Standar Kompetensi dan Indikator Kompetensi dasar: Memahami Etika Bisnis

308 KEGIATAN BELAJAR VII ETIKA BISNIS

A. Standar Kompetensi dan Indikator Kompetensi dasar: Memahami Etika Bisnis

Indikator: • Mampu mendeskripsikan perilaku etis dan tidak etis dalam bisnis • Mempu menjelaskan cara mengimplementasikan etika bisnis dalam bisnis B. Etika Bisnis Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam bidang ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela dan karenanya diperbolehkan atau tidak diperbolehkan bagi perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh manusia, dan kegiatan ekonomi dan bisnis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang sangat penting. Etika adalah prinsip-prinsip yang mengatur tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok. Sementara ahli lain mendefinisikan etika adalah kajian moralitas. Lalu apakah moralitas itu ?. moralitas adalah suatu pedoman yang dimiliki oleh individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan apa itu salah, apa itu baik atau jahat. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah yang berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Masyarakat terdiri dari orang-orang yang memiliki tujuan umum dan yang aktivitasnya diorganisasika oleh sebuah sistem institusi yang didesain untuk mencapai tujuan tersebut. Institusi yang paling berpengaruh di dalam masyarakat dewasa ini adalah institusi ekonomi yang didesain untuk mencapai tujuan: 1 produksi barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat, dan 2 distribusi barang dan jasa ke berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian institusi ekonomi menentukan siapa yang akan melaksanakan kegiatan produksi, bagaimana kerja tersebut diorganisasikan, sumber apakah yang akan dikonsumsi oleh masyarakat, dan bagaimana produk dan keuntungannya akan didistribusikan di antara anggota masyarakat tersebut. Perusahaan bisnis merupakan institusi ekonomi yang utama yang digunakan orang dalam masyarakat modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa. Perusahaan adalah struktur fondamental yang di dalamnya anggota-anggota masyarakat mengombinasikan sumber daya yang terbatas menjadi barang yang lebih berguna yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lalu apa kaitannya antara kegiatan memproduksi barang dan jasa serta kegiatan mendistribusikan barang dan jasa dengan etika bisnis. Apa yang diharapkan bagi masyarakat dengan mempelajari etika bisnis dan mengapa etika bisnis perlu dipelajari dalam melakukan bisnis ?. menurut Bertens 2000:6 ada tiga tujuan, yaitu: 1. Menanamkan atau meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis. Orang yang mendalami etika berbisnis diharapakan akan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomis yang diberikan perhatian serius. Good business bukan sekedar berarti bisnis yang mendatangkan untung yang banyak, tetapi juga dan terutama bisnis yang berkualitas etis. 2. Memperkenalkan argumentasi moral, khususnya di bidang ekonomi dan bisnis serta membantu para pebisnis atau calon pebisnis dalam menyususn argumen moral yang tepat. Dalam etika sebagai ilmu, bukan saja penting adanya norma- norma moral, tidak kalah penting adalah alasan-alasan bagi berlakunya norma- 309 norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis atau calon pelaku bisnis akan sanggup menemukan fondamen rasional untuk aspek-aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis. Ia harus sanggup bukan saja menunjukkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau sebaliknya yang wajib dilakukan, melainkan juga menunjukkan alasan mengapa suatu perbuatan tidak boleh dilakukan atau justru wajib dilakukan. 3. Membantu pebisnis atau calon pebisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya kelak. Tujuan ini berkaitan dengan pertanyaan apakah dengan studi etika menjamin seseorang berbuat etis ?. jawaban pertanyaan itu paling tidak menyangkut dua sisi, yaitu: etika itu mengikat tetapi tidak memaksa. Kesadaran akan norma-norma moral tidak secara otomatis membuahkan orang akan berlaku etis. Kehendak manusia itu bebas dan dalam menentukan kehendaknya terpimpin oleh motivasi-motivasi. Dalam kontek bisnis pencarian keuntungan walaupun wajar dalam setiap usaha bisnis, amun bisa menjadi motivasi yang begitu kuat dan begitu eklusif sehingga mengabaikan dan melewati semua rambu-rambu moral. Di lain pihak studi dan pengajaran etika bisnis diharapkan mempunyai dampak tingkah laku si pebisnis. Jika studi etika telah membuka mata hati mereka, konsekuensi logisnya si pebisnis bertingkah laku menurut yang ia akui sebagai benar. Manusia adalah makluk rasional, dan jika ia mengerti sungguh-sungguh kemungkinan besar ia akan menyesuaikan kelakukannya dengan pengertian itu. Alasan rasional merupakan alat ampuh untuk mendorong dan membentuk motivasi kebanyakan orang. Dengan demikian memahami etika bisnis adalah perlu, tetapi belum cukup untuk menghasilkan pebisnis yang berpegang pada moral. Pada akhirnya keputusan moralitas tergantung pada kebebasan. Moralitas mengundang dan menghimbau, tetapi tidak pernah memaksa. C. Ciri-Ciri yang Membedakan Standar yang Moral dan Bukan Moral Para ahli etika mengajukan lima ciri yang berguna untuk menentukan hakekat standar moral, yaitu: Pertama: standar moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia merekayasa agar pajak perusahaan dibayar lebih rendah dari yang sebenarnya. Kedua: standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoratif tertentu. Standar hukum dan legal dibuat oleh otoritas pembuat undang-undang. Standar moral dengan demikian tidak dibuat oleh kekuasaan, demikian pula validitasnya tidak terletak pada prosedur pengambilan suara, namun validitas standar moral terletak pada kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung dan membenarkan. Jadi sejauh nalarnya mencukupi, maka standarnya tetap sah. Ketiga: standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain khususnya kepentingan diri, yakni jika seseorang mempunyai kewajiban moral untuk melakukan sesuatu, maka ia diharapkan melakukannya, bahkan jika hal tersebut bertentangan dengan nilai nonmoral lainnya atau kepentingan diri. Keempat: secara umum standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Fakta bahwa anda akan diuntungkan oleh sebuah kebohongan dan bahwa saya akan dirugikan tidak relevan untuk mempertanyakan apakah berbohong itu secara moral salah. Kelima: standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu, misalnya jika saya bertindak bertentangan denga standar moral, normalnya saya akan merasa bersalah, malu, menyesal, saya akan mengatakan perilaku saya immoral atau salah dan saya akan merasakan diri saya amat buruk dan mengalami rasa hilangnya percaya diri. Jika kita melihat orang lain bertindak bertentangan dengan standar moral yang kita anut, biasanya kita akan marah, jengkel, bahkan jijik terhadap orang tersebut, 310 kita kan mengatakan mereka tidak melaksanakan kewajiban moral dan kita menghargai mereka lebih rendah. Standar moral dengan demikian merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada panalaran yang baik, bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan kosa kata moral tertentu.

D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan