Semarang, 7 Oktober 2015
144 Berikut ini adalah hasil perhitungan fuzzy total float dan proses defuzzifikasi ditunjukkan pada
Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4.Hasil Perhitungan Fuzzy Total Float dan Proses Defuzzifikasi
Nama Aktivitas
Kegiatan Pendahulu
Durasi Fuzzy
hari TF
Defuzzifikasi TF
Keterangan
A -
13,14,15 -12,0,12
Kritis B
A 22,23,24
-12,0,12 Kritis
C A
1,2,3 16,27,38
27 D
C 2,3,4
16,27,38 27
E B
1,2,3 -12,0,12
Kritis F
E 6,7,8
-12,0,12 Kritis
G E
2,3,4 -8,4,16
4 H
F,G,D 8,9,10
-12,0,12 Kritis
I H
1,2,3 -12,0,12
Kritis
Dari hasil defuzzifikasi dapat dilihat bahwa kegiatan-kegiatan yang merupakan kegiatan kritis dan merupakan jalur kritis adalah A-B-E-F-H-I.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Total durasi fuzzy waktu event adalah 51,57,63 hari. Setelah dilakukan proses defuzzifikasi,
total durasi waktu untuk event ini selama 57 hari. 2 Kegiatan yang yang merupakan jalur kritis adalah kegiatan A, B, E ,F, H dan I
b Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Dapat membandingkan penelitian ini dengan menggunakan metode lain
2 Melakukan penelitian lanjutan yang melibatkan analisis perhitungan biaya. DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, H.A., Kadar Nurjaman. 2014. Manajemen Proyek, ,Bandung: Pustaka Setia. Herjanto, Eddy.2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga, Jakarta : Grasindo.
Ilma, F.N., Amaliah, B., Saikhu, A. 2013.
“Implementasi Penggunaan Bilangan Fuzzy Trapezoidal untuk Mencari Jalur Kritis pada Jaringan Proyek Fuzzy,
” Jurnal Teknik Pomits. vol. 2, no. 1, ISSN:2337-35-39.
Khalaf, Wakas, S.2013.” Solving the Fuzzy Project Scheduling Problem Based on a Ranking Function,” Australian Journal of Basic and Applied Sciences
, 7 8:806-811, ISSN 1991-8178. Kusumadewi, Sri.2002. Analisis Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Tool Box Matlab, Yogyakarta :
Graha Ilmu,. Oladeinde, Oladeinde, MH.2014.
“Metric Distance Ranking Technique for Fuzzy Critical Path Analysis,
” J. Appl. Sci. Environ. Manage, vol. 18 4 583-589, JASEM ISSN 1119-8362. Oladeinde, MH., Itsisor, D.O. 2013.
”Application od Fuzzy Theory to Project Schedulling with Critical Path Method
,”J. Appl. Sci. Environ. Manage, vol. 17 1 161-166, JASEM ISSN 1119- 8362.
Shankar, N. Ravi, Sireesha V., Rao P. Phani Bushan.2010. “An Analytical Method for Finding
Critical Path in a Fuzzy Project Network, ” Int. J .Contemp. . Sciences, Math, vol. 5, no. 20,953-
962. Shankar, N. Ravi,Sireesha V.2010
.” A New Approach to Find Total Float Time and Critical Path in A Fuzzy Project Network,” International Journal of Engineering Science and Technology, vol 2
4, 600-609, ISSN: 0975-5462. Soeharto, Iman, 1997. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Jakarta: Erlangga.
Semarang, 7 Oktober 2015
145
PENENTUAN FAKTOR TINGKAT KESULITAN PRODUK BORDIRAN DAN SULAM TANGAN KECAMATAN AMPEK ANGKEK - AGAM
Lestari Setiawati, Tomi Eriawan, Lahira Jefni Andira
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada No. 19 Olo Nanggal, Padang 25143
Telp. 0751 7054257 E-mail:
lestari_setiawatiymail.com ,
lestarisetiawatibunghatta.ac.id
ABSTRAK Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam telah dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kerajinan
produk bordiran dan sulam tangan dari Sumatera Barat. Jenis sulaman yang sering digunakan dan menjadi ciri khas adalah sulaman Suji Caia Suji Cair, Suji Kapalo Samek Suji Kepala Peniti dan
Terawang. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diperoleh bahwa jenis sulaman, variasi warna benang, jenis kain dan motif sulaman merupakan faktor yang menjadi bahan pertimbangan konsumen
dalam memilih produk bordiran dan sulam tangan. Adanya keragaman variasi produk yang dihasilkan untuk memenuhi keinginan konsumen mengakibatkan tingkat kesulitan bagi pekerja untuk memproduksi
produk bordiran dan sulam tangan menjadi berbeda-beda. Saat ini pemberian upah pekerja hanya didasarkan pada jumlah motif yang dihasilkan tanpa mempertimbangkan adanya perbedaan tingkat
kesulitan tersebut. Penelitian ini membahas mengenai penentuan faktor atau komponen tingkat kesulitan dalam menghasilkan produk bordiran dan sulam tangan. Untuk mengetahui bobot tertinggi dalam
penentuan faktor tingkat kesulitan digunakan metode AHP Analytical Hierarchy Process. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kesulitan dominan disebabkan oleh faktor jenis kain sebesar
40,4, warna kain sebesar 26,9 dan variasi warna benang sebesar 14,5.
Kata Kunci
: Variasi Produk, Sulaman, Tingkat Kesulitan, AHP
5. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selain dikenal karena cita rasa makanannya, maka daerah Sumatera Barat juga dapat dikenali dari pakaian yang dikenakan oleh masyarakatnya. Karakteristik dan jenis kain inilah dapat dijadikan pembeda
dari masing-masing daerah. Jika Pandai Sikek dan Silungkang terkenal sebagai daerah penghasil kain tenun dan songket dari wilayah Provinsi Sumatera Barat, maka Kecamatan Ampek Angkek lebih dikenal
sebagai daerah penghasil produk bordiran dan sulam tangan dimana 39,6 masyarakatnya bergerak dan berusaha di bidang konveksi, bordiran, sulam tangan. Pada umumnya kerajinan bordiran dan sulam
tangan ini dilakukan oleh kaum perempuan sebagai pekerjaan sampingan. Setiawati, 2014
Menurut beberapa dokumen sejarah disebutkan bahwa sulam sudah ada jauh sebelum adanya seni lukis. Sulam merupakan sebuah cara yang dipakai untuk menggambarkan objek-objek di sekitar manusia.
Kriya sulam dan sebagaian besar kerajinan tangan yang menggunakan jarum diperkirakan berasal dari Asia Timur Cina, India dan Persia dan Timur Tengah. Apabila berbicara masalah Kriya Sulam
Sumatera, maka yang paling banyak diketahui masyarakat luas adalah Kriya Sumatera yang berasal dari Sumatera Barat, Tapis Lampung dan Sulam Kasab dari Aceh. Wacik, 2013
Beberapa jenis sulam yang terdapat di Sumatera Barat adalah sebagai berikut; 1 Suji Cair Suji Caia, 2 Suji Kepala Peniti Suji Kapalo Samek, 3 Sulam Terawang Sulam Karawang, 4 Sulam
Kerancang dan 5 Sulam Bayang. Razni dan Mity, 2010. Berdasarkan kelima jenis sulaman tersebut, maka jenis sulaman yang umumnya dihasilkan di
Kenagarian Balai Gurah Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam adalah Suji Caia, Suji Kapalo Samek dan Terawang.
Untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi yang serba sulit ini, pengrajin produk bordiran dan sulam tangan di Kecamatan Ampek Angkek harus mampu membaca apa yang menjadi keinginan
konsumen. Dengan menggunakan fase House Of Quality HOQ pada Metode Quality Function Deployment
QFD diharapkan dapat diidentifikasi seberapa besar perbaikan yang harus dilakukan pada bordiran sehingga nantinya dapat memuaskan keinginan konsumen costumer satisfaction. Cohen,
1991 Penelitian sebelumnya di Kecamatan Ampek Angkek membahas tentang penentuan keinginan
konsumen dalam memilih produk bordiran dan sulaman. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat tiga prioritas karakteristik kebutuhan konsumen yaitu; 1 seni desain berupa jenis dan motif
Semarang, 7 Oktober 2015
146 sulaman yang dihasilkan, 2 jenis bahan kain dan 3 variasi warna benang yang digunakan Setiawati,
2014. Dengan adanya keragaman variasi produk yang dihasilkan untuk memenuhi keinginan konsumen
tersebut, mengakibatkan tingkat kesulitan bagi pekerja untuk memproduksi produk bordiran dan sulam tangan menjadi berbeda-beda. Adanya perbedaan tingkat kesulitan dalam menghasilkan produk bordiran
dan sulaman tersebut belum dijadikan sebagai salah faktor penentu dalam mentukan upah pekerja pengrajin. Saat ini upah yang diterima pekerja hanya didasarkan pada jumlah motif yang dihasilkan. Hal
ini menyebabkan pekerja menjadi sedikit enggan dan malas apabila menerima order untuk membuat produk bordiran dan sulaman dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat kesulitan pekerja dalam menghasilkan produk bordiran dan sulaman. Penentuan faktor ini
menggunakan pendekatan metode AHP Analytical Hierarchy Process. Diharapkan dengan diketahuinya faktor prioritas tertinggi dalam membuat produk bordiran dan sulaman, maka nantinya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan faktor penentu dalam menentukan standar upah bagi pekerja.
1.2. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan dan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Penelitian dilakukan di Kenagarian Balai Gurah Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.
2 Produk bordiran dan sulaman yang dihasilkan berupa baju kurung, baju koko, selendang, selendang gadang, jilbab dan mukena.
3 Jenis sulaman yang dibuat adalah sulaman Suji Caia Suji Cair, Suji Kapalo Samek Suji Kepala Peniti dan Terawang.
4 Motif sulaman yang dibuat adalah motif yang menjadi ciri khas produk bordiran dan sulaman di Kenagarian Balai Gurah Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.
5 Keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh pekerja anak jahit adalah sama.
6. STUDI PUSTAKA
Analitycal Hierarchy Process AHP adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang kompleks
tidak terstruktur kedalam beberpa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas
paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti
melakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penetapan nilai kemungkinan untuk variabel aleatori, penetapan nilai, pernyataan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi preferensi atau
resiko. Betapapun melebarnya alternatif yang terdapat ditetapkan maupun terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatsan yang tetap melingkupi adalah dasar pembandingan berbentuk suatu kriteria
yang tunggal.
Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process AHP adalah memilih sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur
dipecahkan kedalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Kelebihan metode AHP diantaranya adalah: a Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria
yang paling dalam b Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh para pengmbil keputusan c Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitifitas pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-obyektif dan multi- kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Oleh sebab itu,
model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif. Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari
pemikiran AHP, yaitu: 1 Prinsip Menyusun Hirarki
Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.