ISPO menjadi standar wajib industri CPO di Indonesia

Semarang, 7 Oktober 2015 208 No. Lembaga Sertifikasi Alamat Terakreditasi KAN 9 PT AJA Sertifikasi Jl. Majapahit No.10 Central Jakarta 10160- Indonesia Ph: +62 21 34830789; Fax: +62 21 34830965 10 PT Mutu Indonesia Strategis Berkelanjutan Gedung Graha BUN, Jl Ciputat Raya No 07, Pondok Pinang Berlaku sampai 21 Agustus 2017 Jakarta Selatan, DKI Jakarta Tel. 021-75916652; Fax. 021- 75916651 11 PT Agri Mandiri Lestari Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan Berlaku sampai 19 Maret 2018 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12540 Tel Fax. 021-780-0006 2.6 Penerapan ISO dan SNI ISO 50001 di Indonesia 2.6.1 Penerapan ISPO di Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan. ISPO bersumber dari Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO. Pengembangan perkebunan di Indonesia termasuk kelapa sawit, ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, penerimaan dan devisa Negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktifitas nilai tambah dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, mendorong pengembangan wilayah serta mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. ISPO adalah ketentuan yang akan menjadi pegangan bagi Industri sawit Indonesia yang didasarkan kepada semua ketentuan lingkungan di Indonesia serta ketentuan sertifikasi sesuai International Standardization Organization ISO. Tujuan ISPO, sebagai berikut: 1. Memposisikan pembangunan kelapa sawit sebagai bagian integral ekonomi Indonesia; 2. Memenuhi tuntutan global dan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global 3. Mendukung komitmen Indonesia untuk mengurangi kontribusi gas rumah kaca dan 4. Mendukung komitmen Indonesia dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup Karena ISPO didasarkan kepada peraturan dan perundangan yang berlaku maka ISPO ditetapkan secara mandatory atau wajib yang harus dilaksana bagi seluruh pelaku usaha perkebunan di Indonesia. Dengan demikian ISPO mempunyai sistem hukum yang kuat dan merupakan bukti kepatuhan pelaku usaha perkebunan untuk melakukan usaha sesuai ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia serta merupakan bukti komtmen penguisaha perkebunan untuk menerapkan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan . Pelaksanaan ISPO dilakukan dengan memegang teguh prinsip pembinaan dan advokasi serta bimbingan kepada perkebunan kelapa sawit yang merupakan tugas pemerintah. Oleh karena itu tahap pertama dari pelaksanaan sertifikasi ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan sedangkan sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional yang dilaksanakan sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi kaedah International Standard Organization ISO. Kementerian Pertanian akan melaksanakan penilaian untuk sertifikasi ISPO secara transparan dan independen. Dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO ini terdapat 7 tujuh Prinsip dan Kriteria ISPO, sebagai berikut: 1. Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan; Semarang, 7 Oktober 2015 209 2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit; 3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. Tanggung Jawab Terhadap Pekerja; 5. Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas; 6. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat; dan 7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan. Selain 7 prinsip dan kriteria di atas, sistem ISPO juga mempunyai 128 indikator sebagai berikut: 1. Telah memiliki Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang kecuali kebun-kebun konversi hak barat erfpahct; 2. Telah memiliki perizinan yang sesuai seperti: IUP, IUP-B, IUP-P, SPUP, ITUP, IzinPersetujuan Prinsip. 3. Telah memiliki hak atas tanahdalam proses, sertifikat yang sesuai, seperti : HGU, HGB, Hak Pakai HP, atau konversi hak barat erfpahct. 4. Dokumen kerjasama perusahaan dengan masyarakat sekitar kebun untuk pembangunan kebun masyarakat paling rendah 20 dari total areal kebun yang diusahakan; 5. Laporan perkembangan realisasi pembangunan kebun masyarakat 6. Rencana tataruang sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau ketentuan lainnya yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat. 7. Dokumen Izin Lokasi perusahaan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang 8. Keputusan Menteri Kehutanan bagi lahan yang memerlukan Pelepasan Kawasan Hutan atau memerlukan Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan 9. Rekaman perolehan hak atas tanah 10. Peta lokasi kebun topografi jenis tanah. 11. Tersedia kesepakatan bersama antara pemegang hak atas tanah pengusaha perkebunan dengan pengusaha pertambangan tentang besarnya kompensasi 12. Kesanggupan Pengusaha Pertambangan secara tertulis untuk mengembalikan tanah bekas tambang seperti kondisi semula tanah lapisanbawah di bawah dan lapisan atas berada di atas tanpa menimbulkan dampak erosi dan kerusakan lahan dan lingkungan 13. Tersedia mekanisme penyelesaian sengketa lahan yang terdokumentasi. 14. Tersedia peta lokasi lahan yang disengketakan. 15. Tersedia salinan perjanjian yang telah disepakati. 16. Tersedia rekaman progres musyawarah untuk penyelesaian sengketa disimpan. 17. Telah memiliki dokumen yang sah tentang bentuk badan hukum berbentuk akta notaris yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dh. Menkumham. 18. Perusahaan telah memiliki Visi dan Misi untuk memproduksi minyak sawit lestari. 19. Memiliki SOP untuk praktek budidaya dan pengolahan hasil perkebunan. 20. Memiliki struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi setiap unit dan pelaksana. 21. Memiliki perencanaan untuk menjamin berlangsungnya usaha perkebunan. 22. Memiliki sistem manajemen Keuangan Perusahaan dan keamanan ekonomi dan keuangan yang terjamin dalam jangka panjang. 23. Memiliki Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia SDM. 24. Rekaman rencana dan realisasi pemanfaatan lahan HGU, HGB, HP, dll untuk pembangunan perkebunan pembangunan kebun, pabrik, kantor, perumahan karyawan, dan sarana pendukung lainnya. 25. Rekaman rencana dan realisasi kapasitas pabrik kelapa sawit. 26. Tersedianya mekanisme pemberian informasi; 27. Tersedia rekaman pemberian informasi kepada instansi terkait; 28. Daftar jenis informasidata yang dapat diperoleh oleh pemangku kepentingan lainnya; 29. Rekaman permintaan informasi oleh pemangku kepentingan lainnya; 30. Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi 31. Tersedia SOP pembukaan lahan 32. Tersedia rekaman pembukaan lahan 33. Tersedia rekaman pengelolaan air dan pemeliharaan sumber air. 34. Tersedia program pemantauan kualitas air permukaan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar perkebunan. 35. Tersedia rekaman penggunaan air untuk pabrik kelapa sawit. 36. Tersedia SOP perbenihan. 37. Tersedia rekaman asal benih yang digunakan. 38. Tersedia rekamandokumentas i pelaksanaan perbenihan. 39. Tersedia rekamandokumen penanganan benihbibit yang tidak memenuhi persyaratan. Semarang, 7 Oktober 2015 210 40. Tersedia SOP penanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit di lahan mineral danatau lahan gambut. 41. Tersedia rekaman pelaksanaan penanaman; 42. Tersedia SOP instruksi kerja untuk penanaman pada lahan gambut dan mengacu kepada ketentuan yang berlaku. 43. Rekaman pelaksanaan penanaman tanaman terdokumentasi. 44. Tersedia SOP pemeliharaan tanaman yang mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit. 45. Tersedia rekamandokumen pelaksanaan pemeliharaan tanaman. 46. Tersedia SOP pengamatan dan pengendalian OPT. 47. Tersedia SOP penanganan limbah pestisida. 48. Tersedia rekaman pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT; 49. Tersedia rekaman jenis pestisida sintetik dan nabati dan agens pengendali hayati parasitoid, predator, feromon, agens hayati, dll.yang digunakan. 50. Tersedia rekaman jenis tanaman inang musuh alami OPT. 51. Tersedia SOP pelaksanaan pemanenan. 52. Tersedia rekaman pelaksanaan pemanenan. 53. Tersedia SOP untuk pengangkutan TBS. 54. Tersedia Rekaman pelaksanaan pengangkutan TBS; 55. Tersedia SOP penerimaan dan pemeriksaan sortasi TBS 56. Tersedia Rekaman penerimaan TBS yang sesuai dan tidak sesuai dengan persyaratan. 57. Tersedia SOP atau instruksi kerja yang diperlukan baik untuk proses pengolahan maupun proses pemantauan dan pengukuran kualitas CPO. 58. Tersedia informasi yang menguraikan spesifikasi standar hasil olahan. 59. Tersedia Rekaman pelaksanaan pengolahan. 60. Tersedia instruksi kerja SOP mengenai pengelolaan limbah cair dan udara. 61. Rekaman mengenai pengukuran kualitas limbah cair. 62. Rekaman mengenai pengukuran kualitas udara emisi dan ambient 63. Rekaman pelaporan pemantauan pengelolaan limbah kepada instansi yang berwenang terdokumentasi. 64. Tersedia surat izin pembuangan air limbah dari instansi terkait 65. Tersedia instruksi kerja SOP mengenai pengelolaan limbah B3; 66. Limbah B3 termasuk kemasan pestisida, oli bekas dan lain lain dibuang sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku; 67. Rekaman penanganan limbah B3 terdokumentasi 68. Tersedia surat izin penyimpanan danatau pemanfaatan limbah B3 dari instansi terkait 69. Tersedia SOPinstruksi kerja untuk menangani gangguan sumber tidak bergerak sesuai dengan pedoman yang yang diterbitkan dari instansi yang tekait; 70. Laporan hasil pengukuran baku tingkat gangguan dari sumber yang tidak bergerak kepada instansi yang terkait; 71. Rekaman penanganan gangguan dari sumber tidak bergerak terdokumentasi. 72. Tersedia SOP pemanfaatan limbah. 73. Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk Land Application LA dari instansi terkait. 74. Tersedia Rekaman pemanfaatan limbah padat dan cair. 75. Memiliki IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah; 76. Memiliki izin pemanfaatan limbah cair dari instansi berwenang bagi yang melakukan LA Land Aplication. 77. Memiliki izin dari Pemerintah Daerah untuk pembuangan limbah cair ke badan air. 78. Memiliki izin dari KLH untuk pabrik yang membuang limbah cairnya ke laut. 79. Tersedia rekaman terkait kegiatan 1 sd 4. 80. Memiliki dokumen AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan 3.000 ha. 81. Memiliki dokumen UKLUPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mengelola lahan 3.000 ha 82. Tersedia Rekaman terkait pelaksanaan penerapan hasil AMDAL,UKLUPL termasuk laporan kepada instansi yang berwenang. 83. Tersedia SOP pencegahan dan penanggulangan kebakaran 84. Tersedia SDM yang mampu mencegah dan menangani kebakaran. 85. Tersedia sarana dan prasarana pengendalianpenang gulangan kebakaran;