Teknologi penyulingan sereh wangi.

Semarang, 7 Oktober 2015 42 d. Teknologi yang digunakan untuk penyulingan minyak sereh wangi menggunakan dua cara dari tiga cara penyulingan minyak atsiri yaitu penyulingan dengan air water distillation dan penyulingan dengan air dan uap water and steam distillation. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui program Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, dan LPPM Unisba yang telah memfasilitasi penelitan ini. Perlu diketahui penelitian ini merupakan hasil penelitian tahun pertama dari 3 tahun yang diusulkan. DAFTAR PUSTAKA Danny Parawita Lubis 2011, Uji Aktivitas Penolak Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Tumbuhan Sereh Wangi Cymbopogon nardus L.Rendle Dalam Sedian Lotion, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Djati Waluyo Djoar, Panut Sahari, dan Sugiyono, Studi Morfologi dan Analisis Korelasi Antar Karakter Komponen hasil Tanaman Sereh Wangi Cymbopogon sp., Skripsi, Fakultas Pertanian UNS, Surakarta. Egi Aguatian, Anny Sulaswaty, Tasrif, Joddy Arya L., dan Indri Badria, Pemisahan Citronellal dari Minyak Sereh Wangi Menggunakan Unit Fraksionasi Skala Bench , Jurnal Tek. Industri Pertanan, Vol. 172, hal 45-53. Inaas Azmi Haidar, 2011, Uji Efektivitas Ekstrak Serai Wangi Cymbopogon nardus Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Metode Fogging , Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

M. Dzikron dan Aswardi Nasution, 2012, Perbaikan proses produksi dan penerapan teknologi tepat

guna bagi Pengrajin Emping Singkong di desa Cijambe, Kab. Sumedang, Laporan Akhir IbM, Hibah Desentralisasi Dikti, Kemendiknas. Owi Setyaningsih. Erliza Hambali, dan Muharamia Nasution, Aplikasi Minyak Sereh Wangi Citronella Oil dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin Lotion Penolak Nyamuk , Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Volume 17 3, hal. 97-103 Retno Sri Indah L., Djumali M., Ani S., Anas Miftah, dan Meika Syahbana R., 2012, Kajian Finansial Isolasi Citronellal dan Rhodinol Pada Industri Berbasis Senyawa Turunan Minyak Sereh Wangi , Agrointek Volume 6 Nomor 1, hal. 45-54. Rohimatun dan I Wayan Laba, 2013, Efektifitas Insektisida Minyak Sereh Wangi dan Cengkeh Terhadap Hama Pengisap Buah Lada Dasynus Piperis China , Buletin Littro, Volume 24 Nomor 1. Sentosa Ginting, 2004, Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Atsiri Daun Sereh Wang i, e-USU Repository Supriyanto, 2008, Potensi Ekstrak Sereh Wangi Cymbopogon Nerdus L Sebagai Anti Streptoccus Mutans , Skripsi, Program Studi Biokimia Fakultas MIPA IPB. Yuni Eko F, Patar Jonathan S., Mahfud, dan Pantjawarni P., 2013, Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi Cymbopogon Winterianus Menggunakan Distilasi Uap dan Air dengan Pemanasan Microwav e, Jurnal Teknik POMITS, Vol 2 No 1, ISSN 2337-3539 2301-9271 Print __________________, Eksportir minyak sereh wangi dan rantai perdagangan minyak atsiri di Indonesia. http:www.atsiri-indonesia.org. Dewan Atsiri Indonesia. Semarang, 7 Oktober 2015 43 USAHA PERBAIKAN KUALITAS KAIN STUDI KASUS : PT ‘X’ Mira Lestari 1 , Christina Wirawan 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung 40146 Telp. 022 2012186 E-mail: meicyliayahoo.com ABSTRAK Kondisi perekonomian di Indonesia dan ketatnya persaingan pada sector industri saat ini saat mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengupayakan peningkatan produktivitas dan efisiensi agar dapat memenangkan persaingan. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi adalah dengan mengurangi cacat pada produk. PT ‘X’ adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil berlokasi di daerah Cimahi. PT ‘X’ berupaya untuk mengurangi cacat produk dalam rangka memenan gkan persaingan. Salah satu hasil produksi dari PT ‘X’ dengan volume terbesar dan persentase cacat terbesar adalah kain jenis A, dengan cacat rata- rata sebanyak 14. Oleh karena itu, PT ‘X’ perlu melakukan upaya untuk menurunkan persentase cacat. Pada penelitian ini dipergunakan metode DMAIC Define, Measure, Analyze, Improvement, Control. Pada tahap Define dilakukan penentuan jenis cacat pada kain jenis A. Tahap Measure dilakukan stratifikasi dan pembobotan dengan diagram pareto untuk mengetahui jenis cacat utama. Ditemukan 4 jenis cacat yang menghasilkan cacat sebesar 79,91 yaitu cacat Piece kecil, cacat Stain, cacat Jarum Ke Tengah, cacat Benang Kecabut. Tahap Analysis disusun FTA Fault Tree Analysis untuk mengetahui akar-akar penyebab kegagalan, dan tahap Improvement dibuat FMEA Failure Mode and Effect Analysis untuk mencari tindakan perbaikan dari mode kegagalan potensial. Tahap Control untuk mengendalikan performansi proses. Hasil penelitian yang didapat berupa usulan-usulan untuk perbaikan kualitas. Kata Kunci: kualitas, DMAIC, FTA, FMEA

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya dunia industri, persaingan semakin ketat antar perusahaan yang menjual produk baik berupa barang maupun jasa menjadikan perusahaan harus memiliki daya saing tinggi. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan adalah kualitas. Kualitas produk yang tinggi membuat produk lebih disukai oleh konsumen sehingga dapat menarik konsumen baru dan meningkatkan loyalitas konsumen. Kualitas produk yang baik juga dapat menghemat biaya produksi karena turunnya biaya kualitas. Dengan demikian, daya saing akan meningkat dan profit dapat ditingkatkan. Dengan kondisi ini, maka perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya dapat dengan cara meningkatkan kualitas produk. Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas produk melalui perbaikan proses adalah metoda DMAIC Define, Measure, Analyze, Improvement, Control yang diperkenalkan pada saat Motorola menyusun six sigma quality. Metoda ini dapat membantu perusahaan untuk memperbaiki kualitas. PT ‘X’ adalah perusahaan yang memproduksi tekstil berlokasi di sekitar Bandung. PT ‘X’ memproduksi tekstil baik untuk domestik maupun ekspor ke Perancis, Turki, Arab Saudi, dll. Saat ini perusahaan tekstil juga mengalami persaingan yang cukup ketat baik dengan perusahaan di Indonesia maupun dengan perusahaan di luar negeri, terutama China, sehingga sedapat mungkin harus dapat meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya produksi. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah terjadinya cacat produk yang cukup tinggi, lebih tinggi dari toleransi yang ditentukan. Kain jenis A adalah kain yang paling banyak diproduksi oleh PT ‘X’, sekaligus memiliki persentase cacat yang paling tinggi. Persentase rata-rata cacat yang terjadi pada kain jenis A adalah berkisar 14. Hal ini merugikan baik untuk pihak konsumen maupun pihak perusahaan. Dari pihak konsumen, kerugian karena mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan harapan, dan akan berdampak pada kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap hasil produksi perusahaan. Untuk konsumen luar negeri ekspor, produk dengan cacat banyak juga akan mengakibatkan dikenakannya denda sebagai penalty dan downgrading. Bagi pihak perusahaan, kerugian terjadi karena dengan banyak cacat produk, maka dibutuhkan tambahan biaya kualitas, atau produk dijual dengan harga yang lebih murah sehingga mengurangi profit perusahaan.