HASIL DAN PEMBAHASAN a

Semarang, 7 Oktober 2015 337 Tabel 7. Analisis Variansi dan Persentase Kontribusi Faktor Berpengaruh Terhadap Rataan Faktor SS Dof MS F Ftabel SS ρ A 0,1307 2 0,0653 6,4074 3,55 0,1103 14,25 B 0,1577 2 0,0789 7,7364 3,55 0,1374 17,75 C 0,1374 2 0,0687 6,7401 3,55 0,1170 15,13 D 0,1644 2 0,0822 8,0609 3,55 0,1440 18,61 Error 0,1835 18 0,0102 0,2651 34,26 Total 0,7737 26 0,7737 100,00 Mean 1409,1267 1 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa faktor A, B, C, dan D berpengaruh signifikan terhadap tensile strength benang PE 30. Dengan faktor D dan B memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap tensile strength benang. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel, dimana F hitung lebih besar daripada F tabel yaitu 8,0609 3,55 untuk faktor D dan 7,7364 3,55 untuk faktor B. Serta faktor D dan B memiliki persentase kontribusi yang lebih tinggi daripada faktor lain yaitu 18,61 dan 17,75.Akan tetapi error tingkat kesalahan yang terjadi jauh lebih besar dari masing – masing faktor berpengaruh yaitu 34,26. Dalam analisis variansi Anova jika persentase kesalahan kontribusi terhadap variansi lebih rendah dari 15, maka tidak ada faktor penting yang hilang dalam desain eksperimen Manikandan dkk, 2014. Pada penelitian ini persentase kesalahan lebih tinggi dari 15 yaitu sebesar 34,26 maka terdapat faktor penting yang hilang dalam desain eksperimen. c Identifikasi Pengaruh Faktor Terhadap Variansi Data ditransformasikan ke dalam bentuk rasio SN untuk mencari faktor yang berpengaruh pada variansi karakteristik kualitas, dimana SN untuk karakteristik kualitas semakin tinggi semakin baik higher is better adalah 2 dimana n adalah banyaknya ulangan dalam tiap eksperimen dan y adalah nilai pada setiap run. Berikut adalah contoh perhitungan untuk percobaan nomor 1. Perhitungan SNR untuk seluruh percobaan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Perhitungan SNR No. Trial Faktor Kontrol Strength N SNR dB A B C D R1 R2 R3 1 1 1 1 1 7,1933 7,2459 7,2491 17,1819 2 1 2 2 2 7,3048 7,1525 7,2518 17,1894 3 1 3 3 3 7,2009 7,0139 7,1213 17,0384 4 2 1 2 3 7,3144 6,9825 6,8195 16,9390 5 2 2 3 1 7,2076 7,1008 7,4987 17,2227 6 2 3 1 2 7,2819 7,6456 6,9895 17,2557 7 3 1 3 2 7,3489 7,1043 7,1585 17,1486 8 3 2 1 3 7,5545 7,1858 7,1873 17,2702 9 3 3 2 1 7,3811 7,2402 7,3268 17,2847 Dari tabel 8 kemudian dilakukan perhitungan untuk menghitung respon SNR kuat tarik benang dari pengaruh faktor yang ditunjukkan pada Tabel 9.. Contoh perhitungan untuk tabel 9 adalah sebagai berikut. Rata – rata B1 = 13 17,1819 + 16,9390 + 17,1486 = 17,0899 Semarang, 7 Oktober 2015 338 Tabel 9. Respon SNR Kuat Tarik Benang dari Pengaruh Faktor Item Faktor Terkontrol A B C D Level 1 17,1366 17,0899 17,2359 17,2298 Level 2 17,1391 17,2274 17,1377 17,1979 Level 3 17,2345 17,1929 17,1366 17,0825 Selisih Max – min 0,0979 0,1376 0,0993 0,1473 Ranking 4 2 3 1 Optimum A3 B2 C1 D1 Selanjutnya dari tabel respon SNR dilakukan perhitungan analisis variansi Anova untuk melihat faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap kekuatan benang dan dilakukan juga perhitungan persentase kontribusi untuk melihat kontribusi dari masing – masing faktor terhadap kekuatan benang. Berikut adalah tabel analisis variansi Anova dan persentase kontribusi faktor berpengaruh terhadap rasio SN. Tabel 10. Analisis Variansi dan Persentase Kontribusi Faktor Berpengaruh Terhadap Rasio SN Faktor SS Dof MS F Ftabel SS P A 0,0165 2 0,0082 9,3560 3,55 0,0147 14,01 B 0,0254 2 0,0127 14,4337 3,55 0,0236 22,53 C 0,0160 2 0,0080 9,1137 3,55 0,0143 13,61 D 0,0312 2 0,0156 17,7298 3,55 0,0294 28,05 Error 0,0158 18 0,0009 0,0229 21,80 Total 0,1050 26 0,1050 100,00 Mean 2653,3009 1 d Perbandingan Hasil Percobaan Konfirmasi dengan Percobaan Setting Awal Perusahaan Berdasarkan tabel 6 respon rataan dan tabel 9 respon rasio SN, didapatkan bahwa faktor dan level faktor optimal untuk percobaan konfirmasi adalah A3 = Tekanan Squeezing Roll 2 nd sebesar 1,5 TonKN B2 = Draft Free Cylinder Dryer to Size Box sebesar 0,0 C1 = Speed sebesar 40 mmenit D1 = Temperature Dry Cylinder sebesar 120 o C Sedangkan pada percobaan dengan setting awal perusahaan setting baku yang digunakan pada mesin Sizing di Weaving AJL 2, faktor dan level yang ditetapkan adalah sebagai berikut : - Tekanan Squeezing Roll 2 nd sebesar 1,5 TonKN - Draft Free Cylinder Dryer to Size Box sebesar 0,0 - Speed sebesar 45 mmenit - Temperature Dry Cylinder sebesar 115 o C Pada percobaan konfirmasi dan percobaan setting awal perusahaan, masing – masing percobaan dilakukan hanya 1 kali dan pengujian kekuatan tarik benang dilakukan hanya pada 15 sampel benang. Hasil percobaan konfirmasi dari hasil setting level optimal dan hasil percobaan dengan setting awal perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa rata – rata tensile strength yang dihasilkan antara settting awal perusahaaan dengan setting optimal berbeda cukup jauh. Setting awal perusahaan menghasilkan rata – rata tensile strength sebesar 6,8190 Newton sedangkan setting optimal menghasilkan rata – rata tensile strength sebesar 7,3236 Newton. Selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis untuk membuktikan apakah hasil percobaan konfirmasi lebih baik daripada percobaan dengan menggunakan setting awal perusahaan. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu maka keputusan yang diambil adalah H ditolak, artinya Tensile strength benang PE 30 setting level optimal berbeda signifikan terhadap setting awal. Dapat disimpulkan bahwa rancangan percobaan telah memenuhi persyaratan dalam eksperimen dan Tensile strength benang PE 30 percobaan konfirmasi lebih baik daripada percobaan dengan setting awal perusahaan. Semarang, 7 Oktober 2015 339 Tabel 11. Data Kekuatan Tarik Benang Percobaan Konfirmasi dan Percobaan Setting Awal Perusahaan Sampel benang Tensile strength N Setting Optimal Setting Awal 1 6,5586 7,3338 2 7,1808 8,4660 3 5,9160 6,7320 4 7,4256 7,0278 5 6,9972 6,9462 6 7,2624 5,4774 7 6,7320 7,1400 8 8,8740 6,9258 9 8,3844 6,6504 10 6,9258 6,9870 11 7,4460 7,3848 12 6,3648 5,7426 13 8,7924 6,2016 14 7,7928 7,3134 15 7,2012 5,9568 Rata-rata 7,3236 6,8190 Stdev 0,8482 0,7495 Variansi 0,7194 0,5617

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam usaha meningkatkan kekuatan tarik tensile strength benang lusi jenis PE 30, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kekuatan tarik tensile strength benang lusi berturut – turut adalah temperature dry cylinder, draft free cylinder dryer to size box, speed, dan tekanan squeezing roll 2 nd . 2. Setelah dilakukan perhitungan respon terhadap rata – rata tensile strength dan rasio SN didapatkan level terbaik dari masing – masing faktor yaitu - Faktor tekanan squeezing roll 2 nd pada level 3 yaitu 1,5 TonKN - Faktor draft free cylinder dryer to size box pada level 2 yaitu 0,0 - Faktor speed pada level 1 yaitu 40 mmenit - Faktor temperature dry cylinder pada level 1 yaitu 120 o C. Dari level faktor terbaik kemudian dilakukan percobaan konfirmasi yang menghasilkan rata – rata tensile strength sebesar 7,3236 Newton. 3. Hasil setting optimal pada percobaan konfirmasi sebesar 7,3236 Newton lebih besar dari hasil setting awal perusahaan yang hanya 6,8190 Newton. Hasil ini menunjukkan bahwa tensile strength pada setting optimal lebih baik dari setting awal perusahaan dengan peningkatan nilai sebesar 6,89. DAFTAR PUSTAKA Manikandan, Rao, N., Ramanujam, Ramkumar, D., Arivazhagan, Reddy. 2014. Optimization of the Pulsed Current Gas Tungsten Arc Welding Process Parameters for alloy C-276 using the Taguchi Method. Procedia Engineering, 97, pp 767-774. Ross, P. J. 1996. Taguchi Techniques for Quality Engineering. Singapore: McGraw Hill Book Company. Roy, R. K. 1990. A Primer on The Taguchi Method. New York: Van Nostrand Reinhold. Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta. Zyahri, M. 2013. Pengantar Ilmu Tekstil 2. Jakarta: Kemendikbud Direktorat Pembinaan SMK. Semarang, 7 Oktober 2015 340 PERANCANGAN PRODUK PEWARNA ALAM MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Dyah Ika Rinawati,Diana Puspita Sari, Puji Handayani Kasih Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239 Telp 024 7460052 Email: dyah.ikagmail.com ; diana_psptsryahoo.com ; pujihandayanikasihgmail.com ABSTRAK Penggunaan bahan pewarna sintetis terbukti sangat merugikan lingkungan dan berdampak buruk bagi manusia dan ekosistem di sekitarnya. Hal ini mendorong beberapa peneliti kembali melirik potensi bahan pewarna alam untuk tekstil termasuk batik. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bahan pewarna alam mampu mengurangi dampak terhadap lingkungan dan secara uji kualitas bisa diterima. Namun kerumitan proses yang berdampak pada biaya produksi dan ketidakstabilan warna menjadi kendala UKM Batik untuk memanfaatkan bahan pewarna alam. Guna mempermudah pemakaian pewarna alam diperlukan pewarna alam yang siap pakai dan sesuai dengan kebutuhan UKM. Penelitian ini bertujuan untuk merancang produk pewarna alam menggunakan metode quality function deployment. Pemilihan metode QFD didasarkan kepada keterlibatan customer sedini mungkin dalam proses perancangan produk sehingga menjamin produk dapat memuaskan customer. Penelitian diawali dengan wawancara customer, penyusunan Voice Of Customer, penyebaran kuesioner, perhitungan GAP, penentuan karakteristik teknis, pembuatan House Of Quality HOQ. hasil identifikasi voice of customer adalah pengrajin menginginkan produk pewarna alam siap pakai yang alami dan bebas dari kandungan bahan kimia berbahaya, tidak beracun dan menimbulkan iritasi, Warnanya tidak larut tahan luntur, zat warnanya kuat, Warnanya tidak larut tahan luntur, mudah dipakai, mudah disimpan, menghasilkan warna merah yang cerah, dan konsisten. . Kata Kunci : perancangan, pewarna alam, batik, quality function deployment

1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan industri dan modifikasi proses manufaktur telah meningkatkan volume, komposisi dan kompleksitas air limbah yang berdampak pada lingkungan. Limbah air banyak mengandung logam berat, pewarna reaktif, polutan organic dan padatan tersuspensi. Pewarna reaktif merupakan substansi yang mengandung paling banyak bahan kimia berbahaya seperti benzidine, halogen, racun, karsinogen dan senyawa mutagenic organic. Pada prakteknya, hampir terdapat 125 – 150 liter air digunakan untuk setiap kilogram proses tekstil dari persiapan, pewarnaan, pembilasan dan lainnya Othman dkk, 2011. Limbah batik di UKM Yogyakarta sekitar 125 liter per kilogram Batik, sedangkan Pekalongan sekitar 100 liter per kilogram batik Sari dkk 2012. Pengukuran terhadap tingkat eko efisiensi produk Batik dengan life cycle assessment di Pekalongan menghasilkan nilai yang masih di bawah 1 Sari, dkk, 2012. Begitu juga pengukuran eko efisiensi di Batik Puspa Kencana Laweyan, nilai Eco Efficiency Index juga masih di bawah 1 Rinawati dkk, 2013. Hal ini menggambarkan bahwa produk tersebut affordable tapi belum sustainable. Aktivitas yang mendominasi terhadap biaya lingkungan adalah proses pewarnaan dengan bahan sintetis. Penelitian ini menyarankan untuk menggunakan pewarna alam sebagai alternatif. Supartini, Hartini Rinawati 2013 juga meneliti bahwa batik dengan pewarna alam mempunya eco-efficiency lebih dari satu. Ini berarti bahwa batik pewarna alam termasuk affordable dan sustainable. Pewarna alam diekstrak dari materi vegetatif dan residu hewan, diklaim ramah lingkungan, karena menimbulkan tingkat emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pewarna sintetis dalam industri tekstil. Kelebihan zat warna alam yang lain adalah adanya zat antibakteri dan penghilang bau Rungruangkitkrai, 2012 dan lebih dari 60 dari uji pewarnaan yang dilakukan dapat diterima dari sifat tahan lunturnya Bechhtold dkk.., 2003. Selama ini, proses produksi menggunakan bahan pewarna alam sangat dipengaruhi oleh lama pewarnaan tergantung pada bahan pewarna yang digunakan. Meskipun teknik pewarnaan untuk tiap bahan hampir sama namun jika komposisinya berbeda maka sulit untuk mendapatkan warna yang optimal. Disamping itu kestabilan warna juga masih rendah. Inilah yang masih menyulitkan pengrajin untuk mendapatkan bahan pewarna yang standar. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk memperoleh bahan pewarna alam yang siap pakai. Dengan adanya produk pewarna alam dalam bentuk siap pakai telah Semarang, 7 Oktober 2015 341 berhasil mengurangi jumlah pencelupan secara signifikan, yang berarti menurunkan biaya produksi. Di samping itu, pengrajin juga tidak perlu melakukan proses ekstraksi sendiri. Mengingat banyaknya alternatif bahan pewarna alam maka perlu dilakukan studi untuk menentukan produk pewarna alam seperti apa yang perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Quality Function Deployment QFD. Function Deployment adalah sebuah sistem untuk menterjemahkan keinginan konsumen kedalam kebutuhan perusahaan secara tepat ke setiap bagian dari riset dan pengembangan produk ke bagian engineering dan manufaktur lalu ke pemasaran dan distribusinya. Menurut Cohen 1995 Quality Function Deployment QFD adalah suatu metoda untuk menyusun perencanaan dan pengembangan produk yang memungkinkan tim pengembang untuk menetapkan dengan jelas keinginan dan kebutuhan pelanggan, dan juga untuk mengevaluasi masing-masing usulan produk atau kemampuan pelayanan yang secara sistematis dalam kaitannya dengan dampak pada tercapainya kebutuhan tersebut. Tahap pengolahan data yang pertama adalah mengidentifikasi voice of customer dari zat pewarna alam siap pakai, kemudian mengubahnya menjadi respon teknis. Respon teknis bertujuan menjawab voice of customer . Untuk mengetahui informasi mengenai tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan responden digunakan kuesioner. Kemudian, dilakukan penghitungan tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan responden serta Gap. Selanjutnya, penentuan karakteristik teknis dan kemudian pembuatan House Of Quality HOQ. Gambar HOQ ditunjukkan pada Gambar 1. C Technical Response A Customer needs and Benefit D RELATIONSHIP Impact of Technical Response Of Customer needs dan Bonefit B PLANNING MATRIK Market Research and Strategic Planning E Technical Corelation F Technical Matrik Technical Response Priorities, competitive, Technical Bencmark, Technical Targets. Gambar 1 House of Quality Sumber : Cohen, 1995 Populasi dalam penelitian ini adalah UKM Usaha Kecil Menengah batik yang menggunakan zat pewarna alam di daerah Semarang, Solo, Klaten dan Yogyakarta. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya UKM yang menggunakan dan berminat memakai zat pewarna alami. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil wawancara terhadap 30 responden menunjukkan bahwa warna dari zat pewarna alam siap pakai yang diinginkan oleh perajin batik adalah warna merah yang selama ini belum banyak diekstraksi. Saat ini yang sudah tersedia adalah zat pewarna alam siap pakai warna biru yakni indigofera dalam bentuk pasta atau bubuk. Dalam penelitian ini, pengumpulan data berupa keinginan konsumen yang didapatkan melalui kuesioner. Variabel yang digunakan sebagai kriteria produk pewarna alam merah siap pakai didapatkan dari hasil kuesioner pendahuluan dan juga berdasarkan pada Bechtold 2003. Hasil dari survei terhadap konsumen membangkitkan atribut kualitas zat warna yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para pemilik UKM batik warna alam. Atribut kualitas zat pewarna alam yang dihasilkan berdasarkan keinginan konsumen terbagi menjadi tiga kelompok dimensi yaitu performance, Aesthethic dan Lingkungan. Pada masing-masing dimensi memiliki jumlah atribut kualitas yang berbeda sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Atribut kualitas yang telah didapatkan selanjutnya akan