155
4. SIM-4: Penurunan tingkat kebocoran penggunaan utang luar negeri sebesar 10 persen. Hal ini dilakukan melalui pengurangan tingkat kebocoran di
masing-masing sektor. Skenario ini relevan dilakukan mengingat banyaknya opini dari para ahli dan masyarakat yang menyatakan terdapat kebocoran
penggunaan utang luar negeri yang diperkirakan mencapai 30 persen. 5. SIM-5: Peningkatan pendapatan pemerintah sebesar 10 persen. Hal ini
dilakukan melalui baik intensifikasi maupun ekstensifikasi perpajakan, mengingat tax ratio Indonesia saat ini masih cukup rendah.
6. SIM-6: Peningkatan belanja pemerintah sebesar 10 persen. Skenario ini dilakukan mengingat seringnya terjadi gejolak perekonomian dunia yang
sulit diprediksi yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. 7. SIM-7: Peningkatan target angka indikator pertumbuhan sektoral pada
semua sektor yang dibahas dalam penelitian ini secara sendiri-sendiri. Hal ini relevan dilakukan mengingat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
perlu ditetapkan target-target pembangunan sektoral yang akan dicapai. 8. SIM-8: Skenario kebijakan simultan melalui peningkatan seluruh indikator
pertumbuhan sektoral secara bersama-sama. Hal ini relevan dilakukan guna melihat dampaknya terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
9. SIM-10 = SIM-2 + SIM-3 + SIM-4: Skenario kebijakan simultan melalui penurunan jumlah utang luar negeri pemerintah, jumlah pengaruh lender
driven, dan kebocoran utang luar negeri pemerintah secara bersama-sama. 10. SIM-11 = SIM-5 + SIM-6 + SIM-7: Skenario kebijakan simultan melalui
kenaikan pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan, serta kenaikan pendapatan dan belanja pemerintah secara bersama-sama.
7.2.1. Kenaikan Suku Bunga Pinjaman LN Sebesar 10 Persen
Hasil simulasi akibat terjadinya kenaikan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri terhadap perubahan indikator makro ekonomi Indonesia dan
indikator pembangunan sektoral selengkapnya disajikan pada Tabel 42.
156
Ditinjau dari sudut makro ekonomi Indonesia, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri sebesar 10 persen ini akan menyebabkan pemerintah
menurunkan pinjaman luar negerinya sebesar 2.381 persen. Namun guna mempertahankan agar roda pembangunan tetap berjalan, pemerintah akan
menutup kebutuhan dana investasi pembangunannya melalui kenaikan alokasi pembiayaan rupiah murni sebesar 2.601 persen. Akibatnya belanja pemerintah
akan naik sebesar 0.474 persen. Kenaikan belanja pemerintah ini menyebabkan pemerintah akan mengintensifkan penerimaan dalam negerinya sehingga
menambah pendapatan negara sebesar 1.675 persen. Kenaikan anggaran pendapatan negara yang secara prosentase lebih besar dari kenaikan belanja
negara ini mengakibatkan turunnya defisit anggaran pemerintah terhadap PDB sebesar 0.04 persen.
Tabel 42. Dampak Kenaikan Suku Bunga Pinjaman LN Sebesar 10 Persen No.
Variabel Nilai Dasar
WINTR ↗ 10 Predicted
1 Produk Domestik Bruto
978457 969604 -0.905
2 Konsumsi Rumah Tangga
530602 524787 -1.096
3 Investasi Masyarakat
271245 266716 -1.670
4 Belanja Pemerintah
108873 109389
0.474 5
Nilai Ekspor Bersih 67738
68712 1.437
6 Pendapatan Pemerintah
87920 89393
1.675 7
Defisit Anggaran 2.1019
2.0624 -0.040 8
Pembiayaan Rupiah Murni 16687
17121 2.601
9 Pengel. Rp S. Pendidikan
3322 3402
2.408 10
Pengel. Rp S. Kesehatan 2518
2580 2.449
11 Pengel. Rp S. Pertanian
3939 4044
2.666 12
Pengel. Rp S. Energi 2282
2339 2.483
13 Pengel. Rp S. Perhubungan
2527 2598
2.796 14
Pengel. Rp S. Lainnya 2100
2159 2.810
15 Total Utang LN Pemerintah
29174 28479 -2.381
16 Utang LN S. Pendidikan
3951 3886 -1.654
17 Utang LN S. Kesehatan
3715 3642 -1.956
18 Utang LN S. Pertanian
5442 5307 -2.481
19 Utang LN S. Energi
8022 7783 -2.979
20 Utang LN S. Perhubungan
6049 5878 -2.827
21 Utang LN S. Lainnya
1994 1983 -0.535
22 Total Pemby. ULN Pemerintah
4107 4218
2.704
157
No. Variabel
Nilai Dasar WINTR ↗ 10
Predicted
23 Pemb. Utang S. Pendidikan
570 588
2.992 24
Pemb. Utang S. Kesehatan 493
506 2.722
25 Pemb. Utang S. Pertanian
987 1019
3.204 26
Pemb. Utang S. Energi 789
812 2.916
27 Pemb. Utang S. Perhubungan
901 926
2.750 28
Pemb. Utang S. Lainnya 367
368 0.269
29 Angka Partisipasi Sekolah
91.9711 91.6524 -0.319
30 Angka Lama Bersekolah
7.0334 7.0012 -0.458
31 Angka Kematian Bayi
48.8447 49.1254
0.575 32
Angka Usia Harapan Hidup 61.4597
61.307 -0.248 33
Growth Sektor Pertanian 3.0619
2.5201 -0.542 34
Growth Sektor Energi 5.4076
4.9730 -0.435 35
Growth Sektor Perhubungan 6.2840
5.9697 -0.314 36
Angka Pengangguran 7732
7950 2.819
Disamping itu, naiknya tingkat suku bunga pinjaman luar negeri sebesar 10 persen ini pada gilirannya akan menaikkan tingkat suku bunga domestik yang
menyebabkan masyarakat akan mengalihkan lebih banyak dananya untuk ditabung. Akibatnya adalah turunnya investasi masyarakat sebesar 1.67 persen,
yang akan diikuti dengan turunnya konsumsi rumah tangga sebesar 1.096 persen. Di sisi lain, naiknya tingkat suku bunga pinjaman, yang mempunyai
korelasi positif dengan suku bunga dunia akan memacu ekspor namun menurunkan impor. Akibatnya ekspor bersih akan meningkat sebesar 1.437
persen. Dampak penurunan dan kenaikan komponen-komponen PDB ini secara keseluruhan akan menurunkan tingkat pertumbuhan PDB sebesar 0.905 persen.
Terhadap indikator pertumbuhan sektoral, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri sebesar 10 persen dari tingkat sebelumnya ini, yang
menyebabkan pemerintah menurunkan pinjaman barunya, akan mengakibatkan turunnya seluruh indikator pertumbuhan sektoral meskipun alokasi pendanaan
rupiah murni meningkat. Penurunan indikator-indikator pembangunan sektoral ini dicerminkan oleh turunnya angka partisipasi sekolah, angka tahun lama
bersekolah, angka usia harapan hidup, angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan, sektor pertambangan dan energi, serta sektor perhubungan dan
transportasi, berturut-turut masing-masing sebesar 0.319 persen, 0.458 persen,
158
0.248 persen, 0.542 persen, 0.435 persen, dan 0.324 persen, serta naiknya angka kematian bayi sebesar 0.575 persen.
Secara simultan dampak yang signifikan adalah naiknya angka pengangguran sebesar 2.819 persen. Hal ini menunjukkan bahwa, ceteris
paribus, apabila tingkat suku bunga pinjaman luar negeri sedang dalam posisi yang murah, pemerintah dapat meningkatkan pembiayaan pembangunan dari
utang luar negeri sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Dampak terbesar penurunan
indikator pertumbuhan sektoral salah satunya adalah di sektor pertanian. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat diandalkan menjadi pemacu
pertumbuhan ekonomi sektor-sektor lainnya.
7.2.2. Pengurangan Utang LN Pemerintah Sebesar 10 Persen