Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia

86 Gaambar 2.7 Pemberantasan korupsi melalui jalur peradilan saja, tidak pernah akan dapat mengurangi praktik koruptif secara memuaskan. Itulah sebabnya pencegahan dan pemberantasan KKN tidak mungkin hanya dibebankan pada para penegak hukum saja. Agar gerakan percepatan pemberantasan KKN itu berhasil, maka gerakan ini harus merupakan “conterted effort” oleh legislatif, eksekutif, yudikatif, lembaga pengawasan seperti BPK dan Ombudsman maupun lembaga swadaya masyarakat dan seluruh masyarakat dan warga negara Indonesia, agar tercipta suatu budaya hukum. Sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara yang bersih, modern, adil dan sejahtera. “Asal mau, pasti bisa”, demikian kata-kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Di samping itu, kita patut menyambut niatan baik dari pemerintahan Presiden SBY yang mengagendakan pemberantasan korupsi sebagai salah satu agenda utama dalam pemerintahannya. Namun, niat baik tersebut tidak cukup, perlu langkah-langkah kongkret untuk mewujudkan pemberantasan korupsi. Kita semua berharap lembaga negara yang ada saat ini dan memiliki kewenangan untuk memberantas korupsi, baik upaya represif maupun preventif, dapat melaksanakan tugas dengan sebaik- baiknya. Sehingga pemberantasan korupsi dapat berhasil atau minimal dikurangi. Untuk lebih memahami bagaimana upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, bacalah wacana berikut dan kerjakan tugas- tugas yang ada 87 “Ini jihad saya. Kalaupun saya mati saya mati syahid.” Kata-kata itu mengemuka dari mulut Khairansyah Salman, auditor investigatif BPK yang mengungkap dugaan korupsi yang melibatkan anggota KPU dan aktivis LSM Mulyana W. Kusumah Republika 134. Terkesan, bahwa Khairansyah amat serius mengungkap kasus korupsi di lembaga “terhormat” tersebut. Namun ketua BPK, Prof.Anwar Nasution justru akan menindak tegas Khairansyah, karena dinilai sebagai tindakan yang tidak prosedural. Terlepas dari ancaman terhadap karir Khairansyah, yang jelas ada ancaman keselamatan dan keamanan fisik yang lebih serius bagi Khairansyah dan keluarganya. Pasalnya, Indonesia hingga kini belum memiliki UU Perlindungan Saksi. Kemudian nasib para saksi pelapor korupsi witness ataupun whistleblower pada kasus-kasus sebelumnya juga tidak begitu indah. Bukannya disebut pahlawan, mereka malah mengalami kekerasan fisik hingga digugat balik atas dasar pencemaran nama baik.Kompas,184. Harian Republika edisi 16 Maret 2005, menyuguhkan data 11 saksi dan pelapor kasus korupsi yang malah balik diadukan dengan pasal pencemaran nama baik Sumber ICW. Pasal 15 UU No.302002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi menyebutkan bahwa KPK berkewajiban memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan atau memberikan keterangan mengenai tindak pidana korupsi. Perlindungan itu meliputi pemberian jaminan keamanan dengan meminta bantuan dari kepolisian atau mengganti identitas pelapor atau melakukan evakuasi termasuk melakukan perlindungan hukum. Pasal 5 ayat 1 PP No.71 tahun 2000 tentang Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi, menyebutkan bahwa setiap orang, organisasi masyarakat atau LSM berhak atas perlindungan hukum baik mengenai status hukum atau rasa aman. Pasal 6 ayat 1 PP tersebut, menyebutkan bahwa penegak hukum atau komisi wajib merahasiakan kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor atau isi informasi, saran, atau pendapat yang disampaikan. Pengamanan fisik kepada pelapor dan keluarganya dapat diberikan apabila diperlukan atas permintaan pelapor, penegak hukum atau komisi. Apakah kedua peraturan tersebut dapat menjamin perlindungan hukum bagi saksi atau pelapor kasus korupsi? Wacana Setelah mencermati wacana di atas, jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut 1. Perlukah diadakan undang-undang tentang Perlindungan Saksi? Apa alasannya? 2. Bagaimana caranya Anda melaporkan dugaan praktik koruptif? 3. Siapa saja yang seharusnya berhak mendapat perlindungan saksi? Apa alasannya? 88 Gambar 2.8 Seragam tahanan korupsi. Suatu Instrumen agar orang berfikir panjang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Tugas Pengamatan 1. Lakukan pengamatan melalui surat kabar, televisi, radio, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan kasus KKN dan penanggulangannya 2. Tunjukkan empat kasus yang diindikasikan termasuk dalam kategori korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN 3. Bagaimana dampak kasus-kasus tersebut bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial dan budaya? 4. Bagaiman upaya yang dilakukan untuk menanggulangi KKN tersebut?

3. Instrumen Hukum Dan Lembaga Anti Korupsi a. Pengertian Anti Korupsi

Istilah “anti” mempunyai arti menentang, mencegah, tidak setuju, melawan, benci, dan menolak. Misalnya obat anti mabok, artinya obat untuk mencegah supaya tidak mabok. Contoh lain, misalnya sikap anti Israel, artinya sikap menentang, membenci, dan tidak setuju dengan tindakan bangsa Israel. Anti pornografi, artinya sikap dan tindakan menentang, mencegah, tidak setuju, membenci, menolak sikap, perbuatan, penayangan gambar yang berbau pornografi. Berdasarkan contoh di atas, coba Anda simpulkan sendiri pengertian anti korupsi itu Dalam arti yang lebih luas, anti korupsi meliputi juga anti KKN Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. 89 Pengertian korupsi, kolusi dan nepotisme sudah Anda pahami, bukan? Sekarang, perhatikan gambar 4.7 Apa yang ditunjukkan pada gambar tersebut? Mengapa mereka melakukan kegiatan seperti itu? Apakah unjuk rasa masyarakat yang menentang putusan Pengadilan Negeri yang membebaskan tersangka dugaan korupsi, termasuk sikap anti korupsi? Kalau jawabanmu ya, apa alasannya? Kegiatan Ombudsman Perwakilan dewasa ini aktif melakukan kunjungan ke instansi pemerintah dan media massa untuk mengkampayekan good governance dan anti korupsi. Lembaga ini melibatkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh LSM maupun lembaga pendidikan. Mereka juga melakukan sosialisasi baik melalui media massa maupun talk show di beberapa radio dan televisi lokal. Di samping itu juga membangun kerjasama dengan Ombudsman Daerah dan Ombudsman Swasta untuk bersama-sama mendorong pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi. Tugas Individu • Carilah informasi dari berbagai sumber koran, televisi, radio, internet tentang berbagai sikap dak kegiatan anti korupsi, termasuk anti KKN • Tulislah sedikitnya lima contoh sikap dan perbuatan anti korupsi • Laporkan secara lisan di depan kelas. • Kumpulkan hasil pekerjaanmu kepada guru untuk mendapatkan penilaian

b. Instrumen Hukum Anti Korupsi a. Perundang-undangan Anti Korupsi

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan negara. Hal ini dimaksudkan agar praktik korupsi, 90 1946 Awal kemerdekaan - KUHP 1957 Peraturan Penguasa Militer - Tidak terstruktur - Perpu Nomor 24 Tahun 1960 1967 Tim Pemberantasan Korupsi - Preventif Represif 1971 UU Anti Korupsi - UU Nomor 3 Tahun 1971 1977 Opstib Operasi Tertib - Preventif Represif 1987 Operasi Khusus Perpajakan - Preventif Represif 1998 Krisis Multidisiplin melahirkan - Tap MPR XI1998 dan VIII2001 - UU Nomor 28 Tahun 1999 - UU Nomor 31 Tahun 1999 - UU Nomor 20 Tahun 2001 2000 TGPTK - PP Nomor 18 Tahun 2000 2003 KPK - UU Nomor 30 Tahun 2002 2004 Pengadilan Tipikor - Kepres Nomor 59 Tahun 2004 2004 Percepatan Pemberantasan Korupsi - Inpres Nomor 5 Tahun 2004 2005 Tim Tastipikor - Keppres Nomor 11 Tahun 2005 kolusi dan nepotisme yang merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat dicegah. Oleh karena itu diperlukan landasan hukum pencegahan dan pemberantasan KKN. Anda Perlu Tahu Sejarah Pemberantasan Korupsi dan Dasar Hukumnya 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Pada tahun 1998, MPR RI telah menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor XI MPR1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Kemudian pelaksanaan ketetapan MPR ini dijabarkan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 memuat ketentuan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme yang khusus ditujukan kepada para penyelenggara negara dan pejabat lain yang