310 kita kan mengatakan mereka tidak melaksanakan kewajiban moral dan kita
menghargai mereka lebih rendah. Standar moral dengan demikian merupakan standar yang berkaitan dengan
persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada panalaran yang baik, bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada
pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan kosa kata moral tertentu.
D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Kalau ditanya apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, jawabannya sudah barang tentu tidak diragukan lagi. Perusahaan mempunyai
tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal. Karena merupakan badan hukum perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal
sebagaimana dimiliki oleh manusia perseorangan dewasa menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak dll. Sebagai subyek
hukum yang biasa perusahaan harus mentaati peraturan hukum dan harus memenuhi hukumannya bila terjadi pelanggaran. Ini merupakan tanggung jawab legal
perusahaan. Lalu bagaimana dengan tanggung jawab moralnya ?
Supaya perusahaan memiliki tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lain perlu merupakan pelaku moral. Pelaku moral
bisa melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Untuk itu maka salah satu syarat penting adalah memiliki kebebasan atau kesanggupan mengambil
keputusan bebas. Benda-benda mati bukan merupakan pelaku moral. Batu gunung yang longsor kemudian mengenai orang yang sedang lewat dan orang tersebut terluka
tidak bisa dipersalahkan, karena batu bukan merupakan pelaku moral. Manusia perorangan adalah pelaku moral, tapi bagaimana dengan perusahaan, apakah
perusahaan dapat melakukan perbuatan baik atau buruk dalam arti moral. Kalau pelaku moral selalu memiliki hati nurani apakah perusahaan juga demikian.
Disini tidak diragukan lagi bahwa pelaku-pelaku pembentuk perusahaan adalah pelaku-pelaku moral. Mereka masing-masing memiliki status moral. Tanggung jawab
moral perusahaan adalal tanggung jawab sosial yang dapat diarahakan ke banyak hal kepada dirinya sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, kepada stake
holder dsb.
Berbicara masalah tanggung jawab sosial, sorotanya adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dimana perusahaan menjalankan kegiatannya, baik dalam
arti sempit ataupun dalam arti luas. Masalah tanggung jawab sosial perusahaan akan menjadi jelas jika dibedakan dari tanggung jawab lain. Bisnis senantiasa memiliki dua
tanggung jawab, yaitu tanggung jawab ekonomis dan tanggung jawab sosisal. Tanggung jawab ekonomis terutama adalah untuk perusahaan swasta, sementara
untuk perusahaan negara atau BUMN kedua tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan. Perusahaan perkereta apian di Indonesia misalnya bertahun-tahun
mengalami kerugian tetapi tetap dipertahankan, karena transportasi KA dianggap sebuah sarana transportasi masal untuk kepentingan umum, sehingga walaupun
merugi akan ditutup dengan uang negara.
Tanggung jawab ekonomis adalah tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan usahanya untuk dapat mendapatkan keuntungan ekonomis sehingga
perusahaan itu akan tetap eksis untuk jangka waktu yang tidak terbatas, sedangkan tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab yang ditujukan kepada masyarakat
banyak, tanpa mengharapkan adanya imbalan yang berupa keuntungan, misalnya menyantuni anak yatim, membantu masyrakat yang kena bencana, memberi bea siswa
kepada anak yang orang tuanya secara ekonomi tidak mampu, memperbaiki linkungan hidup dll. Tanggung jawab sosial ini semakin disadari oleh perusahaan, karena cara ini
311 sebenarnya merupakan strategi jangka panjang dalam mempertahankan keuntungan
dari penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kendati tidak ada jaminan mutlak, pada umumnya perusahaan yang berbuat
etis adalah perusahaan yang mencapai sukses juga. Good ethic, good business. Keyakinan ini sekarang terbentuk cukup umum, namun demikian hal itu tidak lantas
berarti bahwa harapan akan sukses boleh menjadi satu-satunya motivasi atau malah motivasi utama untuk berperilaku etis. Yang baik harus dilakukan karena hal itu baik,
bukan karena membuka jalan menuju sukses, walaupun motivasi ini tidak senantiasa perlu dihayati secara eksplisit. Aristoteles menganjurkan bertingkah lakulah menurut
“keutamaan”.
Di negara kita masih sangat langka sedikit sekali perusahaan yang berpandangan dengan keyakinan bahwa, moralitas yang baik merupakan kunci untuk
berhasil di bidang bisnis. Dalam banyak diskusi tentang etika bisnis tidak jarang kita mendengar kata-kata: “kalau kita berpegang pada etika kita pasti kalah
dalam berbisnis”. Ini menandakan kesadaran etika masyarakat kita dalam berbisnis masih sangat-sangat rendah. Mereka kurang berkecukupan untuk penalaran akan hal
itu. Kita bisa baca dan saksikan skandal-skandal bisnis yang kotor yang bahkan melibatkan para penguasa untuk memenangkan perebutan keuntungan tanpa
mempedulikan keadilan masyarakat. Upaya-upaya penanganan bisnis kotor itu ada, tetapi tidak pernah terdengar penyelesaian yang memuaskan bagi semua pihak karena
beking para penguasa.
Mereka yang berpendapat: dengan berpegang pada etika kita pasti kalah dalam berbisnis, ini barangkali terlalu menekankan bisnis jangka pendek dan tidak
mempedulikan keberlanjutan kehidupan di muka bumi ini. Orang yang belum dapat diyakinkan tentang pentingnya etika dalam berbisnis perlu mempertimbangkan
persepsi dunia luar tentang kinerja bisnis negara kita. Dalam forum internasional, Indonesia mendapat predikat negara yang paling korup. Dalam indek persepsi korupsi
Corruption Perceptions Index yang dipublikasikan oleh Lembaga Transparency International, Tahun 1999 Indonesia menempati urutan ke-97 dari 99 negara dengan
skor 1,7 pada skala 10. Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat kita untuk berlaku etis dalam berbisnis masih sangat-sangat rendah.
Latihan.
1. Di era eforia pemberantasan korupsi dan pemberantasan narkoba di Indonesia Presiden justru memberi grasi kepada terpidana korupsi dan bandar narkoba.
Menurut pendapat anda tindakan itu etis atau tidak etis, coba anda jelaskan kaitannya dengan moral etis pada umunya, bagaimana kiranya jalan untuk
keluar dari moral yang tidak etis ke moral yang etis.
2. Mengapa berbisnis harus berlaku etis ?
312
DAFTAR PUSTAKA Basir Barthos, 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara
Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius Hanafi, Mamduh M. 2006, Manajemen Risiko, Yogyakarta: UPP YKPN
Herman Darmawai, 2004, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara Heidjachman, Suad Husnan, 1990, Manajemen Personalia, Yogyakarta: BPFE UGM
Jackson, 2010, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat Kasidi, 2010, Manajemen Risiko, Bogor: Ghalia Indonesia
Raymond A, dkk. 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat Simamora, Henry, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE
YKPN
Surya Dharma, 2010, Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Velasques, 2005, Etika Bisnis, Yogyakarta: Andi
Wamburg, 2004, The Practice of Risk Management, : Euromoney Book
313
PEMBELAJARAN INOVATIF
Tujuan Pembelajaran Kompetensi yang akan dicapai Setelah mempelajari uraian materi dalam modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Mendeskripsikan perkembangan berpikir peserta didik 2. Mendeskripsikan perkembangan moral peserta didik
3. Mendeskripsikan perkembangan sosial peserta didik 4. Mendeskripsikan perkembangan kepribadian peserta didik
5. Mendeskripsikan teori-teori belajar yang mendukung PAIKEM. 6. Menentukan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik.
7. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik 8. Mengidentifikasikan gaya belajar peserta didik sebagai masukan pendekatan
PAIKEM. 9. Mendeskripsikan hakikat PAIKEM
10. Mendeskripsikan model dan metode pembelajaran yang berorientasi PAIKEM 11. Mengembangkan skenario atau langkah-langkah inti pembelajaran dengan
menggunakan model, strategi, dan metode pembelajaran yang berorientasi PAIKEM dengan tepat.
B. PAPARAN MATERI 1. Perkembangan Berpikir Peserta Didik