Suasana Kebatinan UUD Proklamasi 1945

Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 19 dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945. Suasana kebatinan itu meliputi seluruh jiwa dari pasal-pasal UUD 1945, yang dapat disebut sebagai konstitusi pertama. UUD 1945 atau konstitusi pertama itu juga disebut dengan UUD Proklamasi atau Konstitusi Proklamasi. Sebab, UUD 1945 dirumuskan sebagai penjabaran langsung dari nilai-nilai dan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai penjabaran nilai-nilai dan cita-cita proklamasi, maka UUD 1945 mengandung jiwa, semangat, dan makna hakiki dari proklamasi kemerdekaan seperti yang telah diuraikan di atas. Pembukaan UUD 1945 dapat dikatakan mengandung suasana kebatinan UUD 1945. Suasana kebatinan itu dijelaskan oleh Penjelasan UUD 1945 Proklamasi sebelum diamandemen. Meskipun penjelasan itu saat ini telah dihapus dari UUD 1945, tetapi ada hal yang dapat dijadikan bahan kajian ilmiah. Hal itu ialah apa yang disebut dengan “pokok-pokok pikiran” Pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah suasana kebatinan UUD 1945 itu. Suasana kebatinan ini harus tetap dipahami agar kita tidak menyimpang dari jiwa UUD 1945 ketika menjabarkan dan melaksanakannya. Pembukaan UUD 1945 memuat empat pokok pikiran. Pertama, pokok pikiran negara persatuan. Dalam pokok pikiran ini dijelaskan, bahwa “negara” melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dengan berdasar atas persatuan, negara berkehendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 diterima aliran pengertian “negara persatuan” yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham golongan dan mengatasi segala paham perorangan. Negara, menurut pengertiasn pembukaan itu, menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 20 Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan. Kedua, pokok pikiran keadilan sosial, dimana negara menghendaki terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini pada prinsipnya menghendaki pemerataan kesejahteraan dan penciptaan keadilan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali. Kesejahteraan dan keadilan sosial harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat, tanpa membeda-bedakan golongan, kedaerahan, atau pun aliran kepercayaan yang dianutnya. Ketiga, pokok pikiran kedaulatan rakyat. Pokok pikiran yang ketiga yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ialah negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Keempat, pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini mengandung konsekuensi, bahwa UUD bagi Indonesia merdeka harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan Penyelenggara Negara lainnya, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Berdasarkan pokok-pokok pikiran atau suasana kebatinan UUD 1945 itu maka dapat disimpulkan, bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Proklamasi adalah pernyataan kemerdekaan, yakni merupakan pemberitahuan kepada dunia bahwa Indonesia telah merdeka. Sedangkan Pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan kemerdekaan yang terperinci. Sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci, maka Pembukaan UUD 1945 memuat Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 21 cita-cita luhur Proklamasi kemerdekaan, pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan dasar negara yang didirikan. Apabila kita perhatikan dari aspek historis, proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat dipisahkan dengan proses perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang fundamental, mempunyai hubungan asasi. Meminjam istilah Prof. Notonagoro, maka Pembukaan merupakan “Staatsfundamentalnorm” atau pokok kaidah negara yang fundamental. Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, dirumuskan untuk menyongsong lahirnya negara Indonesia. Marilah kita simak cuplikan uraian Prof. Notonagoro dalam Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa untuk Ir. Soekarno di UGM, sebagai berikut ini. “Asas-asas yang terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam kalimat keempat, apabila disusun dalam hubungan kesatuan dan ting kat kedudukan dari unsur yang satu terhadap unsur yang lain, maka merupakan suatu keseluruhan yang bertingkat sebagai berikut: a. Pancasila merupakan asas kerohanian Negara filsafat, pendirian, dan pandangan hidup; b. Di atas basis itu berdiri Negara, dengan asas politik Negara kenegaraan berupa bentuk Republik yang berkedaulatan rakyat; c. Kedua-duanya menjadi basis bagi penyelenggaraan kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang tercantum dalam peraturan pokok hukum positif termuat dalam suatu Undang-Undang Dasar; d. Selanjutnya di atas Undang-Undang Dasar sebagai basis berdiri bentuk susunan pemerintahan dan seluruh peraturan hukum positif, yang mencakup segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dalam kesatuan pertalian hidup bersama, kekeluargaan, dan gotong-royong; Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 22 e. Segala sesuatu itu untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia dengan bernegara itu, ialah singkatnya kebahagiaan nasional bagi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dan internasional, baik rohani maupun jasmani.” Dari rangkaian proses penyusunan dasar negara dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi nyata dan jelas bahwa berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dasar negara yang dipersiapkan dan Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan terperinci. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 bersifat melekat dengan NKRI yang dilahirkan. Karena itu, sehubungan dengan adanya ketentuan Pasal 37 ayat 5 UUD 1945, maka Pembukaan UUD 1945 juga tidak dapat diubah.

C. Hubungan Antara Proklamasi Kemerdekaan Dan UUD 1945 1. Sekitar Proklamasi Kemerdekaan

Menjelang kekalahannya dalam perang Asia Pasifik, Jepang mengumumkan janji Indonesia merdeka kelak kemudian hari ketika perang telah usai. Janji ini dibuktikan dengan mengumumkan akan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia BPUPKI yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Choosakai pada tanggal 1 Maret 1945. Badan ini kemudian terbentuk pada tanggal 29 April 1945, namun baru dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 dan baru bekerja sehari kemudian. Dengan terbentuknya BPUPKI itu, bangsa Indonesia dapat secara sah mempersiapkan kemerdekaannya. Badan ini melakukan tugasnya pertama pada tanggal 29 Mei 1945 dengan bersidang untuk mendengarkan pidato Mr. Moh. Yamin yang mengutarakan lima asas dasar untuk Negara Indonesia Merdeka, yakni peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Proklamasi Kemerdekaan,Dasar Negara, Konstitusi, dan Perundang-undangan 3- 23 Setelah berpidato beliau menyerahkan usul tertulis mengenai Rancangan UUD RI. Di dalam Pembuka an daripada Rancangan UUD itu tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbeda, yaitu sebagai berikut. a. Ketuhanan Yang Maha Esa. b. Kebangsaan Persatuan Indonesia. c. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab. d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selanjutnya pada sidang tanggal 1 Juni 1945 BPUPKI mendengarkan pidato Ir. Soekarno. Pada pidatonya Ir. Soekarno mengemukakan lima dasar Indonesia merdeka yang disebut “Pancasila”, yang rumusannya sebagai berikut. 1. Kebangsaan Indonesia. 2. Internasionalisme, atau perikemanusiaan. 3. Mufakat, atau demokrasi. 4. Kesejahteraan sosial. 5. Ketuhanan yang berkebudayaan. Secara singkat, kemudian pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh anggota BPUPKI mengadakan pertemuan untuk membahas pidato dan usul-usul mengenai asas dasar negara yang telah dikemukakan pada sidang-sidang Badan Penyelidik. Hasilnya tersusunlah Piagam Jakarta, yang kemudian diterima bulat dalam sidang berikutnya, tanggal 14 Juli 1945. Piagam Jakarta ini berisi tentang Rancangan Pernyataan Indonesia Merdeka dan 1. Ir. Soekarno 2. Drs. Moh. Hatta 3. Mr. A.A. Maramis 4. Abikoesno Tjokrosoejoso 5. Abdoelkahar Muzakkir 6. Haji Agus Salim 7. Mr. Achmad Soebardjo 8. KH. Wachid Hasjim 9. Mr. Moh. Yamin Rancangan UUD, yang di dalamnya juga memuat asas dasar negara. Rumusannya sebagai berikut.