Demokrasi Pancasila Demokratisasi Menuju Masyarakat Madani Wacana

Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-41 kemasyarakatan, kelompok kepentingan, media massa, dan lembaga keagamaan merupakan bagian penting diantaranya. Gerakan demokrasi langsung yang berupa kontrol sipil ini memungkinkan rakyat dari waktu ke waktu, setiap saat, tanpa menunggu lima tahun lewat pemilu, dapat ikut mewarnai proses kebijakan publik. Rakyat melalui media massa, kelompok kepentingan, dan organisasi kemasyarakatan senantiasa dapat meneropong, mengkritik, dan menekan agar kebijakan publik dapat dirumuskan dan dijalankan sesuai dengan kepentingan mereka dalam bagian yang terbesar umum. Alexander Hamilton menyatakan bahwa untuk mengefektifkan pelaksanaan pemerintahan yang dibentuk melalui pemilu yang bebas dan mekanisme kontrol dari rakyat sebagaimana diuraikan di atas, maka diperlukan sebuah lembaga peradilan yang bebas indepen-dence. Peradilan yang bebas merdeka dapat menjadi instrumen yang kuat dalam demokrasi. Peradilan yang merdeka dapat memberikan penafsiran dan memberikan kekuatan berlakunya aturan- aturan yang ada di dalam konstitusi UUD. Di Indonesia kekuasaan kehakiman yang memegang fungsi peradilan, berdasarkan UUD 1945, dilaksanakan oleh lembaga-lembaga: Mahkamah Agung MA, Makkamah Konstitusi MK, dan Komisi Yudikatif KY. Katiga lembaga ini memiliki fungsi dan kewenangan di bidang hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya. Operasionalisasi pengaturan dari ketiga lembaga peradilan tersebut masing-masing diatur dengan undang-undang.

5. Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksud dalam Undang-undang dasar 1945 berarti menegakkan kembali azas-azas Negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, dimana hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek perseorangan dijamin dan Demokrasi Pancasila adalah demokrasi berdasarkan paham kekeluargaan dan gotong royong yang ditujukan pada kesejahteraan rakyat. Kiranya dalam pelaksanaan Demokrasi Pancasila ini, dijunjung tinggi prinsip-prinsip: a. Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-42 b. Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu kekuasaan atau kekuatan lain apapun. c. Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan dan aman alam melaksanakannya. Dalam demokrasi Pancasila, terkandung aspek-aspek sebagai berikut. a. Aspek formal, yakni aspek yang mempersoalkan proses dan cara rakyat dalam menunjuk wakil-wakilnya dalam badan-badan perwakilan rakyat dan pemerintahan serta cara mengatur permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai konsensus bersama. b. Aspek materiil, yakni aspek yang mengemukakan gambaran manusia dan mengakui harkat dan martabatnya dan menjamin terwujudnya manusia Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat dan martabat manusia. c. Aspek normatif, yaitu aspek yang mengungkap kaidah-kaidah yang mengatur langkah untuk mencapai tujuan negara.

6. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surutnya. Selama Indonesia merdeka sampai saat ini masalah pokoknya adalah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya ini dapat ditingkatkan kehidupan ekonomi, disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Dipandang dari perkembangannya, perkembangan demokrasi Indonesia dapat dilihat dalam tiga periode, yakni periode orde lama, orde baru dan reformasi.

a. Demokrasi di Orde Lama

Tahun 1945 sampai dengan tahun 1959, merupakan masa demokrasi konstitusional. Demokrasi dilaksanakan berdasarkan konstitusi yang ada, dengan menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai. Masa ini sering disebut sebagai masa pelaksanaan demokrasi parlementer di Indonesia. UUD Sementara 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri atas presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggungjawab politik. Artinya setiap menteri bertanggung jawab kepada parlemen DPR. Pada saat itu telah dilaksanakan pemilihan umum untuk pertama kalinya. Pemilu dilaksanakan pada tahun 1955 secara Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-43 demokratis, dan diikuti oleh banyak partai politik secara bebas. Demikian setelah pemilu, pemerintahan juga berjalan-berjalan secara transparan. Pergantian kabinet secara terus menerus dan ketidakmampuan anggota-anggota partai untuk mencapai consensus mengenai dasar negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Ir. Soekarno sebagai presiden mengeluarkan Dekrit 5 Juli yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian masa demokrasi berdasarkan sistim parlementer berakhir. Periode 1959 sampai dengan tahun 1965, merupakan periode dimana dominasi presiden sangat kuat. Sebaliknya peranan partai politik menjadi sangat terbatas. Partai politik dan pers dianggap menyimpang dari “rel revolusi” sehingga tidak dibenarkan dan dibredel keberadaannya. UUD 1945 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi presiden untuk bertahan sekurang-kurangnya lima tahun. Namun Tap MPRS No. III 1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup, telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini. Hal tersebut yang mengakibatkan beberapa penyelewengan dalam negara oleh beberapa ketentuan presiden. Masa ini disebut sebagai masa demokrasi terpimpin. Pada tahun 1965 diselenggarakan peninjauan kembali produk-produk legislatif pada masa demokrasi terpimpin yang berakhir karena keadaan ekonomi yang semakin suram dengan Tap MPRS No. XIX1966. Sampai terselenggaranya pemilu 1971, dilakukan usaha-usaha untuk kembali pada negara yang berdasarkan konstitusi, dengan demokrasi Pancasila yang mulai diterapkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Demokrasi di Orde Baru

Awal masa orde baru, pemerintah yang terbentuk selalu menekankan pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen dalam segala aspek kehidupan. Tercatat ada enam kali pemilu yang dilaksanakan dalam masa ini. Secara berturut-turut, pemilu tersebut dimenangkan oleh Golongan Karya. Setelah pemilu 1971, hanya terdapat tiga kontestan peserta pemilu yakni Golongan Karya, PPP dan PDI. Pemilu yang dilaksanakan jauh dari aspek transparansi, bebas dan menguntungkan salah satu partai. Secara umum pelaksanaan pemerintahan orde baru berjalan Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-44 dengan lancar apalagi dengan dukungan militer yang mempunyai dwi fungsi yang disebut sebagai dwi fungsi ABRI. Pada akhir kekuasaan rejim, jelas terlihat penyelewengan-penyelewengan dalam pemerintahan. Korupsi kolusi dan nepotisme marak mewarnai wajah birokrasi. Akuntabilitas sangat lemah, bahkan tekanan-tekanan terhadap pers, partai politik dan masyarakat dilakukan dari pusat sampai tingkat desa. Demikian dengan lembaga hukum dan peradilan yang tidak independen dalam menjalankan fungsinya.

c. Demokrasi Masa reformasi

Era ini muncul ditandai dengan tumbangnya rejim orde baru. Pembaharuan-pembaharuan dilakukan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Pembenahan pemerintahan dengan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, pengurangan fungsi ABRI dalam bidang sosial politik, penegakan peradilan yang bebas, dan sebagainya. Pemilu 1999 merupakan pemilu yang pertama dilaksanakan dengan diikuti oleh 48 partai politik. Pemilu yang dilaksanakan tersebut, cenderung lebih demokratis dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.

7. Demokratisasi Menuju Masyarakat Madani Wacana

Tentunya masih jelas dalam ingatan kita peristiwa tumbangnya Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Soeharto dari kursi presiden. Reformasi, demikian sebutan untuk aksi-aksi yang mendukung peristiwa tersebut. Demonstrasi banyak digelar, mahasiswa angkat bicara, tuntutan-tuntutan yang tersumbat pada era orde baru mengalir deras seolah tak mau terbendung lagi. Banyak orasi-orasi yang mengumandangkan kata demokrasi yang harus dijalankan pada pemerintah mendatang. Seiring dengan itu, tuntutan anti KKN juga gencar dilontarkan. Kejenuhan terhadap pemerintahan yang totaliter, semi diktator militer, penuh dengan korupsi kolusi dan nepotisme selama ini seolah menjadi alasan untuk mendesak proses demokratisasi segera dilaksanakan di negeri tercinta ini. Cita-cita dan harapan masyarakat hanya tertuju pada kehidupan yang demokratis untuk terciptanya masyarakat madani atau masyarakat yang dicita-citakan. Wacana di atas ingin menggambarkan bahwa saat ini proses demokratisasi adalah cita-cita sekaligus kebutuhan yang mendesak bagi negara Indonesia agar tercipta masyarakat madani atau civil society. Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-45 Tentunya bukan demokrasi yang hanya sebagai label saja atau demokrasi yang tetap disalahgunakan suatu rejim totaliter dan diktator militer untuk memperoleh dukungan rakyat. Rakyat negara atau warga masyarakat adalah gambaran kenyataan yang pluralis atau jamak. Masyarakat kita terdiri dari bermacam-macam suku, agama, dan asal kedaerahan dengan segala adat dan budayanya. Oleh sebab itu, untuk menjamin persatuan dan kesatuan, maka demokrasi harus ditegakkan. Dalam penegakan prinsip demokrasi di Indonesia yang terpenting adalah sikap menerima dan menghargai perbedaan yang ada. Perbedaan adalah kenyataan kodrati manusia yang tidak mungkin dihindari dan dihilangkan. Perbedaan adalah berkah apabila bangsa ini, jika kita semua mampu menyatukan perbedaan-perbedaan itu sebagai modal dan kekayaan bersama. Kita disatukan oleh hak, kewajiban, tugas, peran, dan tanggung jawab yang sama, yaitu sebagai rakyat atau warga negara. Sebagai warga negara Indonesia kita adalah satu kesatuan dalam membangun dan mewujudkan kejayaan bangsa dan negara. Demokrasi Pancasila yang kita anut tidak membedakan diantara kita menjadi rakyat yang berasal dari mana dan berada di mana. Demokrasi sebagai pemerintahan rakyat mengakui persamaan hak dan kewajiban. Jadi dengan demikian, kita sebagai warga negara adalah sama dalam perbedaan, dan berbeda dalam persamaan. Marilah kita kembali pada pengertian semula, bahwa demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Sebuah pemerintahan rakyat mengharuskan dipenuhinya tiga hal, yaitu: a. Sumber kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat. b. Penentuan kebijakan dasar dilakukan oleh rakyat. c. Hasil akhir pemerintahan dan pembangunan adalah untuk kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, maka demokrasi dimaknai sebagai pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Pemerintahan rakyat artinya kekuasaan negara atau pemerintah berada di tangan rakyat. Rakyatlah yang memiliki kekuasaan tertinggi dan bukan kepala negara atau pejabat negara lainnya. Negara demokrasi menempatkan rakyat pada posisi yang paling menentukan. Rakyat adalah subjek bukan objek kekuasaan. Rakyat sebagai subjek merupakan pelaku dan penentu atas nasibnya sendiri. Pemerintah boleh berbuat Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-46 apa saja asal apa yang diperbuat itu sesuai dengan keinginan dan kepentingan rakyat, selain daripada itu tidak diperbolehkan. Bagaimana posisi pemerintah dalam Negara demokrasi? Pemerintah adalah mereka yang bertugas menjalankan kekuasaan Negara atas nama rakyat. Pemerintah sebagai pihak yang menjalankan kekuasaan, maka tidak memiliki kekuasaan tersendiri. Kekuasaan yang dipegang dan dijalankan adalah pemberian rakyat sebagai amanat atau kepercayaan yang harus ditunaikan dengan baik sesuai kehendak rakyat. Jadi, pemerintah sebagai pemegang amanat dalam bertindak harus sesuai dengan keinginan dan kepentingan rakyat. Dengan kata lain, bahwa pemerintan sekedar mewakili kepentingan rakyat dan dengan begitu tidak boleh memiliki kepentingannya sendiri di luar yang dikehendaki rakyatnya. Dalam lingkungan yang lebih sempit, seperti di daerah, baik daerah provinsi maupun kabupaten atau kota, demokrasi harus dijalankan. Kehidupan demokrasi selama ini juga kita temui di desa-desa. Dalam hal ini, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat di daerah yang bersangkutan. Adapun pengertian pemerintah daerah adalah pejabat pemerintah daerah yang terdiri atas Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain, yang bertugas menjalankan kekuasaan yang diamanatkan oleh rakyat daerah dan bertujuan untuk menyejahterakan seluruh rakyat daerah itu. ”Kaum neoliberal ingin memperkecil peran negara; kaun sosial demokrat, secara historis sangat ingin memperluasnya. Jalan ketiga menyatakan bahwa ”yang penting adalah merekonstruksikannya membangun kembali demokrasi, yaitu melampaui mereka yang berada di kiri ”yang mangatakan bahwa negara adalah musuh,” dan kelompok kanan ”yang mengatakan bahwa pemerintah adalah jawabannya.” Anthony Gidden, The Third Way The Renewal of Social Democracy Bagaimana caranya rakyat menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah? Demokrasi yang berlaku di negara mana pun pada umumnya dijalankan di atas landasan hukum. Sebaliknya, hukum itu pun dibuat dengan cara-cara demokrasi. Dengan pernyataan lain, bahwa tidak ada hukum tanpa demokrasi dan tidak ada demokrasi tanpa hukum. Dalam konstitusi kita, yaitu UUD 1945 dinyatakan pula bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka. Artinya, semua prosedur atau cara-cara pembagian, penyerahan, dan pencabutan kekuasaan pejabat Negara atau daerah diatur berdasarkan hukum atau peraturan Bangsa, Negara, Sikap Keterbukaan dan Keadilan 2-47 perundang-undangan yang berlaku. Sebagai gambaran sederhana, marilah kita simak tentang kekuasaan yang dipegang dan dijalankan oleh Pemerintah Desa. Karena desa merupakan masyarakat hukum yang otonom berwenang mengatur dan mengurus kepentingannya menurut prakarsa sendiri, maka desa menjalankan pemerintahan berdasarkan demokrasi. Demokrasi desa menentukan, bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa beserta perangkat desa lain yang diberi mandat atau wewenang oleh warga desa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan di desanya. Penugasan Saat ini jumlah provinsi diIndonesia sebanyak 33 dan jumlah kabupatenkota sebanyak 497 buah. Apabila masing-masing daerah melaksanakan Pemilukada, maka setiap hari di Indonesia ada 1,5 pemilihan umum untuk menentukan kepala daerah. Anehnya, hampir setiap pemilukada tersebut terdapat dugaan pelanggaran. Pada umumnya, dugaan pelanggaran pidana tersebut dianggap telah menyalahi pasal 115 dan pasal 120 UU No. 32 Tahun 2004. Beberapa dugaan pelanggaran dimaksud, antara lain kampanye negatif black campaign dan politik uang. Berdasarkan informasi di atas, jelaskan: • mengapa hal itu terjadi? • Apa saja yang dapat Anda tawarkan sebagai solusi terhadap masalah tersebut? • Instrumen hukum mana saja yang terkait?

C. Rangkuman

1. Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi dibagi menjadi dua, yakni demokrasi lansung dan tidak langsung. 2. Dalam pelaksanaannya, pemerintahan demokratis akan terselenggara jika terlaksana juga kondisi pemerintahan yang berdasarkan hukum, konstitusi yang berlaku atau rule of law. Adapun syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis dibawah rule of law ialah: a. perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain dari menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin, b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, c. pemilihan umum yang bebas,