Sistem Politik Indonesia Sistem Politik di Berbagai Negara 1. Dinamika Politik Indonesia
Dibandingkan dengan demokrasi-demokrasi lainnya, demokrasi Pancasila memiliki ciri khas. Ciri khas demokrasi Pancasila dapat disebutkan
berikut ini. 1. Demokrasi Pancasila bersifat kekeluargaan dan kegotong-royongan
yang bernafaskan Ketuhanan yang Maha Esa. 2. Demokrasi Pancasila harus menghargai hak-hak asasi manusia serta
menjamin hak-hak minoritas. 3. Pengambilan keputusan dalam demokrasi Pancasila sedapat mungkin
didasarkan atas musyawarah untuk mufakat. 4. Demokrasi Pancasila harus bersendi atas hukum.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang paling sesuai dengan kepribadian bangsa dan
bersumber tata nilai sosial budaya bangsa yang mengandung prinsip-
prinsip sebagai berikut. 1. Persamaan bagi seluruh rakyat
Indonesia 2. Keseimbangan antara hak dan
kewajiban 3. Kebebasan yang bertanggung
jawab 4. Keputusan diambil berdasarkan
kehendak rakyat atas dasar musyawarah untuk mufakat.
5. Kepentingan bersama bangsa dan negara lebih diutamakan daripada kepentingan individu dan kepentingan golongan.
6. Mengutamakan persatuan nasional dan rasa kekeluargaan. 7. Menjunjung tinggi cita-cita nasional.
Makna demokrasi Pancasila pada dasarnya adalah keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara ditentukan
dalam peraturan perundangundangan yang berlaku. Aturan permainan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur secara melembaga.
Hal ini berarti bahwa keinginan-keinginan rakyat tersebut disalurkan baik melalui lembaga-lembaga negara suprastruktur maupun melalui organisasi
politik, organisasi massa dan lainnya infrastruktur.
Demokrasi Pancasila tidak hanya meliputi demokrasi dibidang pemerintahan atau politik demokrasi dalam arti sempit. Demokrasi dalam
arti yang sempit telah berkembang menjadi demokrasi dalam arti yang luas. Demokrasi dalam arti yang luas adalah selain sebagai sistem pemerintahan
juga mencakup tentang adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia dan persamaan akan hakekat manusia. Demokrasi dalam arti luas juga
meliputi sistem dalam masyarakat seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial dan sebagainya. Dengan demikian demokrasi itu meliputi
demokrasi pemerintahan, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Demokrasi Pancasila mengandung beberapa aspek berikut ini.
1. Aspek formal, yaitu aspek yang mempersoalkan proses dan cara rakyat menunjuk wakil-wakilnya dalam badan perwakilan rakyat dan dalam
pemerintahan serta bagaimana mengatur permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka, dan jujur untuk mencapai konsensus
bersama. 2. Aspek material, yaitu aspek yang mengemukakan gambaran manusia,
mengakui harkat dan martabat dan menjamin terwujudnya masyarakat manusia Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat dan martabat
tersebut. 3. Aspek normatif, yaitu aspek yang mengungkapkan seperangkat norma-
norma atau kaidah-kaidah yang menjadi pembimbing dan kriteria dalam mencapai tujuan kenegaraan. Ada 4 empat norma yang penting yang
harus diperhatikan dalam demokrasi Pancasila yaitu: persatuan dan solidaritas;
keadilan; kebenaran; dan
cinta kepada tanah air dan bangsa. Keempat norma tersebut dapat menjadi aturan permainan dalam
melaksanakan demokrasi Pancasila yang harus ditaati oleh siapapun. 4. Aspek optatif, yaitu aspek yang mengetengahkan tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan ini meliputi tiga hal berikut ini. Negara hukum
Negara kesejahteraan Negara kebudayaan.
5. Aspek organisasi, yaitu aspek yang membahas organisasi sebagai
wadah pelaksanaan demokrasi Pancasila, dimana wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak dicapai. Organisasi ini meliputi dua
macam kekuatan. Organisasi sistem pemerintahan atau lembaga-lembaga negara
suprastruktur. Organisasi sosial politik di masyarakat infrastruktur.
6. Aspek kejiwaan, aspek kejiwaan demokrasi Pancasila adalah semangat, yaitu semangat para penyelenggara negara dan semangat para
pemimpin pemerintahan. Dikenal jiwa demokrasi Pancasila sebagai berikut.
Jiwa demokrasi Pancasila pasif, yaitu hak untuk mendapat perlakuan sesuai demokrasi Pancasila.
Jiwa demokrasi Pancasila aktif, yaitu jiwa yang mengandung kesediaan untuk memperlakukan pihak lain sesuai dengan hak-hak
yang diberikan oleh demokrasi Pancasila. Jiwa demokrasi Pancasila rasional, yaitu jiwa objektif dan masuk
akal tanpa meninggalkan jiwa kekeluargaan dalam pergaulan masyarakat.
Jiwa pengabdian, yaitu kesediaan berkorban demi menjalankan tugas jabatan yang dipangkunya dan jiwa kesediaan berkorban
untuk sesama manusia dan warga negara. Dalam sistem politik demokrasi Pancasila berlaku musyawarah untuk
mufakat didalam mengambil keputusan. Musyawarah untuk mufakat ini merupakan tata cara khas bangsa Indonesia didalam merumuskan dan
memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat. Agar pelaksanaan musyawarah untuk mufakat ini dapat berjalan dengan baik dan lancar maka
sebaiknya perlu diketahui dan diperhatikan aturan-aturan sebagai berikut. 1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama. 4. Musyawarah harus diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Dengan itikat baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur. 7. Keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Adapun tata cara musyawarah dalam berbagai kehidupan harus mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Musyawarah bersumber pada paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan.
2. Setiap putusan yang diambil harus selalu dapat dipertanggungjawabkan dan sama sekali tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945. 3. Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam mengeluarkan pendapat. 4. Hasil musyawarah atau setiap putusan, baik sebagai hasil mufakat
maupun berdasarkan suara terbanyak harus diterima dan dilaksanakan. 5. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat mempertemukan
pendapat yang berbeda dan hal ini sudah diupayakan berkali-kali maka dapat digunakan cara lain; misalnya cara pengambilan dengan
keputusan suara terbanyak voting. Cara pengambilan suara terbanyak voting dalam demokrasi
Pancasila dilakukan dengan persyaratanpersyaratan sebagai berikut. 1. Jika jalan musyawarah untuk mufakat sudah ditempuh secara maksimal,
tetapi tidak berhasil mencapai mufakat. 2. Musyawarah untuk mufakat tidak mungkin diusahakan lagi karena terjadi
perbedaan pendapat dan pendirian yang tidak mungkin lagi ditemukan atau didekatkan.
3. Karena faktor waktu yang mendesak sehingga harus segera diambil keputusan.
4. Sebelum dilakukan voting kepada semua peserta rapat diberikan kesempatan untuk mempelajari pendirian-pendirian atau pendapat-
pendapat yang berbeda itu. 5. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah jika
diambil dalam rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 23 dua pertiga jumlah anggota rapat kuorum dan disetujui oleh lebih dari
separuh jumlah anggota yang hadir memenuhi kuorum.
Setiap peserta musyawarah hendaknya menyadari bahwa yang menjadi tugas utamanya bukan hanya sekedar ikut bermusyawarah, tetapi
ikut bertanggung jawab atas terlaksananya semua hasil keputusan musyawarah. Adapun nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Ikhlas atau berlapang dada, artinya bahwa setiap peserta musyawarah
harus secara sadar menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah itu dengan ikhlas.
2. Religius, artinya bahwa hasil musyawarah itu harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan yang Maha Esa.
3. Tenggang rasa, artinya bahwa dalam pelaksanaan musyawarah setiap peserta harus mau mendengarkan pendapat orang lain walaupun
pendapatnya tersebut kurang berkenan dengan pkalianpat kita. 4. Keadilan, artinya bahwa dalam pengambilan keputusan hendaknya
setiap peserta musyawarah diperlakukan secara adil. 5. Kemanusiaan, artinya bahwa keputusan yang diambil hendaknya
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia jangan sampai merendahkan martabat manusia.