Masa Era Reformasi Mulai 21 Mei 1998–Sekarang

Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 62 Tuntutan amandemen UUD 1945 terus berkembang. Komponen masyarakat, yang dipelopori mahasiswa, pers, dan LSM secara konsisten menuntut diagendakannya amandemen UUD 1945. Pemerintah baru didukung oleh realitas politik di parlemen maupun partai politik pun mendorong dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945. Selanjutnya tuntutan yang disertai berbagai masukan tersebut ditampung dan dirumuskan oleh wakil-wakil rakyat yang ada di dalam MPR. Langkah awal yang dilakukan MPR dalam proses Amandemen UUD 1945 sebagai berikut. 1 MPR memutuskan untuk mencabut Ketetapan MPR Nomor IVMPR1983 tentang Referendum. Dalam Ketetapan MPR Nomor IVMPR1983 tersebut ditegaskan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadapnya, serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen. Namun apabila MPR berkehendak untuk mengubah UUD 1945, maka terlebih dahulu MPR harus meminta pendapat rakyat melalui Referendum. Karena itulah sebelum melakukan perubahan terhadap UUD 1945, MPR terlebih dahulu mencabut Ketetapan MPR Nomor IVMPR1983 tersebut, agar proses perubahan UUD 1945 menjadi lebih mudah. 2 MPR mengeluarkan Ketetapan MPR Nomor XIIIMPR1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Ketentuan Pasal 1 Ketetapan tersebut menyatakan “Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.” MPR mengeluarkan Ketetapan MPR nomor XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia. Selanjutnya pelaksanaan perubahan UUD Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 63 1945 dilakukan oleh MPR melalui empat kali persidangan dalam kurun waktu empat tahun, yaitu dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.

C. Amandemen Terhadap Konstitusi Atau UUD 1945

Undang-undang Dasar merupakan suatu dokumen negara yang dinamis dan menjadi ukuran penyelenggaraan negara itu sendiri. Undang-Undang Dasar 1945 pada perkembangan hidup bangsa dan tantangan hidup, awal abad XXI dirasa belum cukup menjadi landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM. Selain itu di dalamnya masih terdapat pasal- pasal yang menimbulkan multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang dapat menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan. Dalam hal ini agar memperoleh aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat dan memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi maka perlu diadakan amandemen UUD 1945. Selanjutnya sebagai konsekuensi logis dengan adanya Tap MPR No. IVMPR1983 yang isinya kehendak untuk tidak akan melakukan perubahan UUD 1945 perlu dicabut terlebih dahulu. Untuk melakukan pencabutan Tap MPR No. IVMPR1983 perlu dikeluarkan ketetapan MPR No. VIIIMPR1998. Tentang tata cara perubahan undang-undang dasar telah diatur dalam pasal 37 ayat 1 yang berbunyi “untuk mengubah undang- undang dasar sekurang-kurangnya 23 daripada jumlah anggota Majelis Permusayawaratan Rakyat harus hadir”, sedangkan ayat 2 pasal yang sama menyebutkan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 23 dari jumlah anggota yang hadir. Adapun pelaksanaan perubahan Undang-Undang Dasar 1945 secara sistematis melalui tahapan sidang umum dan sidang tahunan Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 64 sampai empat kali perubahan konstitusi pada empat sidang MPR sebagai berikut ini. 1. Perubahan pertama Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 tanggal 14 sampai dengan 21 Oktober 1999. 2. Perubahan kedua Undang Undang Dasar 1945 dilakukan pada sidang tahunan MPR tahun 2000 tanggal 7 sampai dengan 18 Agustus 2000 3. Perubahan ketiga Undang Undang Dasar 1945 dilakukan pada sidang tahunan MPR tahun 2001 tanggal 1 sampai dengan 9 November 2001 4. Perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan pada sidang tahunan MPR tahjun 2002 tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002 Berkaitan dengan perubahan UUD 1945 tersebut kesepakatan dasar yang dicapai oleh fraksi-fraksi MPR adalah sebagai berikut: 1. tidak mengubah pembukaan UUD 1945; 2. tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. tetap mempertahankan sistem pemerintahan presidensiil; 4. penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal yang normatif dimasukkan ke dalam pasal-pasal UUD 1945; 5. perubahan dilakukan dengan cara “adendum”; dan 6. pasal-pasal dalam batang tubuh menjadi : 21 bab, 73 pasal, 170 ayat, 3 pasal aturan peralihan, dan 2 pasal aturan tambahan. Berdasarkan hasil kesepakatan dasar tersebut di atas Pembukaan UUD 1945 tidak diadakan perubahan karena Pembukaan UUD 1945 bagi bangsa Indonesia merupakan sumber motivasi dan aspirasi, tekad dan semangat serta cita-cita moral dan cita-cita hukum yang ingin ditegakkan dalam lingkungan nasional dan internasional. Selain itu, dalam setiap alinea Pembukaan UUD 1945 memiliki makna yang sangat mendasar.