar dimulai dari pengusaha PBS sebesar 54, 35; diikuti dengan PR sebesar 36,80 dan PBN sebesar 8,85. Indonesia menguasai pasar
CPO Crude Palm Oil atau minyak mentah sawit pada tahun 2013 menguasai pasar dunia sebesar 25,97 juta ton setara dengan US 17,67 milyar, diikuti oleh Malaysia 17,7 juta ton dan selebihnya
diproduksi oleh negara Thailand dan Papua Nugini Benua Asia, Ekuator dan Brasil Amerika Tengah, Pantai
Gading, Benin, Gambia, Guinea Bissau, Liberia, Senegal, Togo, dan Sierra Leon Benua Afrika, dan terendah yaitu Columbia merupakan negara hasil produksi minyak kelapa sawitnya terrendah hanya 800
ribu ton Sumber: http:pegbintangkab.go.idindonesia-negara-produsen-kelapa-sawit-terbesar-2BSN
Jakarta 23Juli2015pk.09.30-09.40wib. Tahun 2014 total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia
mencapai 21,76 juta ton REFLEKSI INDUSTRI KELAPA SAWIT DAN PROSPEK 2015, GAPKI, Jakarta 2014;
http:www.gapki.or.idPage Press ReleaseDetailguidBSNJakarta1Juli2015. Perkebunan
kelapa sawit Indonesia menyerap tenaga kerja lebih kurang 10 juta orang baik yang bekerja dari Industri hilir dan Industri hulu perkebunan kelapa sawit yang secara langsung maupun tidak langsung. Secara
Makro ekonomi kelapa sawit berkontribusi terhadap Indonesia sebesar 16,5 milyar atau sekitar 160 triliun rupiah per tahun dan kelapa sawit juga berkonstribusi besar terhadap pembangunan di daerah dan
kesejahteraan masyarakat serta pemberantasan kemiskinan. Kelapa sawit juga menguasai produksi minyak nabati dunia sebanyak 30 , minyak kedelai 29, Minyak Biji Rape 24, Bunga matahari
8 dan minyak lainnya 19. Bahkan ke depan industri kelapa sawit akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan penduduk dunia dimana konsumsi minyak nabati perkapita perorang di dunia di perkirakan
rata-rata 25 kgthn.
Namun, perkembangan produksi kelapa sawit di Indonesia menghadapi tantangan berat, bukan rahasia umum lagi perkebunan kelapa sawit Indonesia terutama terhadap perusahaan-perusahaan
perkebunan kelapa sawit selalu mendapat serangan dan isu tidak sedap dari LSM baik lokal maupun Internasional dikarenakan pembukaan kelapa sawit di Indonesia merusak lingkungan, membunuh orang
utan, pembakaran hutan, hak penduduk lokal tidak dihormati, pemiskinan penduduk lokal, pembuangan limbah, pengunaan pestisida berlebihan dan merusak habitat serta ekosistem.
Untuk mengembangkan sektor perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit, Pemerintah telah melakukan upaya demi terwujudnya salah satu Visi Perkebunan 2020 yaitu dengan memberlakukan
Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO. Indonesian Sustainable Palm Oil System ISPO
adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut
berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.
Semarang, 7 Oktober 2015
205
2.1.5 Perkembangan CPO di Indonesia
Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit CPO terbesar di dunia. Dengan luas kebun 10,2 juta hektar, Indonesia mencatatkan produksi CPO sebesar 31,5 juta ton pada tahun
2014.GAPKI, 2015 Sedangkan, Malaysia berada di posisi kedua dunia produksi terbesar CPO dengan 19,7 juta ton.MPOB, 2014. Konsumsi global terhadap minyak nabati cukup meningkat. Tahun 2008
konsumsi minyak nabati dunia sebesar 162 juta ton, kemudian pada tahun 2014 tercatat meningkat 20,7 menjadi 195,6 juta ton.REA, 2015 Dengan Indonesia memproduksi CPO sebesar 31,5 juta ton, maka
CPO Indonesia memiliki andil 16,1 dalam percaturan industri minyak nabati dunia. CPO sendiri merupakan hasil olahan tandan buah segar kelapa sawit TBS. Selain CPO, TBS juga menghasilkan
produk turunan seperti Palm Kernel Oil PKO, effluent, fiber, cangkang dan tandan kosong. Fiber dan cangkang masing-masing dihasilkan dari TBS sebesar 13,5 dan 5,5. Fiber dan cangkang yang
merupakan limbah padat ini digunakan sebagai bahan bakar pada boiler. Jika melihat dari hasil produk CPO Indonesia pada tahun 2014, Fiber dan cangkang yang dihasilkan diestimasi masing-masing
mencapai 19 juta ton dan 8 juta ton. Sedangkan kalori yang dimiliki fiber dan cangkang masing-masing 4420 kkalkg dan 4950 kkalkg.Yusoff, 2006
2.2 Produksi turunan CPO
CPO merupakan produk yang dihasilkan dari ekstraksi tandan buah segar kelapa sawit TBS. Selain CPO, TBS juga menghasilkan produk turunan seperti Palm Kernel Oil PKO, fiber, cangkang,
tandan kosong dan effluent.
Tabel 2. Produk samping dalam Pengolahan dalam produksi 1 ton CPO.
Kementerian Lingkungan Hidup, 2014
Produk Dalam Produksi 1 Ton CPO Ton
Palm Kernel Oil 0,21
Fiber 0,6
Cangkang 0,257
Tandan Kosong 0,9
Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2 menunjukkan bahwa dalam memproduksi 1 ton CPO, menghasilkan produk samping limbah padat berupa fiber dan cangkang sebanyak 0.857 ton, serta tandan
kosong sebanyak 0,9 ton. Produk samping lainnya berupa palm kernel oil PKO dihasilkan sebanyak 0,21 ton 1 ton CPO. Industri kelapa sawit biasa memanfaatkan cangkang dan fiber sebagai bahan bakar
di pabrik, kemudian, tandan kosong diaplikasikan sebagai pupuk organik di lahan perkebunan, sedangkan PKO dijual.
2.3 Regulasi perdagangan internasional terkait CPO
Dalam perdagangan CPO Indonesia, tujuan utama ekspor Indonesia meliputi India, Uni Eropa, dan Tiongkok. Pada tahun 2014 angka ekspor ke India mencapai 5,1 juta ton, ke Uni Eropa mencapai 4,13
juta ton dan ke Tiongkok mencapai 2,43 juta ton. Negara-negara importir CPO memiliki regulasi dalam perdagangan.CPO yang masuk ke dalam
negara importir harus memenuhi standar tertentu.Salah satu standar yang menjadi acuan sebagian besar negara importir CPO adalah Roundtable Sustainability Palm Oil RSPO.Standar RSPO ini merupakan
standar yang bersifat sukarela, namun karena banyaknya kampanye-kampanye negatif dari Lembaga- lembaga Swadaya Masyarakat serta desakan dari Uni Eropa, sehingga seakan-akan menjadi standar
wajib.RSPO ini mulai diterapkan pada tahun 2005. RSPO ini mengatur manajemen lingkungan dan sosial dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit.Sampai dengan tahun 2015, sudah 101 perusahaan kelapa
sawit di Indonesia yang mengantongi standar RSPO.Lembaga di Indonesia yang dapat melakukan sertifikasi RSPO meliputi PT Mutu Agung Lestari, PT SAI Global Indonesia, PT TUV Rheinland
Indonesia dan Sucofindo International Certification Services. www.rspo.org, 2015 2.4 Standardisasi Mendukung ISPO dan Perdagangan CPO di internasional
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan berkerjasama dengan semua pihak. Peraturan Pemerintah 102 Tahun
2000. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang
Semarang, 7 Oktober 2015
206 disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya Peraturan Pemerintah 102 Tahun 2000. Standar Nasional Indonesia SNI adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan Berlaku secara Nasional Peraturan
Pemerintah 102 Tahun 2000.
Standar Nasional Indonesia disingkat SNI adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN. Agar SNI
memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice
, yaitu: a.
Openess keterbukaan:
Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
b.
Transparency transparansi:
Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap
penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI;
c.
Consensus and impartiality konsensus dan tidak memihak:
Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
d.
Effectiveness and relevance:
Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; e.
Coherence:
Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan
internasional; f.
Development dimension berdimensi pembangunan:
Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing
perekonomian nasional. Salah satu Code of good practice dari WTO di atas adalah development dimension berdimensi
pembangunan dengan maksud berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, pasal 3, bahwa tujuan standardisasi nasional sebagai berikut: Disempurnakan
sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, perilaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya
baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; 2. Membantu kelancaran perdagangan;
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Berdasarkan tujuan tersebut, Standar Nasional Indonesia diharapkan dapat mendukung
pelaksanaan ISPO di Indoensia untuk membantu melancarkan perdagangan kelapa sawit, mewujudkan persaingan usaha kelapa sawit dan derivatnya secara sehat dan dapat memberikan perlindungan kepada
konsumen, perilaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2.5 ISPO menjadi standar wajib industri CPO di Indonesia
Mulai Tahun 2015, Menteri Pertanian Republik Indonesia mewajibkan kepada semua industri kelapa sawit di Indonesia mengantongi standar Indonesia Sustainable Palm Oil ISPO.Melalui Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia No.11PermentanOT.14032015 diwajibkan semua industri kelapa sawit Budidaya perkebunan dan pengolahan terintegrasi di Indonesia menerapkan Indonesian
Sustainable Palm Oil ISPO. Dengan demikian, perusahaan yang tidak memiliki standar ISPO tidak melakukan perdagangan baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Sampai dengan Maret tahun 2014, perkebunan sawit yang tersertifikasi ISPO baru 66 perusahaan dari 6.606 perusahaan perkebunan sawit di Indonesia. Medan Daily News, April 2015. Perkebunan kelapa
sawit yang berstandar ISPO disertifikasi oleh lembaga yang ditunjuk oleh kementrian pertanian Indonesia. Permentan No.19Permentan OT.14032011
Semarang, 7 Oktober 2015
207
Tabel 3. Lembaga Sertifikasi ISPO Permentan No. 19PermentanOT.14032011 dan web BSN No.
Lembaga Sertifikasi
Alamat Terakreditasi KAN
1 PT Mutuagung
Lestari Jl. Raya Bogor No. 19 KM 33,5
berlaku sampai 24 April 2017 Cimanggis - Depok 16953 Indonesia
Tel. 021-8740202; Fax. 021-87740745- 46
2 PT TUV Nord
Indonesia Jl. Let. Jend. TB. Simatupang Kav.88,
Pasar Minggu Jakarta Selatan, Berlaku sampai 30 November
2015 Perkantoran Hijau Arkadia,
Tower F, 7th Floor, Suite 706 12520 Jakarta
Tel. 021 78837338, Fax. 021 78837336
3 PT Sucofindo
Persero Graha Sucofindo Lantai B1
Berlaku sampai 24 April 2016 Jl. Raya Pasar Minggu Kav. 34 Jakarta
12780 Tel: 021-7983666 Ext.2062 Fax: 798
7015
4 PT TUV
Rheinland Indonesia
Menara Karya 10th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said
Berlaku sampai 20 Juni 2016 Block X-5 Kav. 1-2 Jakarta 12950,
Indonesia Tel. 021 57944579, Fax. 021 57944575
5 PT SAI Global
Indonesia Graha
Iskandarsyah Lt.
4 Jl.
Iskandarsyah Raya No. 66-C Jakarta 12160
Berlaku sampai 21 Oktober 2018 Tel. 021-72061867206460 Fax. 021-
7206207
6 PT Mutu Hijau
Indonesia Manggala Wanabakti Bldg. Blok IV
9th Floor Room 930 AC Berlaku sampai 23 Juli 2016
Jl. Jend. Gatot Subroto Senayan Jakarta 10270
Tel. 021-57853706-07 Fax: 021- 57853708
7 PT SGS
Indonesia Cilandak Commercial Estate 108C Jl.
Raya Cilandak KKO Berlaku sampai 28 September
2015 Jakarta Selatan 12560
Tel: 021-7818111 Fax: 021-7818222
8 PT BSI Group
Indonesia Menara Bidakara 2, 17th Floor, Unit 5,
Berlaku sampai 24 Februari 2017 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 71
– 73, Komplek Bidakara, Pancoran, Jakarta
Selatan Tel: 021 8379 3174 - 77, Fax: 021
8379 3287