STUDI PUSTAKA PROSIDING 2nd ACISE 2015

Semarang, 7 Oktober 2015 97 a Major Disaster Scenario Dalam tahap ini, identifikasi scenario bencana yang telah terjadi harus didata dan dievaluasi berdasarkan pengukuran resikonya. Fase ini disamakan dengan dokumentasi previsit pada HFT. b Analisis Kesalahan Manusia Dalam tahap ini, ada 2 fase penting yang harus diperhatikan yaitu analisis pekerjaan dan analisis kesalahan manusia, Analisis pekerjaan meliputi identifikasi peranan pihak-pihak terkait dalam kejadian bencana dan pemetaan tanggungjawab setiap pihak tersebut pada semua level organisasi terkait. Analisis kesalahan manusia dilakukan dengan evaluasi potensi kesalahan yang mungkin terjadi pada bencana berikutnya bila dikaitkan dengan kesalahan pada kejadian bencana sebelumnya. c Safety Critical Tasks Fase ini meliputi analisis lanjut kesalahan manusia melalui evaluasi keandalan manusia berdasarkan analisis kualitatif atau kuantitatif. d Performance Influence Factors PIFs Tahapan ini mempertimbangkan faktor potensi yang mungkin dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat kesalahan manusia. Sebagai contoh, identifikasi kesalahan manusia berdasarkan respon warga terhadap alarm, rencana kerja dan pengarahan yang dilakukan saat terjadi bencana. 4. IMPLEMENTASI AWAL MODEL a Area Penelitian Pengambilan data dimulai dengan penentuan titik penyebaran kuesioner berdasarkan hasil studi awal tentang tingkat kerawanan di setiap zona. Lokasi penyebaran kuesioner disesuaikan dengan peta penyebaran titik pengukuran geolistrik seperti terlihat di Gambar 2. Penentuan titik geolistrik untuk mengetahui kedalaman bidang gelincir daerah rawan longsor di kota Semarang adalah dengan memilah lokasi-lokasi rawan longsor yang telah diklasifikasikan oleh Purba 2014 untuk kemudian didapat 20 lokasi pengukuran geolistrik yang meliputi 3 titik sangat rawan, 8 titik rawan, 7 titik cukup rawan, dan 2 titik agak rawan Tabel 1. Gambar 2. Peta sebaran titik pengukuran Geolistrik Kota Semarang. Semarang, 7 Oktober 2015 98 Tabel 1.Titik Pengukuran Geolistrik Kota Semarang. Kode X Y Lokasi Kerawanan Purba, 2014 GL 1 436027 9222221 Ngesrep Cukup Rawan GL 2 441702 9223178 Sendang Mulyo Cukup Rawan GL 3 440199 9222130 Mangunharjo Cukup Rawan GL 4 436266 9226246 Pleburan Agak Rawan GL 5 435733 9226104 Lempongsari Rawan GL 6 435218 9225280 Gajah Mungkur Rawan GL 7 432573 9223634 Sukorejo Cukup Rawan GL 8 434496 9221455 Srondol Kulon Rawan GL 9 434574 9214216 Pudak Payung Agak Rawan GL 10 438840 9217279 Jabungan Cukup Rawan GL 11 437013 9223665 Karanganyar Gunung Rawan GL 12 435589 9227022 Mugasari Sangat Rawan GL 13 435044 9226618 Randusari Sangat Rawan GL 14 431578 9225940 Manyaran Rawan GL 15 432130 9226661 Gisik Drono Sangat Rawan GL 16 430789 9226970 Kembang Arum Rawan GL 17 431601 9224366 Kalipancur Cukup Rawan GL 18 422046 9229618 Mangkang Kulon Rawan GL 19 429743 9224779 Babankerep Cukup Rawan GL 20 428778 9224237 Kedung Pane Rawan Tahap berikutnya adalah pelaksanaan pemetaan perilaku warga dengan tahapan sebagai berikut. b Major Disaster Scenario Pada tahap ini identifikasi skenario bencana yang pernah terjadi harus di data dan dievaluasi berdasarakan pengukuran skenario. Berdasarkan data dari BPDP Semarang 2015, ada 8 kejadian longsor di Semarang selama tahun 2013, 23 kejadian di tahun 2014 dan 9 kejadian pada tahun 2015 data sampai dengan bulan Mei 2015. Skenario peristiwa bencana tanah longsor yang diharapkan adalah: a. Sebelum Terjadi Tanah Longsor - Kenali tanda-tanda akan terjadi tanah longsor hujan lebat terus menerus, warna air sungai menjadi keruh, muncul rembesan air atau retakan tanah, terdengar suara gemuruh atau ada longsoran kecil - Identifikasi kelompok rentan dan tempat terbuka terdekat yang tinggi aman - Kenalitandai tempat yang bisa dijadikan tempat evakuasi yang aman pekarangan, lapangan dan sebagainya - Sepakati sistem peringatan dini bunyi sirine, bunyi kentongan, dengar arahan petugas, perhatikan jalur evakuasi - Jauhi daerah rawan b. Saat Terjadi Tanah Longsor - Jangan panik - Amankan harta dan dokumen penting - Berlari dan berlindunglah ke tempat aman - Segera minta pertolongan - Mengungsi bila kondisi mengharuskan - Perhatikan dan dengarkan informasi dari sumber-sumber yang terpercaya dan bertindak cepat sesuai dengan himbauan c. Setelah Terjadi Tanah Longsor - Lakukan pertolongan pertama untuk diri sendiri Semarang, 7 Oktober 2015 99 - Jauhi tempat yang terkena longsor - Bertindak cepat mengikuti himbauan pemangku kepentingan yang berwenang - Kembali ke rumah jika kondisi memungkinkan c Analisis Kesalahan Manusia Peranan pihak-pihak terkait dalam manajemen bencana longsor diidentifikasi berdasarkan keberadaan atau ketiadaan organisasi pelaksana manajemen bencana dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Fungsi dan catatan kerja dari organisasi terkait juga harus diidentifikasi dengan baik. Keaktifan warga dalam manajemen bencana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan keselamatan warga. Analisis pekerjaan merupakan analisis aksi yang diambil oleh otoritas yang relevan ketika bencana terjadi, Dengan kata lain, analisis ini dilakukan untuk 1 menentukan aksi apa yang seharusnya dilakukan dan diambil oleh unit pelaksana, 2 menganalisis apakah fungsi satuan pelaksana satlak telah dilaksanakan dengan benar dan 3 apakah kebijakan pemerintah telah dilakukan secara benar. Analisis kesalahan manusia dilakukan melalui evaluasi potensi kesalahan yang mungkin terjadi. Melalui analisis ini, tindakan keliru yang dilakukan pada bencana sebelumnya dapat didata dan dievaluasi sebagai tindakan pencegahan agar tidak terulang. d Safety Critical Tasks Pada tahap omo evaluasi keandalan manusia dilakukan melalui event-tree analysis ETA. ETA mendefinisikan dan membandingkan kejadian yang belum dan telah terjadi serta komponen kejadian yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan. Hasil dari tahapan ini adalah pemetaan kesalahan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat dideteksi dari awal dan dicegah bilamana bencana terjadi. e Performance Influence Factors PIFs PIFs mempertimbangkan faktor-faktor yang berpotensi meningkatkan atau mengurangi kesalahan manusia. Dalam analisis PIFs, identifikasi level kesalahan manusia seperti kesalahan pengambilan keputusan, kesalahan berdasarkan tingkat ketrampilan dan kesalahan persepsi dapat dilakukan. f Pengumpulan Data Awal Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke 107 warga yang bertempat tinggal di zona rawan longsor di 20 titik penelitian dan diambil secara acak. Materi kuesioner mencakup pemahaman warga mengenai pencegahan bencana tanah longsor, situasi tanggap darurat dan pengelolaan bencana. Kuesioner bersifat tertutup dengan kombinasi kuesioner terbuka untuk pertanyaan tertentu. Kuesioner tertutup dipilih karena responden memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan bencana yang bervariasi dan jumlah responden cukup banyak. Kuesioner tertutup akan mengurangi waktu wawancara dan mempermudah analisis kuantitatif. Secara detail, materi kuesioner dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Materi kuesioner pemetaan perilaku warga daerah rawan bencana longsor No Cakupan materi kuesioner Detail materi 1 Pemahaman situasi daerah rawan longsor, peta daerah longsor 2 Pengetahuan tentang pencegahan bencana lokasi rawan longsor, alat pertolongan tanggap darurat, rute pengungsian darurat, lokasi pengungsian darurat 3 Pengalaman menghadapi bencana longsor kondisi fisik, mental dan situasi lingkungan 4 Kesiapan menghadapi bencana Peran penyuluhan, sosialisasi, keaktifan warga dalam pengelolaan bencana Wawancara mendalam terhadap responden dilakukan secara terintegrasi dengan pembagian kuesioner melalui desain materi wawancara yang terstruktur. Materi wawancara meliputi pertanyaan mengenai pengalaman dan strategi pengelolaan bencana di daerah masing-masing. Analisis faktor akan dilakukan untuk mengevaluasi hasil penelitian secara statistik.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian awal dapat disimpulkan bahwa human factors toolkit HFT dapat diimplementasikan sebagai salah satu metode pengembangan model manajemen bencana berbasis kepentingan manusia. Detail tahapan yang dilakukan dalam model yang dikembangkan adalah identifikasi Semarang, 7 Oktober 2015 100 major scenario disaste, analisis kesalahan manusia, safety critical analysis, dan penentuan performance influence factors PIFs. Studi selanjutnya sebaiknya terfokus pada implementasi keseluruhan model yang dikembangkan untuk mendapatkan data dan hasil yang valid. Perbandingan harapan dan hasil observasi dari perilaku warga perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih detail mengenai kewaspadaan warga, peranan lembaga dan organisasi profitnon-profit yang berperan banyak dalam manajemen bencana. DAFTAR PUSTAKA Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG Semarang, 2015, Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2015 di Jawa Tengah, http:klimatologi.semarang.jateng.bmkg.go.idindex.phpen2014-12-22-14-38-132014-12-22-14- 47-21prakiraan-bulanan186-prakich [Online akses 28.02.2015]. Curnin, S. and Owen, C. 2013. Obtaining information in emergency management: a case study from an Australian emergency operations centre. Int. J. of Human Factors and Ergonomics 2013. Vol.2, No.23, pp.131 – 158. Health and Safety Executive HSE, 2005, Inspector Toolkit: Human factors in the management of major accident hazards, Human Factors Toolkit, UK Government. Horberry, T., Xiao, T., Fuller, R and Cliff, D. 2013. The role of human factors and ergonomics in mining emergency management: three case studies. Int. J. of Human Factors and Ergonomics 2013 Vol.2, No.23, pp.116 – 130. Office of the Queensland Parliamentary Counsel, 2003, Disaster Management Act, Queensland. Purba, J. O., 2014, Pembuatan Peta Zona Rawan Tanah Longsor Di Kota Semarang Dengan Melakukan Pembobotan Parameter, Skripsi Prodi Teknik Geodesi Undip, http:eprints.undip.ac.id42838 [Online akses: 20.02.2015]. Santos, A.L.R, Wauben L., Dewo, P., Goossens and Brezel, H. 2013. Medical emergency dynamics in disaster-prone countries - implications for medical device design. Int. J. of Human Factors and Ergonomics 2013. Vol.2, No.23. pp.87 – 115. Shappel, S.A., dan Wiegmann, D.A., 2000, The Human Factor Analysis and Classification System- HFACS. Final Report. National Technical Information Services, Springfield, Virginia. Skepton, A. W. dan Hutchinson, J. N., 1969, Stability of natural slopes and embankment foundations, in: Proceedings of the Seventh International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Sociedad Mexicana de Mecana de Suelos, Mexico City, State of the Art Volume, 291-340. Sriyono, A., 2012. Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Longsor Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Semarang, 7 Oktober 2015 101 PENGEMBANGAN STANDAR STRATEGI PERAKITAN PRODUK MANUFAKTUR OLEH PEKERJA INDONESIA Novie Susanto, Denny Nurkertamanda, M. Mujiya Ulkhaq, Kharisma Panca Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50239 Telp. 024 7460052 E-mail: novie.susantoft.undip.ac.id ABSTRAK Untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan dan kesehatan kerja, peranan kognisi manusia dalam sistem produksi mendatang harus dipertimbangkan. Desain kesesuaian kognitif memegang peranan sangat penting dalam sistem kerja kompleks ini terutama untuk meningkatkan performansi dan optimisasi yang seimbang antara manusia dan mesin atau secara lebih spesifik dalam interaksi manusia dan robot. Terfokus pada pekerjaan perakitan, konsep kontrol kognitif merupakan panduan berharga untuk membangun sistem interaksi manusia dan robot yang fleksibel. Ketika pola kognitif manusia diterapkan pada sistem teknik, langkah perakitan yang dilakukan oleh robot dapat diantisipasi dengan lebih baik oleh operator. Sistem teknik yang kompatibel dengan pengetahuan prosedural manusia akan mengurangi kesalahan dan level stress pada proses perakitan. Berdasarkan formulasi ini, sebuah studi empiris akan dilakukan dengan penambahan variabel independen seperti model kognitif yang diterapkan untuk mengontrol perilaku robot selama perakitan dan jenis produk yang digunakan dalam pekerjaan perakitan oleh populasi kerja di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk menentukan standar prosedur atau langkah perakitan oleh pekerja Indonesia yang ergonomis dengan mempertimbangkan penerapan aspek kognitif manusia dalam sistem teknis produksi. Hasil penelitian berupa desain awal strategi perakitan oleh pekerja Indonesia yang terstandar. Terdapat beberapa model perilaku pekerja Indonesia yang ditemukan dalam studi empiris yang dapat dijadikan fondasi pengembangan standar strategi perakitan oleh pekerja.. Kata Kunci: kognitif; perakitan; strategi; standar; Indonesia.

1. PENDAHULUAN

Otomatisasi adalah penggunaan peralatan mekanik danatau elektronik yang menggantikan peranan manusia Herjanto, 2008. Otomatisasi dengan aplikasi robot menjadi salah satu cara untuk bertahan dalam kompetisi antara negara berupah tinggi dan negara berupah rendah. Namun, sistem produksi yang menggunakan robot membutuhkan investasi besar dan uaya yang lebih untuk kebutuhan konfigurasi dan pemeliharaan, yang secara tidak langsung menambah harga jual produk Klocke, 2009. Selain itu, integrasi teknologi otomatisasi canggih ke dalam sistem kerja sulit, karena dibutuhkan pengembangan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dari operator dan antara manusia dan robot harus bekerja dengan aman dan efisien dengan bersama-sama. Model sistem produksi konvensional selama ini didesain dengan fokus utama teknologi lanjut dan otomatisasi. Desain kesesuaian kognitif memegang peranan sangat penting dalam sistem kerja kompleks ini terutama untuk meningkatkan performansi dan optimisasi yang seimbang antara manusia dan mesin atau secara lenih spesifik dalam interaksi manusia dan robot. Terfokus pada pekerjaan perakitan, konsep kontrol kognitif merupakan panduan berharga untuk membangun sistem kognitif yang fleksibel. Pada area ini, kerja sama berorientasi tujuan antara sistem teknik dan operator sangatlah penting. Oleh karena itu, sebuah model prediksi perlu dikembangkan untuk memungkinkan sistem kontrol kognitif beroperasi secara efektif dan aman bagi operator dengan tingkat kemampuan terstandar. Model prediksi ini bertujuan untuk menginvestigasi kesesuaian pola kognitif manusia dengan pola kerja sistem teknik dalam studi ini berupa robot. Pola kognitif manusia beraksi saat manusia melakukan pekerjaan sebagai supervisor. Manusia operator akan memonitor aktivitas dalam sistem secara berkelanjutan dan membandingkan dengan model mentalnya. Ekspektasi aktivitas berikutnya akan diformulasikan dan dibandingkan dengan hasil observasi terhadap status sistem. Ketika pola kognitif manusia diterapkan pada sistem teknik, langkah perakitan yang dilakukan oleh robot dapat diantisipasi dengan lebih baik oleh operator. Sistem teknik yang kompatibel dengan pengetahuan prosedural manusia akan mengurangi kesalahan dan level stress pada proses perakitan Mayer dan Schlick, 2012. Desain model prediksi diawali dengan penggunaan deskripsi gerakan pada sistem tangan manusia untuk perencanaan dan pelaksanaan langkah-langkah perakitan. Desain ini dikembangkan