436 9. Terjemahan
Karya terjemahan harus diutamatakan untuk menunjang pembelajaran di sekolah penulis. Sedangkan sistematikanya sangat dipengaruhi oleh buku yang
diterjemahankan. Dalam menterjemahan buku harus dilakukan terhadap seluruh isi buku bukan hanya satu atau beberapa bab buku yang
diterjemahkan.
10. Buku Pedoman Guru Buku pedoman guru yang berisi rancangan kerja guru selama setahun
utamanya yang berkait dengan pengembangan keprofesian guru. Sedangkan sistematika penulisan setidaknya terdiri dari: Bagian awal yang memuat
halaman judul, halaman pengesahan, kata pengenatar, dan daftar isi, bagian isi mengemukakan Pendahuluan yang menjelaskan tentang tujuan pembuatan
Rencana kerja tahuan Guru, dan rincian rencana kerja secara lengkap dalam satuan bulanan selama satu tahun. Rencana kerja tersebut tampak upaya
meningkatkan kompetensi guru baik paedagogik, kepribadian, social maupun professional. Bagain penunjang berisi lampiran-lampiran yang menunjang
rencana kerja tersebut, dan daftar pustaka.
D. Bahasa Karya Ilmiah
Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia baku yang baik dan benar. Kecuali dalam menulis karya ilmiah popular
yang bahasanya lebih sederhana mudah dibaca, dipahami isi materi yang ditulis oleh semua pembaca tanpa didasarkan pada tingkat pendidikan.
Oleh karena itu dalam menulis karya ilmiah penulis perlu memperhatikan tata bahasa, system penulisan, dan pola kutipan serta penulisan daftar pustaka atau
rujuan yang digunakan.
E. Rangkuman
Karya ilmiah merupakan tulisan yang mengikuti aturan ilmiah baik isi, bahasa, maupun sistematika penulisan. Macam karya ilmiah yang dapat digunakan untuk
pengembangan profesi guru berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi cukup
banyak, namun
dalam pengusulan
kenaikan pangkat
melalui pengembangan profesian berkelanjutan jenis karya ilmiahnya terdapat aturan yang
menetapkan. Tidak semua kenaikan pangkat pada jenjang tertentu dengan semaunya dapat memilih satu atau dua macam publikasikarya ilmiah tersebut.
Oleh karena itu dalam belajar menulis karya ilmiah untuk pengembangan profesi harus memahami ketentuan yang telah ditetapkan serta sistematika setiap macam
jenis karja ilmiah seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu.
F. Evaluasi dan Kunci Jawaban
437
B B
A A
B B
I I
I I
I I
P P
E E
N N
E E
L L
I I
T T
I I
A A
N N
T T
I I
N N
D D
A A
K K
A A
N N
K K
E E
L L
A A
S S
P P
T T
K K
Tujuan Pembelajaran: Sesudah membaca modul ini diharapakan:
a. Peserta PLPG memahami filosofi penelitian tindakan kelas dan etika sebagai
peneliti. b. Peserta PLPG dapat menjelaskan pengertian dan karakteristik dan prinsip
penelitian tindakan kelas c. Peserta PLPG dapat menjelaskan perbedaan penelitian tindakan kelas dengan
jenis penelitian lain. d. Peserta PLPG dapat menyusun proposal penelitian tindakan kelas secara lengkap
dan benar e. Peserta PLPG dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas tepat
A A
. .
P P
E E
N N
G G
E E
R R
T T
I I
A A
N N
P P
E E
N N
L L
I I
T T
I I
A A
N N
T T
I I
N N
D D
A A
K K
A A
N N
K K
E E
L L
A A
S S
P P
T T
K K
1 1
. .
P P
E E
N N
G G
E E
R R
T T
I I
A A
N N
P P
E E
N N
E E
L L
I I
T T
I I
A A
N N
T T
I I
N N
D D
A A
K K
A A
N N
Saat ini penelitian tindakan utamanya penelitian tindakan sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada.
Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini manaruh perhatian yang cukup besar terhadap Penelitian Tindakan Penelitian Tindakan Kelas PTK mengapa demikian ?
Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani
permasalahan di sekolah dan atau proses belajar mengajar di kelas dengan melihat pada siswa. Bahkan McNiff 1992 : memandang Penelitian Tindakan sebagai bentuk
penelitian yang reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan
sebagainya.
Dalam Penelitian Tindakan kelas pendidik dapat melihat sendiri terhadap praktek pembelajaran atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan penelitian
terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK pendidik secara refektif dapat menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah
dilakukan di kepada individusekolompok siswa. Pendek kata, dengan melakukan penelitian tindakan, akan dapat memperbaiki prose pembelajaran di kelas guru
mengajar, sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran, dan akan lebih efektif.
Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah praktek-praktek penyimpangan diri siswa pada kelas tertentu, dapat
mempengaruhi pembelajaran yang selama ini dilakukan, sehingga memiliki efektivitas yang rendah. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa praktek-
praktek penanganan terhadap siswa yang menyimpang, membebani pembelajaran tertentu akibat tugas yang berlebihan seperti : pemberian pekerjaan rumah kepada
siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas tidak efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang
siswa untuk berfikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif tindakan tersebut akan dapat mempengaruhi sebagian siswa dalam memahami materi
pelajaran.
Dalam hal ini pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan penelitian tindakan, karena dalam tugas keseharian terfokus pada kelas dimana guru mengajar,
maka dalam pelaksanaannya guru akan dapat mengetahui pada kelas mana, dan pada kompetensimateri apa kelas-kelas tertentu mengalami banyak masalah. Jadi
permasalahannya diangkat dari kelas yang dirasakan paling merisaukan waktu guru mengajar.
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang
438 memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja,
proses, isi, kompetensi, kondisi, serta penyimpangan yang dialami oleh sekelompok siswa pada suatu kelas tertentu. Untuk itu yang utama adalah bagaimana pendidik
memiliki kreativitas dalam mencari modelmetode atau strategi untuk memperbaiki mutu pembelajarannya.
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang Penelitian Tindakan Kelas PTK. 1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan
perubahan mutu dalam pembelajaran. 2. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk
meningkatkan praktiknya sendiri. 3. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of
planning, acting, observing, reflecting.. the re-planning. 4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk
mengkaji praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. 5. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan berkolaborasi
dalam seluruh tahapan PTK. 6. PTK adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses tersebut menggunakan
kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 7. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek dalam mengatasi
masalah siswa di sekolahnya.. 8. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara
sismatik bukti yang menantangnya 9. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan
kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. Mc Taggart, 1997
B B
. .
K K
A A
R R
A A
K K
T T
E E
R R
I I
S S
T T
I I
K K
P P
E E
N N
E E
L L
I I
T T
I I
A A
N N
T T
I I
N N
D D
A A
K K
A A
N N
K K
E E
L L
A A
S S
. .
Apa yang menjadi karakteristik penting bagi penelitian tindakan kelas? Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu masalah. Dilihat dari segi
masalah yang harus dipecahkan, penelitian tindakan memiliki karakteristik penting yaitu bahwa problema yang diangkat dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi oleh guru
di kelas. Pendidikan tindakan kelas akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk
pembelajaran yang dihadapi siswa di kelasnya. Kemudian dari persoalan itu pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di sekolah tidak bermasalah, kegiatan penelitian tidak diperlukan. Hal ini dapat dimungkinkan guru
telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses menangani permasalahan di kelas, baik masalah belajar mengajar, maupun masalah beberapa
siswa yang dapat mengganggu kegiatan belajar, namun mungkin guru kurang memperhatikan. Oleh sebab itu seharusnya selalu berdiskusi dengan sesame profesi
untuk minta bantuan apakah kegiatan yang selama ini dilakukan dalam proses menangani masalah di kelas belum tepat.
Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain, dan kepala sekolah dapat bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan
demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan secara kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya banyak
masalah yang diperbuat selama melaksanakan tugasnya sebagai guru kelas. Jika seorang guru bersedia melakukan Penelitian tindakan secara kolaboratif dengan guru
lain, banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh guru dimasa depan. Penelitian tindakan secara kolaboratif akan
mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya publikasi ilmiah
439 sambil belajar dari para pakar yang lebih berbobot. Di samping itu juga akan
menumbuh-kembangkan budaya akademik di kalangan guru. Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu sendiri.
Penelitian tindakan memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan aksi tertentu untuk memperbaiki permasalahan siswa utamanya dalam proses belajar
mengajar dan pembentukan kemandiriannya. Tindakan yang dilakukan harus berbeda dari yang lama. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan di
dalam sekolah, yang kemudian sering disebut dengan “Penelitian deskriptif”..
Sebaliknya jika dengan penelitian ini gurukonselor mencoba berbagai tindakan mencegah terjadinya pembolosan, ketidak disiplinan, rendahnya minat, aktifitas
belajar, sehingga proses belajar mengajar berjalan tidak dapat berjalan dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan. Tindakan
untuk mencegah tingginya pembolosan, ketidak disiplinan siswa mengikuti pelajaran, mungkin dapat berbentuk model tertentu yang diciptakan guru.
Dengan penelitian tindakan kasus menunjukkan adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secara positif. Dengan diadakan tindakan tertentu harus
membawa perubahan ke arah perbaikan. Bila dengan tindakan justru membawa kelemahan penurunan atau perubahan negatif berarti ada kesalahan mendasar yang
dilakukan peneliti dalam memilih modelteknik atau strategi. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatifkuantitatif. Penelitian penelitian tindakan tidak untuk
digeneralisasian sebab hanya dilakukan di kelompok siswa tertentu dan waktu tertentu.
Di samping karakteristik tersebut ada prinsip penelitian tindakan yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu :1 inkuiri reflektif,
2 kolaboratif, dan 3 reflektif. 1 Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan berangkat dari permasalahan pembelajaran riil
yang sehari-hari dihadapi oleh siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas practice driven dan pengambilan tindakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi action driven. Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan
tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalsiasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat
diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praktis secara langsung, disini dan sekarang Raka Joni, 1998.
Penelitian tindakan menggunakan metodologi yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian. Namun demikian, penelitian
tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas diciplined inquiri dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektif sehingga memungkinkan
terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat peer review. Proses dan temuan penelitian tindakan didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan
dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam McNiff.1992:9. Penelitian tindakan dapat disimpulkan sebagai suatu inkuiri
reflektif sel-reflective-inquiry.
2 Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.lain. Penelitian
tindakan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-basi, tetapi harus
tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi,
dan refleksi, sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.
3 Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering
mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan akan lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara
440 terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan,
peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan
pada siklus kegiatan lainnya.
Hopkins 1993: 57-61 menyebutkan ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan. Hal ini juga tidak berbeda untuk melaksanakan penelitian tindakan konseling,
harus mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1 Prinsip pertama bahwa tugas pendidik yang utama adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkembang dengan baik dan berkualitas. 2 Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang
tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan- tahapan penelitian tindakan selaras dengan proses perkembangan dan
pelaksanaan pembelajaran, yaitu : persiapan planning, pelaksanaan tindakan action, observasi terhadap proses tindakan observation, evaluasi proses dan
hasil yang dicapai dan refleksi dari proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan reflection. Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil tindakan
direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.
3 Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan
kaidah ilmiah. 4 Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah
penyimpangan dari siswa yang riil merisaukan tanggungjawab profesional pendidik dan komitmen terhadap diagnosis msaalah bersandar pada kejadian nyata yang
berlangsung dalam konteks peningkatan hasil pembelajaran yang sesungguhnya. 5 Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran sangat diperlukan. 6 Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak
seharusnya dibatasi pada masalah di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran diluar kelas, misalnya : tataran pelanggaran siswa sistem atau tata tertib, peraturan
lembaga. 7 Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan siklus
berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK