Laporan Tahunan 2016
204
Semakin Berkembang Bersama Peluang Baru yang Membentang
Annual Report 2016
205
Growing Together with New Expanding Opportunities
PrOSPEK USaHa 2017
PErKIraaN KONDISI MaKrO 2017
Kondisi ekonomi yang terjadi di belahan dunia lain ikut memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia. Faktor
global yang berpengaruh antara lain rencana normalisasi the fed, penurunan harga minyak dunia yang menyebabkan turunnya
harga komoditas, serta perlambatan ekonomi Tiongkokyang membawa pengaruh buruk bagi kinerja sektor riil maupun
finansial Indonesia.
Untuk merespon kondisi ekonomi global dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional, pemerintah telah mengeluarkan
sejumlah kebijakan antara lain: 1. Kebijakan moneter dan kurs tukar valuta yang dilakukan
secara hati hati berkontribusi terhadap penurunan inflasi dan menstabilkan Rupiah
2. Harga energi yang rendah sebagai dampak turunnya harga komoditas hasil bumi terutama minyak bumi
3. Paket-paket kebijakan ekonomi sebagai stimulus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 12 Paket kebijakan
ekonomi sampai dengan akhir Juli 2016, paket kebijakan tersebut antara lain berisi deregulasi peraturan investasi dan
debirokratisasi, pemberian insentif perpajakan, stabilisasi nilai tukar rupiah, peningkatan daya beli masyarakat,
penyederhanaan izin pertanahan.
Dengan kebijakan moneter yang kuat dan dukungan kebijakan fiskal oleh pemerintah telah mendorong peningkatan sentimen
dunia usaha. Hal ini dapat dilihat dari hasil surveI kegiatan dunia usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan
II tahun 2016 tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya yang tercermin dalam Saldo Bersih Tertimbang SBT mencapai
sebesar 18,40 grafik 1 dibandingkan Triwulan I tahun 2016 yang hanya mencapai SBT sebesar 3,41 grafik 1. Adapun
hampir semua kegiatan usaha terindikasi mengalami kenaikan, namun yang tertinggi adalah pada sektor perdagangan, hotel
restoran yang mencapai SBT 3,69 grafik 2 yang. Peningkatan tertinggi selanjutnya adalah sektor industri pengolahan yang
mencapai SBT 3,41 grafik 2. Sebagian besar peningkatan tersebut didorong oleh naiknya permintaan domestik yang
sejalan dengan faktor musiman Hari Raya Besar.
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
5.0 4.0
3.0 2.0
1.0 0.0
-1.0 -2.0
-3.0
3.75
11.90 18.40
17.70
3.80 -0.34
25.0 20.0
15.0 10.0
5.0 0.0
SbT QTQ
perkiraan 2013
2014 2015
2016
Pertumbuhan PDb sb. kiri Pertumbuhan PDb sb. kiri
I II
III IV
I II
III IV
I II
III IV
I II
III
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Usaha
Saldo Bersi Tertimbang – SBT Grafik 2. Perkembangan Realisasi Perkiraan Kegiatan Usaha
SEKTOR 2012
2013 2014
2015 2016
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
pertanian, perkebunan, peternakan, Kehutanan
perikanan 2.69
3.16 2.44
0.76 1.28
1.56 1.04
1.31 2.14
2.10 0.81
1.63 1.94
1.12 -0.17
-0.70 1.03
2.38 1.48
pertambangan dan penggalian
-2.15 -2.85
1.87 -1.44
-0.28 0.00
0.78 -2.70
-3.38 1.03
-3.30 -1.76
-1.12 -1.03
-0.34 -1.18
-1.30 1.69
1.42 Industri pengolahan
1.33 4.57
-0.06 3.18
-0.09 5.00
1.16 3.81
-2.65 3.39
1.36 1.76
-0.72 1.91
-0.84 -0.34
-0.77 3.41
3.53 Listrik, Gas dan air
Bersih 0.06
0.25 0.26
0.20 0.16
0.19 0.26
0.27 0.19
0.28 0.26
0.25 0.20
0.26 0.19
0.19 0.17
0.24 0.28
Konstruksi -0.57
0.55 1.29
0.92 -0.08
0.87 0.64
0.36 -0.67
0.42 1.03
0.57 -0.16
0.37 0.22
0.22 0.59
0.20 0.76
perdagangan, hotel dan restoran
0.93 3.11
3.70 1.96
0.23 3.13
2.83 3.29
-0.19 4.04
4.02 2.44
-0.35 0.47
-0.54 0.10
-0.48 3.69
3.19 pengangkutan dan
komunikasi -015
0.94 1.26
1.30 -0.09
0.76 0.86
1.00 -0.11
1.19 1.46
0.78 0.34
3.16 2.04
1.52 2.10
1.87 1.98
Keuangan, realestate dan Jasa perusahaan
1.76 3.85
3.57 3.27
2.16 4.39
3.46 3.84
2.47 3.65
3.29 3.39
2.53 2.92
1.93 2.10
1.77 2.58
3.00 Jasa-Jasa
2.15 2.49
2.20 1.74
1.81 2.72
2.33 1.43
4.32 4.96
2.33 2.07
2.18 2.72
2.57 1.10
2.69 2.34
2.07
TOTAL
6.06 16.07
16.53 11.89
5.10 18.62
13.35 12.61
2.11 21.05
11.25 11.13
4.83 11.90
5.06 3.02
5.80 18.40
17.70
Dengan demikian kondisi ekonomi Indonesia pada semester I tahun 2016 relatif membaik dengan ditandainya PDB mencapai
5,18 YoY dan terjaganya inflasi di angka 3,45 YoY maka ketahanan sektor perbankan juga berada pada posisi aman
dengan realisasi CAR pada bulan Juni 2016 tercatat sebesar 22,6 serta rasio NPL berada di kisaran 3,1 gross. Meskipun
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
BUSINESS PrOSPECt 2017
tHE EStIMatION Of MaCrO CONDItION 2017
Economic conditions that occurred in other parts of the world have an impact on the Indonesian economy. Global factors
affecting among others are the normalization plan of the Fed, the decline in world oil prices leading to the decline in
commodity prices, as well as China’s economic slowdown giving bad influence on the Indonesia’s performance of both real and
financial sectors.
To respond to the global economy condition and strengthen the resilience of the national economy, the government has
issued a number of policies, among others: 1. Monetary policy and the exchange rate performed in a
careful manner contributed to the decline in inflation and stabilize rupiah
2. Low energy prices as a result of falling of commodity prices, especially crude oil
3. The package of economic policy as a stimulus to improve economic growth 12 packages of economic policy until the
end of July 2016,such packages of policies including the deregulation of investment rules and debureaucratization,
the provision of tax incentives, the stabilization of the rupiah exchange rate, the increase in purchasing power,
simplification of land clearance.
The support of government in the form of a strong monetary policy and fiscal has encouraged an increase in business
sentiment. It can be seen from the Business Survey conducted by Bank Indonesia in the second quarter 2016 grew higher than
the previous period are reflected in the Weighted Net Balance WNB reached 18.40 fig 1 compared to the first Quarter
of 2016 which only reached SBT of 3.41 fig. 1. Almost all business activities indicated an increase, but the highest is in
trade, hotels and restaurants sectors reaching SBT 3.69 fig. 2. The next highest increase is in the manufacturing sector
reaching WNB 3.41 fig. 2. Most of the increase was driven by rising domestic demand in line with seasonal factors Muslim
Public Holidays.
Therefore the economic condition of Indonesia in the first half of 2016 marked a relative improvement in GDP reached 5.18
YoY and subdued inflation figure of 3.45 YoY, the resilience of the banking sector are in a secure position with the realization of
the CAR in June 2016 was recorded at 22.6 and the NPL ratio
Laporan Tahunan 2016
206
Semakin Berkembang Bersama Peluang Baru yang Membentang
Annual Report 2016
207
Growing Together with New Expanding Opportunities
indikator perbankan menunjukan ketahanan yang relatif aman tetapi tidak demikian dengan pertumbuhan kredit yang tumbuh
hanya 8,9 YoY. Ini menunjukkan perbankan masih berhati- hati dalam menyalurkan kredit baru, sedangkan pertumbuhan
DPK pada bulan Juni 2016 tumbuh 5,9 YoY yang merupakan indikasi likuiditas perbankan nasional secara umum berada
dalam posisi aman ditambah dengan realisasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak Tax Amnesty
oleh Pemerintah Indonesia yang diproyeksikan mencapai Rp1.000 triliun sehingga dapat meningkatkan kemampuan
fiskal dan potensi penambahan likuiditas.
Berbeda dengan kondisi NIM, secara umum NIM perbankan bank umum nasional di bulan Juni 2016 tumbuh sebesar
0,27 YoY, yaitu dari sebelumnya 5,32 menjadi 5,59. Hal ini menandakan suku bunga kredit perbankan Indonesia masih
tetap tinggi dan belum sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengharapkan suku bunga kredit berada di single digit.
Apabila dicermati dengan seksama salah satu komponen NIM adalah biaya operasional overhead dan biaya tidak langsung
yang tercermin dari BOPO Juni 2016 mencapai 82,23 atau masih berada di atas 80. Ini mengindikasikan belum efisiennya
bank-bank umum di Indonesia karena tantangan geografis yang dimiliki Indonesia serta sistem keuangan Indonesia
masih belum terlalu inklusif. Jika bank ingin memenuhi target profitabilitasnya, biaya operasional yang tinggi akan menuntut
sumber pendapatan yang lebih tinggi baik melalui fee based maupun pendapatan bunga NIM.
Selama semester I tahun 2016 Otoritas Jasa Keuangan OJK lebih banyak mengeluarkan regulasi terkait aktivitas pasar
modal di Indonesia. Tercatat sebanyak 5 POJK, 2 SE OJK dan 1 SE Dewan Komisioner telah diterbitkan oleh OJK dengan tujuan
mendorong transaksi di pasar modal berjalan dengan baik dan transparan sehingga memudahkan investor untuk melakukan
investasi. Berikut rincian regulasi yang dikeluarkan oleh OJK:
POJK 1. POJK No. 19POJK.042016 tentang Pedoman Bagi Manajer
Investasi dan Bank Kustodian yang melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Kontrak Investasi Kolektif
2. POJK No. 20POJK.042016 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin
Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek 3. POJK No.21POJK.042016 tentang Pendaftaran Penilai
Pemerintah Untuk Tujuan Revaluasi Aset Bagi Badan Usaha Milik Negara Atau Badan Usaha Milik Daerah Yang
Melakukan Penawaran Umum Di Pasar Modal
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
4. POJK No. 22POJK.042016 tentang Segmentasi Wakil Perantara Pedagang Efek
5. POJK No. 23POJK.042016 tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
SEOJK 1. SEOJK No. 16SEOJK.042016 tentang Pengakuan terhadap
Asosiasi Wakil Manajer Investasi 2. SEOJK No. 17SEOJK.042016 tentang Pengakuan Terhadap
Asosiasi Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek
SEDK SEDK No. 1 SEDK.042016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Protokol Manajemen Krisis Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 masih mengalami volatileseiring dengan perekonomian global diproyeksikan
melambat karena meningkatnya ketidakpastian pasca- referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa Brexit yang
berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang terutama negara
yang memiliki hubungan kuat dengan Inggris dan Uni Eropa. Tiongkok sebagai salah satu negara pengekspor terbesar ke
kawasan tersebut dapat mengalami kontraksi yang cukup tajam sehingga berdampak pada semakin lama pemulihan
pertumbuhan ekonominya. Dampak terhadap Indonesia adalah permintaan ekspor bahan baku ke Tiongkok akan menjadi lemah
sehingga defisit neraca perdagangan akan semakin jauh.
Namun demikian serangkaian kebijakan pemerintah yang pro-aktif dan kebijakan moneter dengan penuh kehati-hatian
diprediksi dapat membantu bertahannya ekonomi Indonesia. Sejumlah kebijakan pemerintah baik fiskal, regulasi baru ataupun
deregulasi di tahun 2016 diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 di 5,1, sehingga inflasi
diprediksi berada di 4±1.Hal tersebut dapat terwujud bilamana konsumsi rumah tangga menguat dan investasi tumbuh lebih
baik dibandingkan tahun 2016.
Berikut proyeksi indikator makro Indonesia di tahun 2017:
No Indikator Ekonomi
Realisasi juni 2016
1
Proyeksi Des 2016
2
Proyeksi Des 2017
3
1 pertumbuhan ekonomi
5,18 5,2
5,1 2
pertumbuhan Konsumsi rumah Tangga 5,04
5,1 5
3 pertumbuhan ekspor
-15,57 0,1
1,1 4
pertumbuhan Impor -20,35
0,4 2,2
5 Inflasi
3,45 4±1
4±1 6
BI rate 6,5
6,5 6,5
7 nilai Tukar IDr uS 1
13.180 13.500
13.300
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
is in the range of 3.1 gross. Although the banking indicators showed the resilience that is relatively safe but not so with the
credit growth which grew by only 8.9 YoY. This shows banks are still careful in extending new loans, while deposit growth in
the month of June 2016 grew 5.9 YoY, which is an indication of the national banking liquidity are in a safe position coupled
with the realization of the Law No. 11 Year 2016 concerning Tax Amnesty by the Government of Indonesia is projected to
reach Rp 1,000 trillion, so as to increase the fiscal capacity and the potential addition of liquidity.
Contrary to the NIM, in general NIM of national public bank in June 2016 grew by 0.27 YoY, from the previous 5.32 to
5.59. This marks the Indonesian bank lending rates remain high and not in line with government policies that expect mortgage
interest rates are in single digits. When examined closely one component NIM is operational overhead costs and indirect
costs are reflected from ROA reached 82.23 in June 2016 or still be above 80. This indicates inefficient commercial banks
in Indonesia due to geographic challenges that Indonesia and Indonesia’s financial system is still not too inclusive. If a bank
wants to meet its profitability targets, high operating costs will require a source of higher revenue through fee-based and
interest income NIM.
During the first half of 2016 the Financial Services Authority OJK has issued more regulations related to activities of capital
market in Indonesia. As many as 5 POJK, 2 and 1 SE of Board of Commissioners has been published by OJK in order to
encourage transactions in the capital markets running properly and transparently making it easier for investors to invest. The
following are details of regulations issued by OJK:
POJK 1. POJK No. 19POJK.042016 on the Guidelines for the
Investment Manager and Custodian Bank doing Real Estate Investment Fund Management Collective Investment
Contract 2. POJK No. 20POJK.042016 on Licensing of Securities
Companies that Conduct Business Activities As an Underwriter and Broker Dealer
3. POJK 21POJK.042016 on the Registration of Government Assessor For The Purpose of Assets Reevaluating for
State-Owned Enterprises or Regional-Owned Enterprises Conducting Public Offering in the Capital Market
4. POJK No. 22POJK.042016 on the Segmentation of Representative of Broker Dealer
5. POJK No. 23POJK.042016 on Mutual Fund In The Form of Collective Investment Contract
SEOJK 1. SEOJK No. 16SEOJK.042016 on the Recognition of the
Association of Investment Manager 2. SEOJK No. 17SEOJK.042016 on the Recognition
Association Against Deputy Underwriter and Broker-Dealer.
SEDK SEDK No. 1 SEDK.042016 on the Implementation Guidelines
of Crisis Management Protocol for Supervision of Capital Markets Sector.
Indonesia’s economic growth in 2017 is still experiencing volatile as the global economy is projected to slow down due to the
increasing uncertainty of post-referendum release of the UK from the European Union Brexit potentially slowing economic
growth in developed countries and several developing countries, especially countries that have strong links with the UK and EU.
China as one of the largest exporting country to the region might have contracted quite sharply so the impact is the recovery of
economic growth that is longer. The impact on Indonesia is the weakened demand of raw materials to China that makes the
trade deficit will fall further.
However, a series of government policies and pro-active monetary policy with great caution can help predict the
persistence of the Indonesian economy. A number of government fiscal policies, new regulations or deregulation
in 2016 is expected to sustain economic growth in 2017 at 5.1, so inflation is predicted to be 4 ± 1 .It can be realized
when household consumption is growing stronger and better investment compared to 2016.
Laporan Tahunan 2016
208
Semakin Berkembang Bersama Peluang Baru yang Membentang
Annual Report 2016
209
Growing Together with New Expanding Opportunities
Sumber: 1 Badan Pusat Statistik BPS, No.7408Th.XIX, 5 Agustus 2016 YoY
2 APBN –P 2016YoY 3 Nota Keuangan Beserta RAPBN Tahun 2017 YoY
taNtaNGaN DaN PrOSPEK USaHa taHUN 2017
Prospek perbankan tahun 2017 selain dipengaruhi dari gejolak ekonomi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti
Politik, Teknologi, Gaya Hidup dan Hukum. Meskipun kondisi perbankan diperkirakan akan membaik, namun bank masih
menghadapi tingginya LDR, realisasi sampai dengan Juni 2016 LDR perbankan mencapai 91,19. Tidak mudah bagi
perbankan untuk mencapai pertumbuhan kredit tanpa ditopang pertumbuhan dana yang baik, sehingga dapat diprediksikan
akan terjadi persaingan yang ketat dalam penghimpunan dana. Demikian juga dengan semakin meningkatnya transaksi
e-channel yang membutuhkan dukungan teknologi informasi yang handal.
Berikut sekilas prediksi tantangan tahun 2017 yang merupakan peluang sekaligus ancaman bagi dunia perbankan antara lain:
Kebijakan Ekonomi Pergantian Menteri Keuangan menjadi Sri Mulyani memberikan
pengaruh dalam postur penyusunan APBN-P tahun 2016 ke arah yang lebih realistis dalam hal penerimaan negara. Berikut
ringkasan APBN-P tahun 2016:
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
araH KEBIJaKaN fISKaL 2016
ARAH KEBIJAKAN fISKAl 2016
Penguatan pengelolaan fiscal dalam rangka memperkokoh fundamental pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkualitas.
Strategi yang ditempuh:
Penguatan pengelolaan fiscal dalam rangka memperkokoh fundamental pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkualitas.
Strategi yang ditempuh
» Memperkuat stimulus yang diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas produksi dan penguatan daya saing »
Meningkatkan ketahanan fiscal dan menjaga terlaksananya program-program prioritas ditengah tantangan perekonomian
global »
Mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang.
» Memperkuat stimulus yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan penguatan daya saing »
Meningkatkan ketahanan fiscal dan menjaga terlaksananya program- program prioritas ditengah tantangan perekonomian global
» Mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka
menengah dan panjang
aSUMSI MaKrO
ASUMSI MAKRO
5,2
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Nilai Tukar Rupiah IDRUSD
Nilai Tukar Rupiah IDRUSD
Inflasi
Inflasi
Harga Minyak USDBarel
Harga Minyak USD Barel
Surat Perbendaharaan
Negara
Surat Perbendaharaan Negara
lifting Minyak Mentah Ribu
Barelhari
lifting Minyak Mentah Ribu Barelhari
lifting Gas Ribu Barelhari
lifting Gas Ribu Barelhari
13.500 4,0
40 5,5
820 1.150
Rp Rp
POJK No. 6POJK.032016 Dalam rangka meningkatkan ketahanan, daya saing dan efisiensi
industri perbankan dengan menata ulang kegiatan penyertaan modal antara lain berupa persyaratan tingkat kesehatan
sebelum bank dapat melakukan penyertaan modal, penerapan manajemen risiko, jumlah maksimum penyertaan modal yang
dapat dilakukan.
Ketentuan yang dikeluarkan oleh OJK tersebut mempengaruhi bank bjb dalam hal akan melakukan penyertaan modal.
Dalam bagian ketiga Penyertaan modal pada Pasal 10 dapat diilustrasikan sebagai berikut:
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
BUSINESS CHaLLENGES aND PrOSPECtS IN 2017
Prospects banking in 2017 in addition affected from economic turmoil also influenced by other factors such as Politics,
Technology, Lifestyle and Law. Although the banking situation is expected to improve, but the bank still faces high LDR,
realization up to June 2016 reached 91.19 LDR. Not easy for banks to achieve credit growth without sustained growth in
funds was good, so it can be expected intense competition in fundraising. Likewise, increasing e-channel transactions that
require reliable information technology support.
Here is a brief prediction of challenges in 2017 which is an opportunity and a threat to the banking sector, among others:
Economy policy Substitution Finance Minister Sri Mulyani into effect in the
posture of the preparation of the 2016 state budget to a more realistic in terms of state revenue. Here’s a summary of APBN-P
2016:
POJK No. 6POJK.032016 In order to improve the reliability, competitiveness and efficiency
of the banking industry by rearranging equity activities which include the requirements of soundness before the bank can
undertake capital investment, risk management practices, the maximum amount of equity that can be done.
Provisions issued by the FSA affect bjb bank in terms of capital investment will perform. In the third part equity participation
in Article 10 can be illustrated as follows:
Laporan Tahunan 2016
210
Semakin Berkembang Bersama Peluang Baru yang Membentang
Annual Report 2016
211
Growing Together with New Expanding Opportunities
Bank Umum Konvensional yang melakukan penyertaan modal ke BUS sebesar 5 atau lebih, batasan penyertaan modal
menjadi sbb:
buku penyertaan modal
Buku 2 paling tinggi 20 dari modal BuK
Buku 3 paling tinggi 30 dari modal BuK
Dengan memperhatikan penyertaan modal bank bjb sampai dengan akhir Juni 2016 sebesar Rp1,04 triliun dan total
modal bank bjb per Juni 2016 adalah sebesar Rp7,87 triliun maka pencapaian penyertaan modal sesuai regulator hanya
sebesar 13,26. Dengan demikian bank bjb masih memiliki peluang untuk melakukan penambahan penyertaan modal
sebesar Rp1,32 triliun. Tujuan penyertaan modal ini tidak lain adalah meningkatkan kinerja keuangan secara anorganik yang
pengelolaan dan pengawasannya dilakukan secara tepat.
POJK No. 42POJK.032015 Untuk mengantisipasi krisis likuiditas, di tahun 2015 OJK
menerbitkan POJK No.42POJK.032015 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas Liquidity Coverage
Ratio Bagi Bank Umum.Tujuannya adalah untuk mengetahui ketahanan bank tersebut pada kondisi stress.
Secara garis besar aturan tersebut mengatur kelompok bank BUKU III untuk wajib memenuhi LCR sebesar 100 secara
berkelanjutan. LCR merupakan perbandingan antara high quality liquidity asset HQLA dengan total arus kas keluar bersih selama
30 hari ke depan dalam skenario krisis. Untuk BUKU III rasio LCR minimal 70 mulai Juni 2016 dan meningkat menjadi 100
per Desember 2018.
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
Adapun ilustrasinya dapat dilihat sebagai berikut:
PEratUraN OtOrItaS JaSa KEUaNGaN Nomor 42POJK.032015
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN Nomor 42POJK.032015
LCr
HQLa NEt CaSH fLOW
Tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan likuiditas Bagi Bank Umum
Tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan likuiditas Bagi Bank Umum
Bank diwajibkan memenuhi minimal LCr sebesar 100 secara berkelanjutan 2016-2018
Bank diwajibkan memenuhi minimal lCR sebesar 100 secara berkelanjutan 2016-2018
Hanya diwajibkan bagi bank dalam kelompok BUKU III modal inti Rp 5-30 triliun dan
IV modal inti Rp30 triliun. Kantor cabang bank asing dan bank asing selain
Kantor cabang dari bank yang berkedudukan Diluar negeri dengan minimal lCR sebesar 70
Pada tahun 2016 Hanya diwajibkan bagi bank dalam kelompok
BUKU III modal inti Rp 5-30 triliun dan IV modal inti Rp30 triliun.
Kantor cabang bank asing dan bank asing selain Kantor cabang dari bank yang berkedudukan
Diluar negeri dengan minimal lCR sebesar 70 Pada tahun 2016
teknologi Perkembangan teknologi informasi di industri perbankan telah
mengubah peta persaingan dan strategi bisnis bank dengan menempatkan teknologi sebagai unsur dalam proses inovasi
produk dan jasa. Arah pengembangan digital banking telah menyasar ke cashless sehingga uang fisik fungsinya telah
berganti ke e-money yang lebih inovatif dan simple.
Untuk mendukung perkembangan bank bjb ke arah digital banking perlu standarisasi sistem yang meliputi kesiapan
teknologi, perangkat keamanan transaksi dan data serta manajemen risiko termitigasi dengan baik.
Kemajuan teknologi di bidang finansial telah memunculkan industriFinancial technology Fintech yang lebih efisien sehingga
keberadaannya dapat mengancam jasa perbankan. Layanan Fintech memiliki fokus yang berbeda-beda antara lain bisnis
mikro, penjualan pulsa, pembayaran tagihandan bahkan layanan wealth management seperti transaksi saham dan pengiriman
uang ke luar negeri.
Menggeliatnya bisnis fintech tidak terlepas lambannya belanja TI perbankan Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dengan masih
terlihat antrian nasabah di beberapa kantor bank-bank di Indonesia.
TINJAUAN OPERASIONAL
oPeRaTional RevieW
Having regard to equity participation bjb bank until the end of June 2016 amounted to Rp1.04 trillion and total bank capital
bjb per June 2016 amounted Rp7,87 trillion, the achievement of equity in accordance regulator only amounted to 13.26. Thus
bjb bank still has the opportunity to make additional investment amounting to Rp1.32 trillion. The purpose of this capital is
nothing but improve the financial performance management and supervision inorganic done correctly.
POJK No. 42POJK.032015 To anticipate a liquidity crisis, in 2015 the FSA published POJK
42 POJK.03 2015 on the Obligations Fulfillment of Liquidity Adequacy Ratio Liquidity Coverage Ratio For Bank Umum.
Tujuannya is to find the resistance of the bank under conditions of stress.
Broadly speaking, these rules regulate bank group’s BOOK III shall meet the LCR by 100 on an ongoing basis. LCR is the ratio
between high quality liquidity assets HQLA with a total net cash outflow over the next 30 days in a crisis scenario. BOOK
III’s LCR ratio of at least 70 from June 2016 and increase to 100 by December 2018.
The illustrations can be seen as follows:
technology Development of information technology in the banking industry
has changed the competitive landscape and business strategies of banks to put the technology as an element in the process of
product and service innovation. The development direction of digital banking has been targeting the cashless that physical
money function has been changed to e-money are more innovative and simple.
To support the bank’s development towards digital banking bjb need standardization system that includes technology
readiness, security devices and data transactions and mitigated with good risk management.
Advances in technology in the financial sector has led industriFinancial technology Fintech more efficient that its
presence may threaten banking services. Service Fintech has a different focus, among others, micro businesses, credit sales,
payment tagihandan even wealth management services such as stock transactions and remittances abroad.
Business menggeliatnya fintech inseparable Indonesian banking sluggish IT spending, this can be proved by the still visible queue
of customers at several offices of banks in Indonesia.
Laporan Tahunan 2016
212
Semakin Berkembang Bersama Peluang Baru yang Membentang
Annual Report 2016
213
Growing Together with New Expanding Opportunities
Untuk mengantisipasi fintech terdapat tiga hal yang dapat dilakukan oleh bank antara lain:
1. Menciptakan produk digital baru yang membutuhkan investasi TI yang tidak murah
2. Melakukan koloborasi dengan pelaku fintech 3. Melakukan akuisisi terhadap produk fintech
Dengan mempertimbangkan kondisi mikro maupun makro serta dengan melihat peluang yang ada di industri perbankan tersebut
dan kekuatan yang dimiliki, bank bjb optimis bahwa prospek perusahaan di masa yang akan datang akan sangat baik. Hal
ini didukung oleh masih adanya peluang besar bagi bank bjb yang diuraikan melalui analisis peluang Bank sebagai berikut.
1. Dana Tax Amnesty dan repatriasi tax amnesty untuk
menambah DPK bank bjb dan dapat dipergunakan sebagai ekspansi bisnis
2. Program bjb BiSA sebagai layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif LAKU PANDAI mampu
memperluas akses bank bjb menjadi lebih luas dengan memanfaatkan agen sebagai mitra bank bjb
3. Semakin meningkatnya literasi keuangan masyarakat melalui program yang dicanangkan oleh BI dan OJK dalam
rangka menerapkan kebijakan keuangan inklusif sebagai suatu bentuk pendalaman layanan keuangan financial
service deepening yang ditujukan kepada masyarakat in the bottom of the pyramid untuk memanfaatkan produk
dan jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan uang yang aman keeping, transfer, menabung maupun
pinjaman dan asuransi
4. Kegiatan ekonomi yang cukup tinggi Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta merupakan potensi pengembangan
perkreditan dan pendanaan 5. Adanya peluang untuk menggunakan dan meningkatkan
fungsi LPKBPR Pemda sebagai sarana dalam perpanjangan tangan bank bjb di daerah dari segi
perkreditan maupun pendanaan serta telah terbukanya peluang untuk melaksanakan linkage program
6. Dukungan dari pemerintah daerah secara konsisten dan
berkesinambungan dalam mengembangkan bank bjb sebagai penggerak dan pendorong laju perekonomian
di daerah 7. Pangsa pasar segmen kredit yang masih luas di wilayah
Jawa Barat dan Banten
8. Perluasan kerjasama antara bank bjb dengan beberapa