Kegiatan Ekonomi Utama Koridor Jawa Tengah

Semarang, 7 Oktober 2015 173 Komoditas Volume ton 2013 2012 2011 2010 2009 Kerbau 62.032 79.667 75.674 111.097 105.506 Kuda 15.559 17.763 15.872 15.152 14.264 Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah; Jawa Tengah Dalam Angka; Data terolah Juli 2015 Dari Tabel 3 menunjukan bahwa komoditas unggulan di koridor Jawa Tengah, masing-masing sektor sejak tahun 2009 - 2013 yang memiliki nilai perdagangan tertinggi, diambil 3 tiga teratas, masing-masing sektor, yaitu: pertanian ubi kayu, jagung dan pisang; perkebunan kelapa, tebu dan tembakau; perikanan perikanan tangkap, budidaya tangkap, budidaya tambak dan budidaya kolam; peternakan kambing, domba dan sapi. 2.3 Infrastruktur Penerapan Standar Standar meliputi Standar Nasional Indonesia SNI dan Standar Internasional SI akan memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang memerlukan standar tersebut bila penerapan standar tersebut didukung oleh infrastruktur penilaian kesesuaian conformity assesment=CA yang dapat dipercaya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa infrastruktur penerapan standar adalah infrastruktur penilaian kesesuaian. Infrastruktur penilaian kesesuaian ini biasa disebut sebagai Lembaga Penilai Kesesuaian LPK. Dalam ISOIEC 17000:2004 penilaian kesesuaian didefinisikan sebagai pernyataan bahwa produk, proses, sistem, personel atau lembaga telah memenuhi persyaratan tertentu, yang dapat mencakup kegiatan pengujian, inspeksi, sertifikasi serta akreditasi lembaga penilaian kesesuaian. Akreditasi untuk menilai kompetensi lembaga penilai kesesuaian di Indonesia dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional KAN. Pengujian merupakan bagian dari kegiatan penilaian kesesuaian yang dalam ISOIEC 17000:2004 didefinisikan dengan penentuan satu atau lebih karakteristik obyek penilaian kesesuaian, berdasarkan sebuah prosedur . Pengujian merupakan satu cara untuk memeriksa atau menentukan karakteristik, kandungan danatau parameter yang menentukan mutu suatu produk, komponen, bahan, dan lain sebagainya. Kegiatan penilaian kesesuaian dalam bentuk pengujian ini dilakukan oleh Laboratorium Pengujian LP. Sedangkan sertifikasi dalam ISOIEC 17000:2004 didefinisikan sebagai pengesahan dari pihak ketiga yang berkaitan dengan produk, proses, sistem atau orang. Khusus mengenai sertifikasi produk dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk LSPro dimaksudkan untuk memberikan pengakuan bahwa proses produksi, kandungan atau kadar, sifat-sifat dan karakteristik lainnya dari sebuah produk telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standar yang relevan. Selanjutnya produk yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar yang relevan dapat diberi tanda kesesuian. Bagi konsumen, sertifikasi produk yang telah diperoleh produsen memberikan jaminan kepercayaan yang dapat digunakan sebagai dasar pemilihan produsen atau produk. Kesesuaian terhadap standar khususnya untuk produk dapat digunakan oleh masyarakat sebagai dasar pemilihan produk dengan mutu terbaik. Bila pada produk tersebut terdapat tanda yang menunjukkan kesesuaian maka penandaannya akan memberikan petunjuk pada konsumen bahwa produk tersebut memiliki mutu sesuai standar yang dimaksud. Produsen memerlukan penandaan terhadap produk dengan harapan konsumen memilih produk atas dasar karakteristik mutu yang diwakili oleh produk tersebut. Tanda kesesuaian sebuah produk pada tingkat nasional atau national quality mark adalah berupa tanda SNI yang khas dengan “garis di bagian atas dan bawah tulisan SNI” yang menunjukkan kesesuaian produk dengan keseluruhan persyaratan yang ditetapkan dalam SNI yang relevan. Gambar 4 Tanda kesesuaian dengan SNI yang didapatkan setelah melalui proses penilaian keseuaian Semarang, 7 Oktober 2015 174 Gambar 5 Contoh produk bertanda SNI 2.4 Kesiapan Indonesia Menghadapi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA Kesiapan Indonesia menghadapi perdagangan negara ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan rangkaian kegiatan perdagangan meliputi ke-12 duabelas sektor sesuai dengan kesepakatan MEA pada sidang ASEAN Committee Consultatives on Standards, Conformance and Quality ACCSQ. Didalam menghadapi perdagangan MEA maka Indonesia harus memiliki dua strategi yang harus segera dilakukan jika Indonesia bermaksud untuk memetik nilai tambah dari perdagangan MEA dimaksud. Strategis pertama, yaitu strategi kedalam. Strategi kedalam merupakan upaya-upaya yang dilakukan di dalam negeri guna menghadapi MEA, seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur dan perbaikan sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan membangun industri yang berbasis nilai tambah. Sebagaimana kita ketahui, kurangnya dukungan infrastruktur, lemahnya sistem transportasilogistik, lemahnya perangkat hukum, serta terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang kompeten merupakan hambatan utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Salah satu faktor bahwa lemahnya infrastruktur seringkali menyebabkan tingginya biaya produksi sebagai contoh, buah lokal hasil petani-petani kita seringkali lebih mahal daripada buah impor dari Tiongkok yang menyebabkan buah lokal tidak bisa bersaing di dalam negeri sendiri. Strategi kedua, yaitu strategi keluar. Strategi ini meliputi penerapan standar mutu produk dan jasa yang akan masuk ke pasar Indonesia, perbaikan sistem pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan ekspor impor. Selain itu yang penting juga adalah memperluas akses pasar di negara ASEAN. Dalam hal penerapan standar mutu, baik secara nasional dan internasional diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang salah satunya mengatur bahwa produk yang masuk ke Indonesia harus berbahasa Indonesia dan memenuhi standar mutu produk yang telah ditetapkan di Indonesia. Akan tetapi, dalam beberapa kasus masih sering ditemukan produk-produk makanan dan obat-obatan yang diimpor belum ada label versi berbahasa Indonesia sudah di pasarkan di dalam negeri, terutama di wilayah yang berdekatan dengan negara tetangga daerah perbatasan misalnya di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Batam, Papua, Jawa Tengah, Sanger Talaud dan beberapa daerah lainnya. Hal penting lainnya yang harus segera dilakukan Indonesia yaitu perluasan akses pasar di negara ASEAN. Hal ini penting dilakukan, mengingat ekspor Indonesia ke pasar ASEAN pada periode Januari-Agustus 2013 baru mencapai 23 persen dari nilai total ekspor. Hal ini disebabkan tujuan ekspor Indonesia masih terfokus pada pasar tradisional seperti di Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Hal tersebut disebabkan kecenderungan trend ekonomi dunia saat ini, lebih difokuskan kepada perluasan akses pasar di negara- negara ASEAN dibandingkan dengan negara-negara maju tersebut, karena negara-negara maju dengan pendapatan perkapita tinggi saat ini mulai pulih dari defisit dan hutang yang tinggi akibat krisis keuangan global misalnya Amerika, Jepang, China, Uni Eropa, Australia sehingga dampaknya bahwa permintaan terhadap barang ekspor Indonesia ke negara maju menjadi lebih lemah dibandingkan ke negara ASEAN, Afrika, Timur Tengah, Rusia, dan negara Asia lainnya. Berdasarkan kepada strategis ke-2 dua di atas maka dalam rangka menghadapi perdagangan MEA Indonesia harus memperkuat kesiapan standar dan penilaian kesesuaian sebagai salah satu alat di dalam trasaksi perdagangan MEA. Untuk mengukur tingkat kesiapan Indonesia menghadapi perdagangan MEA maka salah satu alat yang digunakan adalah mengukur tingkat kesiapan Standar Nasional Indonesia SNI dan Lembaga Penilaian Kesesuaian dalam menghadapi perdagangan MEA. Kesiapan SNI yaitu ketersediaan dan kemampuan dokumen SNI yang berlaku di Indonesia bersesuaian dengan kegiatan standardisasi yang mempersyaratkan keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup K3L, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang Semarang, 7 Oktober 2015 175 sebesar-besarnya. Kesiapan LPK yaitu ketersediaan dan kemampuan LPK melakukan unjuk kerja sesuai persyaratan khusus seperti lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi yang terkait produkbarang, proses, sistem, orang atau lembaga yang berfungsi sepenuhnya. pengertian pasar tunggal ASEAN AEC 2015 adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang berdaya saing dan berperan aktif dalam ekonomi global yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Beberapa aspek mendasar di dalam perdagangan MEA, yaitu: 1. Single Market and Production Base, meliputi: a. Free Flow of Goods b. Free Flow of Services and Skilled Labor c. Free Flow of Investment d. Freer Flow of Capital e. Priority Integration Sectors PIS f. Food, Agriculture and Forestry 2. Competitive Economic Region, meliputi: a. Competition Policy b. Consumer Protection c. Intellectual Property Rights d. Infrastructure Development 3. Equitable Economic Development, meliputi: a. Initiative for ASEAN Integration IAI b. Development of Small and Medium Enterprises SMEs 4. Integration into the Global Economy, meliputi: a. External Economic Relations b. Enhanced Participation in Global Supply Networks Masyarakat Ekonomi ASEAN MEAAEC merupakan langkah lebih maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN ASEAN Free Trade AreaAFTA. MEAAEC Blueprint mengamanatkan liberalisasi perdagangan barang yang lebih meaningfull dari CEPT-AFTA. Komponen arus perdagangan bebas barang tersebut meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan maupun penghapusan hambatan non-tarif sesuai skema AFTA. Disamping itu, perlu dilakukan peningkatan fasilitas perdagangan yang diharapkan dapat memperlancar arus perdagangan ASEAN seperti prosedur kepabeanan melalui pembentukan dan penerapan ASEAN Single Window ASW, serta mengevaluasi skema Common Effective Prefrential Tariff CEPT, Rules of Origin ROO, maupun melakukan harmonisasi standar dan kesesuaian Standard and Conformance. Untuk mewujudkan hal tersebut, Negara-negara Anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27 Februari 2009 di Chaam, Thailand. ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA merupakan kodifikasi atas keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi perdagangan barang trade in goods. Dengan demikian, ATIGA merupakan pengganti CEPT Agreement serta penyempurnaan perjanjian ASEAN dalam perdagangan barang secara komprehensif dan integratif yang disesuaikan dengan kesepakatan ASEAN Economic Community AEC Blueprint terkait dengan pergerakan arus barang free flow of goods sebagai salah satu elemen pembentukan pasar tunggal dan basis produksi regional. ATIGA terdiri dari 11 Bab, 98 Pasal dan 10 Lampiran, mengatur tentang prinsip umum perdagangan internasional non-discrimination, Most Favoured Nations-MFN treatment, national treatment , liberalisasi tarif, pengaturan non-tarif dan tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian, SPS Sanitary Phytosanitary Measures, dan kebijakan pemulihan perdagangan safeguard, anti-dumping, countervailing measures . Dengan adanya ATIGA, diharapkan Indonesia akan mendapatkan manfaat di bidang perdagangan antara lain: 1. Terciptanya kepastian hukum dalam menjalankan usaha di bidang perdagangan barang; 2. Terbukanya peluang untuk meningkatkan volume ekspor barang dari Indonesia ke Negara-negara Anggota ASEAN lainnya; 3. Terciptanya iklim usaha yang semakin kondusif dengan diterapkannya penghapusan ekonomi biaya tinggi dan penyederhanaan perijinan; 4. Meningkatnya produktifitas secara internal untuk memperkuat daya saing; 5. Meningkatnya kemampuan pelaku usaha di ASEAN melalui pemanfaatan berbagai kerja sama ekonomi yang disepakati; 6. Adanya kemudahan dan penyederhanaan prosedur kepabeanan, perijinan, dan imigrasi bagi para pelaku usaha dan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan persetujuan ini; Semarang, 7 Oktober 2015 176 7. Terciptanya perdagangan barang yang lebih terprediksi, adil, transparan, dan terstandardisasi; 8. Terciptanya lapangan kerja baru dan berkurangnya kesenjangan sosial masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya penanaman modal di Indonesia; 9. Terbukanya peluang pemanfaatan teknologi diantara Negara Anggota; 10. Meningkatnya keterlibatan sektor swasta dalam perdagangan barang sehingga peran serta Indonesia nyata dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Perdagangan, 2013. Dalam Declaration on The ASEAN Economic Community Blueprint ditetapkan Strategic Schedule for ASEAN Economic Community rakteristik dan Elemen-elemen faktor-faktor dari AEC yang terkait dengan standar dan penilaian kesesuaian dalam ASEAN Economic Community Blueprint, yaitu: 1. Trade facilitation 2. Standards and Technical Barriers to Trade 3. Customs Integration 4. ASEAN Single Window 5. Food, Agriculture and Forestry 6. Enhanced participation in global supply networks AEC Scorecard merupakan suatu alat yang telah disepakati dalam pertemuan negara ASEAN tahun 2012, di mana semua negara ASEAN termasuk Indonesia harus mampu untuk melakukan penelitian terkait dengan kesiapan SNI dan LPK dalam menghadapi pemberlakukan AEC dimaksud Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi - BSN, 2013. Untuk mencapai ASEAN Economic Community Blueprint diperlukan sektor-sektor integrasi prioritas priority integration sectors, because: “Twelve priority integration sectors were identified for accelerated economic integration. Several Member Countries took on the coordinator role for each sector. Each priority integration sector has a roadmap, which combines specific initiatives of the sector and the broad initiatives that cut across all sectors such as trade faci litation measures ”. Identify sector-specific projects or initiatives through regular dialogues or consultation with stakeholders, particularly the private sectorhal ” mengandung makna bahwa Ke-12 sektor prioritas MEA tersebut dituangkan dalam “ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sectors dan Protocol to Amend Article 3 of The ASEAN Framework Amendment Agreement for The Integration of Priority Sectors”, as: 1. Wood-based Products Produk-produk Berbahan Dasar Kayu 2. Rubber-based Products Produk-produk Berbahan Dasar Karet 3. Agro-based Products Produk-produk Berbahan Dasar Pertanian 4. Electronics Elektronika 5. Healthcare Perawatan Kesehatan 6. Automotives Otomotif 7. Fisheries Perikanan 8. Air travel Perjalanan Udara 9. E-ASEAN Teknologi Komunikasi Informasi di ASEAN 10. Textiles and Apparels Tekstil Pakaian 11. Tourism Turisme 12. Logistic Service Jasa Logistik BOLKIAH, et al., 2004. Atas kesepakatan tersebut maka Masyarakat Ekonomi ASEAN menetapkan ke 12 sektor prioritas perdagangan antar negara anggota ASEAN. Pemerintah Indonesia di dalam menghadapi perdagangan bebas MEA tersebut menetapkan Peraturan Presiden Perpres No. 25 Tahun 2009 tentang Pengesahan Asean Framework Agreement for The Integration of Priority Sectors. Peraturan Presiden Perpres Nomor 25 Tahun 2009 tersebut lebih memperkuat posisi Indonesia di dalam perdagangan bebas antara negara ASEAN, secara khusus memperkuat perdagangan terkait dengan ke-12 Sektor Prioritas MEA dimaksud. Dalam melaksanakan proses integrasi ASEAN menuju MEAAEC 2015, sesuai dengan piagam ASEAN, dibentuk struktur kelembagaan ASEAN yang terdiri dari ASEAN Summit, ASEAN Coordinating Council, ASEAN Community Council, ASEAN Economic Ministers, ASEAN Free Trade Area Council, ASEAN Investment Area Council, Senior Economic Official Meeting, dan Coordinating Committee. Coordinating CommitteeWorking Groups merupakan pertemuan teknis setingkat Direktur atau Manager di instansi terkait masing-masing Negara Anggota ASEAN. Pertemuan ini diadakan 4 empat kali dalam setahun, dimana hasil pertemuannya akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan kepada AEM, AEC Council, ASEAN Coordinating Council, dan ASEAN Summit Kementrian Perdagangan, Menuju ASEAN Economic Communitty, AEC, 2013. Semarang, 7 Oktober 2015 177

2.5 Kesiapan Lembaga Penilai Kesesuaian LPK

Berdasarkan pemaparan di atas, dikatakan bahwa kesiapan adalah kesediaan dan kemampuan melakukan suatu kegiatan yang mengacu pada lingkungan individu atau lembaga dalam menempatkan diri dan berinteraksi dengan cara tertentu yang disiapkan untuk tugas akan datang. Lembaga Penilaian Kesesuaian LPK menurut Setiadi merupakan institusi yang mendukung kegiatan standardisasi Setiadi, 2010. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak Presiden Republik Indonesia- Abdurrahman Wahid, 2000. Ruang lingkup Sistem Standardisasi Nasional SSN meliputi metrologi teknik dan legal, standardisasi proses pengembangan dan penerapan SNI, penilaian kesesuaian akreditasi, sertifikasi, pengujian, dan inspeksi, serta kegiatan lain yang terkait dengan proses pembuktian. Kegiatan penilaian kesesuaian didukung oleh institusi antara lain sebagai berikut : instansi teknis, Manajemen Teknis Penerapan Standar, KSNSU, KAN, LPK, Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia ALSI, perguruan tinggi dan pelaku usaha Setiadi, 2010. Kelembagaan yang berperan dalam kegiatan penilaian kesesuaian harus mampu memberikan dukungan infrastruktur penilaian kesesuaian yang harmonis dengan sistem penilaian kesesuaian di tingkat internasional dan perjanjian TBT-WTO. Dukungan infrastruktur penilaian kesesuaian yang memadai diperlukan agar pelaksanaan kegiatan standardisasi dapat dilakukan secara harmonis dan selaras dengan kegiatan standardisasi di tingkat regional maupun internasional Setiadi, 2010. Conformity assessment helps to ensure that products and services deliver on their promises. ISOIEC 17000 defines conformity assessment as : demonstration that specified requirements relating to a product, process, system, person, or body are fulfilled. Conformity assessment is often characterized as part of a quality infrastructure. This publication highlights the significance of conformity assessment within a national or regional quality infrastructure and the interactions between the various elements of such an infrastructure. The national system for the development of technical regulations should have an input to the quality infrastruc ture so as to ensure that the regulators’ needs are met and that the regulations use the infrastructure to best effect. Normally, there are also organizations dedicated to the development of people and organizations on issues related to quality improvement and development of quality and management systems auditing Russell, Kellermann, Cleare, 2010. Di dalam memperkuat perdagangan Indonesia dengan MEA maka pemerintah Indonesia diharapkan dapat mengembangkan infrastruktur penerapan SNI di seluruh koridor Ekonomi Indoneia mencakup ke-6 enam Koridor di Indonesia dalam rangka memantapkan program MP3EI secara nasional dengan mengarah kepada ke12 dua belas sektor prioritas MEA. Diharapkan ada keseimbangan pengembangan infrastruktur penerapan SNI dengan produk unggulan daerah di Jawa Tengah sekaligus memperkuat posisi Koridor Jawa Tengah dalam mengahdapi MEA. Lembaga Penilaian Kesesuaian LPK dapat terdiri dari lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi. Kebijakan di bidang penilaian kesesuaian difokuskan pada: 1. Peningkatan kemampuan institusi pengelola kegiatan penilaian kesesuaian 2. Penyusunan peraturan perundangan termasuk pedoman terkait di bidang penilaian kesesuaian 3. Pengembangan SNI untuk penilaian kesesuaian harmonis dengan standar internasional 4. Pengembangan, peningkatan, dan pemeliharaan pengakuan di tingkat nasional, regional, dan internasional terhadap kompetensi Lembaga Penilaian Kesesuaian LPK untuk memfasilitasi perdagangan global. Kebijakan tersebut dilaksanakan melalui : a. Penguatan dan kemandirian kelembagaan Komite Akreditasi Nasional KAN b. Peningkatan kapabilitas dan ketersediaan LPK yang diakreditasi KAN dalam mendukung penerapan standar dan regulasi c. Penegakan peraturan perundangan terkait kegiatan penilaian kesesuaian d. Edukasi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran industri terhadap fungsi dan manfaat penilaian kesesuaian Setiadi, 2010 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa lembaga penilaian kesesuaian adalah lembaga yang melakukan unjuk kerja sesuai persyaratan khusus seperti lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi yang terkait produkbarang, proses, sistem, orang atau lembaga yang berfungsi sepenuhnya untuk memfasilitasi perdagangan global yang merupakan bagian dari infrstruktur kualitas. Kesiapan LPK yaitu kesediaan dan kemampuan LPK melakukan unjuk kerja sesuai persyaratan khusus seperti lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium penguji dan Semarang, 7 Oktober 2015 178 laboratorium kalibrasi yang terkait produkbarang, proses, sistem, orang atau lembaga yang berfungsi sepenuhnya untuk memfasilitasi perdagangan global yang merupakan bagian dari infrastruktur kualitas. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alur pikir Untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan penelitian, maka digunakan alur pikir sebagai berikut: Gambar 6 Alur pikir penelitian 3.2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Data untuk diolah dalam penelitian ini merupakan jenis data sekunder yang didapatkan dari Pusat-Pusat terkait yang berada di Badan Standardisasi Nasional, yaitu Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi PALLI, Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi PALS, dan dan Pusat Sistem Penerapan Standar PSPS. Data SNI terkait MP3EI didapatkan dari keluaran Penelitian Kebutuhan Standar Produk Unggulan Daerah pada Koridor Ekonomi KE Nasional oleh Puslitbang-BSN Tahun 2012 diperbaharui sampai dengan Juni 2015. Untuk identifikasi Laboratorium Pengujian tidak didasarkan satu-persatu atas nomor SNI atau judul SNI, namun dengan pengelompokkan SNI dengan kriteria pengelompokkan berupa kesamaan kata kunci, serta kemiripan sifat kimia, sifat fisika, dan sifat mekanik. Selanjutnya dilakukan identifikasi LP sesuai lingkup ak reditasi dari data “Daftar Laboratorium yang Telah Diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional KAN”. Hal ini dilakukan untuk meringkas karena kuantitas SNI sangat banyak, dengan asumsi SNI memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas dan masuk dalam kelompok yang sama maka dapat diuji sebagian atau keseluruhannya oleh Laboratorium Penguji LP tersebut karena sebuah metode uji dapat digunakan pada produk yang miripserupa. Sedangkan untuk identifikasi Lembaga Sertifikasi Produk Ls.Pro dilakukan satu-persatu sesuai nomor SNI.

3.2.1. Metode Identifikasi Laboratorium Pengujian LP

Untuk mengidentifikasi data Laboratorium Pengujian LP terkait penerapan standar produk unggulan dilakukan tahapan sebagai berikut: Semarang, 7 Oktober 2015 179 Gambar 7 Metode identifikasi dan Pembahasan Lembaga Pengujian 3.2.2. Metode Identifikasi Lembaga Sertifikasi Produk LSPro Untuk mengidentifikasi data Lembaga Sertifikasi Produk LSPro terkait penerapan standar produk unggulan dilakukan tahapan sebagai berikut: Gambar 8 Metode identifikasi dan pembahasan Lembaga Sertifikasi Produk 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Perdagangan Domestik, Ekspor dan Impor Dari perkembangan perdagangan dalam rangka peningkatan ekonomi di koridor Jawa Tengah sampai dengan Tahun 2013 berdasarkan data dari situs website bkpm.go.id diperoleh data komoditas unggulan di koridor Jawa Tengah, ditunjukan sebagai berikut: