Hubungan, Sistem Hukum, dan Organisasi Internasional 4-8
8 penerapan dan pelaksanaan. Tahap-tahap
pembuatan traktat tersebut secara ringkas terdiri atas 1 perundingan, 2 penandatanganan, dan 3 ratifikasi.
Traktat biasanya tersusun atas bagian-bagian penting dengan struktur sebagai berikut : 1 mukadimah, 2 kalusul substantif, 3 klausul
resmiprotokoler, 4 penegasan resmi atau pengakuan tanda tangan, atnggal, dan tempat penandatanganan, dan 5 tanda tangan para wakil.
Masa berlakunya traktat dapat berakhir karena dua alasan umum, yaitu: 1 berakhirnya traktat karena hukum dan 2 berakhirnya
traktat karena tindakan para pihak.
3. Perwakilan Negara
Perwakilan negara dibedakan antara perwakilan diplomatik dan perwakilan konsuler. Perwakilan diplomatik meliputi seluruh kegiaan politik
luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain dalam masyarakat internasional.
Sedangkan perwakilan konsuler biasanya hanya bergerak sebagai perwakilan negara yang mengurusi bidang-bidang yang bersifat
komersial. Setiap negara yang berdaulat memiliki hak penuh untuk
mengirim perwakilan negaanya ke negara lain dan berkewajiban menerima perwakilan dari negara lain the right og
legation. Perwakilan negara tersebut dapa dibuka dengan syarat: 1 ada
kesempatan antara kedua pihak yang sepakat untuk membuka perwakilan negaranya mutual consent dan 2 kesepakatan tersebut
didasarkan kepada prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku.
4. Perwakilan Diplomatik
Perwakilan diplomatik memiliki pengertian sebagai perwakilan negara yang bersifat umum seperti telah disebutkan di atas. Dalam sejarah
perkembangannya, perwakilan diplomatik dibedakan dalam
Hubungan, Sistem Hukum, dan Organisasi Internasional 4-9
beberapa klasifikasi berdasarkan pengutamaan kedudukan kepala perwakilan diplomatik dalam tugasnya. Dalam Konvensi Wina tanggal
18 April 1961 tentang Hubungan-hubungan diplomatik dinyataka, bahwa kepala-kepal misi diplomatik dibedakan dalam tiga klasifikasi,
yaitu : 1 Ambassador Duta Besar atau Nuncius; 2 Envoys Duta, Menteri Minister, dan Internuncius; dan 3 Kuasa Usaha Chargers
d’Affaires. Seorang yang dicalonkan menjadi kepala misi diplomatik
didahului dengan permohonan resmi dari negara pengirim kepada negera penerima untuk meminta persetujuan calon yang diajukan
tersebut. Apabila negara penerima menolak untuk memberikan persetujuan terhadap calon yang diajukan oleh negara pengirim, maka
negara penerima tidak
diwajibkan mengemukakan alasan penolakannya pasal 4 Konvensi Wina 1961.
Sebaliknya apabila negara penerima menyatakan persetujuan, maka calon kepala misi diplomatik tersebut dilengkapi dengan surat
kepercayaan Letter of Credence yang ditandatangani oleh kepala negara pengirim. Surat kepercayaan tersebut harus diserahkan sendiri
kepada negara kepala negara penerima. Dengan penyerahan surat kepercayaan itu, yang biasanya disertai dengan pidato singkat, maka
kepala misi diplomatik yang setingkat duta besar atau duta. Berbeda dengan pengangkatan duta besar dan duta tersebut, untuk
pengangkatan kuasa usaha surat kepercayaannya dibuat oleh menteri luar negeri.
Tugas dan fungsi perwakilan diplomatik secara garis besar terdiri atas : 1 representasi, 2 proteksi, 3 negosiasi, 4 pelaporan,
dan 5 peningkatan hubungan persahabatan antar negara. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, pejabat diplomatik
dilengkapi dengan kekebalan dan keistimewaan tertentu. Kekebalan dan keistimewaan pejabat diplomatik tersebut didasarkan atas
beberapa pendekatan : 1 esterritoriality, 2 representative character
Hubungan, Sistem Hukum, dan Organisasi Internasional 4-10
theory, dan 3 fungsional necessity theory. Misi diplomatik tersebutdapat
berakhir dengan beberapa alasan antara lain
melalui pemanggilan kembali recall.
5. Perwakilan Konsuler
Perwakilan konsuler merupakan perwakilan negara di luar negeri, bukan sebagai perwakilan diplomatik, yang tugasnya
melindungi kepentingan-kepentingan komersial negaranya. Suatu negara yang hendak mendirikan pos konsulernya di luar
negeri berdasarkan Konvensi Wina tahun 1963
hendaknya memperhatikan prosedur sebagai berikut : 1 Negara penerima menyetujui
didirikannya os konsuler oleh negara
pengirim; 2 Kedudukan, klasifikasi, dan distrik konsuler ditentukan oleh negara pengirim dan tunduk kepada
persetujuan negara penerima; 4 Pembukaan cabang pos konsuler harus disetujui oleh negaa penerima; dan 5 Tambahan suatu kantor
yang menjadi bagian dari kantor konsuler juga harus disetujui oelh negara penerima.
Pos konsuler dipimpin oleh kelapa pos konsuler yang diangkat oleh negara pengirim. Pengangkatan dan penerimaan kepala pos konsuler
dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di negara pengirim dan negara penerima masing-masing.
Kepala pos konsuler harus dilengkapi dengan dokumen tentang pengangkatannya oleh
negara pengirim.
Dokumen pengangkatan tersebut biasanya dikirimkan melalui jalur diplomatik atau melalui jalur pemerintahan negara di mana kepala
pos konsuler tersebut diakreditasikan. Kepala pos konsuler tersebut baru dapat menjalankan fungsinya setelah menerima surat execuatur
dari penguasa yang berwenang dari negara penerima. Selama menunggu keluarnya surat execuatur dari negara penerima, kepala pos
konsuler tersebut dapat menjalankan tugasnya untuk sementara. Namun apabila negera penerima menolak memberikan surat execuator,
maka kepala pos konsuler tersebut segera ditarik kembali oleh Negara pengirim
dan negara
penerima tidak
berkewajiban memberitahukan alasan penolakannya kepada negara pengirim.