Fuzzy AHP STUDI PUSTAKA

Semarang, 7 Oktober 2015 116 2. Iterasi dan feedback yang terkontrol 3. Respon kelompok secara statistik Langkah – langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah Dermawan,2004: 1. Para pembuat keputusan melalui proses Delphi dengan identifikasi isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan. 2. Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai dipilih. 3. Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik didalam maupun luar organisasi, yang di anggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi. 4. Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok, para pembuat keputusan akhir. 5. Sebuah tim khusus dibentuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipasi teknik ini. 6. Pada tahap ini, partisipan diminta untuk menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas atau memperingkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir dalam periode waktu tertentu. 7. Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan terbaik.

3. METODOLOGI PENELITIAN

a. Alur Penelitian

Alur dari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini. Berdasarkan studi literatur didapatkan faktor-faktor pendorong terwujudnya GM bagi UKM melalui adopsi teknologi bersih. Faktor- faktor pendorong tesebut kemudian divalidasi kepada sejumlah pemilik UKM batik skala kecil dan menengah yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dalam hal ini, melalui pengisian kuesioner yang memiliki lima point skala Likert dan wawancara, sejumlah pemilik UKM skala kecil dan menengah diminta untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mendorong UKM batik yang dikelolanya menerapkan teknologi bersih. Gambar 2. Alur Penelitian Melakukan pembobotan terhadap faktor-faktor pendorong terwujudnya GM adalah langkah selanjutnya setelah aktor-faktor pendorong terwujudnya GM teridentifikasi melalui pengisian kuesioner dan wawancara kepada sejumlah pemilik UKM batik. Pembobotan ini dilakukan dengan metode Fuzzy AHP dimana setiap faktor pendorong dibandingkan tingkat kepentingannya dengan menggunakan pairwise comparisons perbandingan berpasangan oleh pihak yang dianggap berkompeten. Dalam hal ini, pihak yang dianggap berkompeten untuk menentukan bobot dari faktor-faktor terwujudnya GM melalui pengisian kuesioner berbandinngan berpasangan adalah : i pelaksana pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan UKM Disperindagkop dan UKM Kota Pekalongan sebagai Decision Maker 1 DM1; ii Ketua Asosiasi Batik Pekalongan sebagai Decision Maker 2 DM2; dan iii Pelaku usaha atau pemilik Batik Larissa sebagai Decision Maker 3 DM3. Setelah didapatkan pembobotan untuk masing-masing faktor maka hasil akhir yang didapat adalah prioritasisasi faktor-faktor pendorong terwujudnya GM melalui adopsi teknologi bersih pada UKM Batik Kota Pekalongan. Berdasarkan faktor yang menjadi prioritas maka akan tersusunnya strategi dan rencana tindak dari pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah untuk mengoptimalkan terwujudnya GM di UKM Batik Kota Pekalongan melalui adopsi tenologi bersih yang berguna dalam peningkatan kualitas kesehatan di lingkungan UKM Batik Kota Pekalongan. Penyusunan strategi dan rencana tindak pemerintah ini menggunakan Metode Delphi, dimana metode ini memperhatikan opini dari pakar-pakar dan pemerintah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah dengan cara Identifikasi faktor- faktor pendorong terwujudnya GM Pembobotan faktor-faktor pendorong Tersusunnya prioritasisasi faktor-faktor pendorong terwujudnya GM Tersusunnya strategi pemerintah untuk mengoptimalkan terwujudnya GM melalui penerapan teknologi bersih Semarang, 7 Oktober 2015 117 penyebaran kuisioner tertutup dan terbuka yang bertujuan untuk merumuskan startegi-strategi yang memungkinkan untuk dapat diterapkan pada UKM Batik Kota Pekalongan guna tercapainya GM.

b. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah usaha batik skala kecil dan menengah yang berlokasi di Kota Pekalongan. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan tahun 2012, jumlah UKM batik di Kota Pekalongan mencapai 632 unit Wahyu, 2015. Selanjutnya, berdasarkan jumlah populasi yang ada, sampel untuk penelitian ini dihitung dengan mengggunakan rumus dari Slovin dengan α=10, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 86,33 UKM atau dibulatkan menjadi λ0 UKM. Oleh karena perbandingan jumlah unit usaha batik skala kecil dan menengah adalah 80 : 20 Wahyu, 2015, maka sampel yang diambil untuk usaha batik skala kecil berjumlah 72 unit dan usaha batik skala menengah berjumlah 18 unit. Secara rinci, jumlah sampel dari usaha batik skala kecil dan menengah yang telah diklasifikasikan berdasarkan lokasi usaha ditunjukkan pada Tabel 4 berikut. Rincian jumlah sampel perlu diklasifikasi berdasarkan lokasi usaha karena teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel acak startifikasi stratified random sampling . Dalam teknik penarikan sampel acak startifikasi, sebelum sampel diambil dari populasi, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan startifikasi populasi terlebih dahulu berdasarkan karakteristik tertentu dan dalam penelitian ini, karakteristik yang digunakan adalah lokasi usaha dari UKM. Tabel 4 Jumlah Sampel Masing-masing Kecamatan Kecamatan Jumlah Sampel UKM Jumlah Skala Kecil 80 Skala Menengah 20 Pekalongan Utara populasi 71 UKM; sampel 10 UKM 8 2 10 Pekalongan Timurpopulasi 110 UKM; sampel 16 UKM 13 3 16 Pekalongan Baratpopulasi 263 UKM; sampel 37 UKM 30 7 37 Pekalongan Selatan populasi 188 UKM; sampel 27 UKM 22 5 27 Jumlahpopulasi 632 UKM; sampel 90 UKM 72 18 90

4. HASIL

a. Hasil Indentifikasi dan Pembobotan atas Faktor-faktor Pendorong untuk Memfasilitasi

Terwujudnya GM Hasil identifikasi faktor-faktor pendorong untuk memfasilitasi terwujudnya GM untuk skala usaha kecil dan skala usaha menengah dapat dilihat pada Tabel 5 berikut Tabel 5 Hasil Identifikasi Faktor-faktor Pendorong utnuk Terwujudnya GM di Skala Usaha Kecil dan Menengah No Faktor-faktor pendorong Rata-rata nilai yang diperoleh dari skala kecil Rata-rata nilai yang diperoleh dari skala menengah 1 Keuntungan Finansial F1 4,78 4,47 2 Nama Baik UKM Batik F2 3,01 3,24 3 Konservasi Lingkungan F3 1,59 2,24 4 Kepatuhan Terhadap Peraturan F4 4,41 4,29 5 Inovasi “Hijau” F5 2,70 2,47 6 Kebutuhan Rantai Pasok F6 4,12 4,24 7 Konsumen F7 1,71 1,88 8 Permintaan Pekerja F8 2,03 2,35 9 Motivasi Internal F9 3,14 3,71 10 Tren Pasar F10 2,88 2,82 11 Pesaing F11 3,01 3,12 Faktor yang memiliki nilai rata-rata nilai antara 3 sampai dengan 5 adalah faktor-faktor pendorong yang disetujui sebagai faktor-faktor pendorong untuk terwujudnnya GM melalui penerapan teknologi bersih. Pemilihan rentang nilai rata-rata antara 3 sampai dengan 5 dapat dijelaskan sebagai berikut. Arti dari angka 3 pada skala Likert yang digunakan adalah “Cukup Setuju” dan angka 5 memiliki arti “Sangat Setuju”; sehingga, kondisi ini mengindikasikan bahwa UKM Batik cenderung setuju untuk mamasukkan faktor tersebut sebagai faktor yang mendorong UKM untuk untuk menerapkan teknologi bersih. Adapun