Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Pertambangan dan Energi

128 Selain itu, setiap 1 persen kenaikan pengaruh lender dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan pinjaman luar negeri sebesar 0.5895 persen untuk jangka pendek dan 1.8527 persen untuk jangka panjang. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kesiapan sumberdaya manusia Indonesia untuk pembangunan sektor pertanian dan pengairan masih lemah dan belum dapat mempengaruhi kebijakan pembangunan di bidang pertanian dan pengairan yang sudah disiapkan dengan baik oleh sumberdaya manusia lender kreditur. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku utang luar negeri di sektor pertanian dan pengairan adalah variabel peubah bedakala dengan taraf yang cukup signifikan. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri di sektor pertanian dan pengairan akan membutuhkan waktu yang lambat untuk kembali pada keseimbangannya.

6.2.14. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Pertambangan dan Energi

Dalam rangka memacu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi keterbatasan penerimaan dalam negeri, pemerintah menempuh pembiayaan defisit yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mengurangi defisit anggaran tersebut, salah satu cara yang ditempuh adalah mengurangi belanja pemerintah yang antara lain melalui penghapusan subsidi bahan bakar minyak BBM untuk meningkatkan anggaran pendapatan guna meningkatkan investasi. Konsekuensi dari kebijakan pemerintah di bidang energi tersebut adalah meningkatnya permintaan konsumsi BBM untuk industri. Pesatnya penggunaan BBM sangat berperan dalam meningkatkan kegiatan ekonomi, namun hubungan sebab akibat antara jumlah energi yang dipakai dengan tingkat kegiatan ekonomi menjadi kabur karena tidak jelas apakah energi yang mendorong pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi yang mendorong penggunaan energi Departemen Pertambangan dan Energi, 1996. Terlepas dari hubungan sebab akibat tersebut, pemerintah telah menanggung utang luar negeri yang besar di sektor pertambangan dan energi. Hasil estimasi dampak utang luar negeri di sektor pertambangan akibat perubahan alokasi rupiah murni, 129 pembayaran utang luar negeri, intervensi donor di sektor itu, dan tingkat suku bunga utang luar negeri dapat dilihat di Tabel 24. Tabel 24. Hasil Estimasi Elastisitas Utang di Sektor Pertambangan dan Energi Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Label Estimate E SR E LR INTERCEP 4925.230603 - - 0.0314 Intercept RPENG -0.382542 -0.1240 -0.1707 0.3674 Pengel. Rp S. Energi PUENG 0.352766 0.0367 0.0505 0.4435 Pemb. Utang S. Energi DRVENG 1.403051 0.5381 0.7407 0.0001 Lender Driven S. Energi LIBOR -500.094413 -0.3448 -0.4745 0.082 Suku Bunga LIBOR LUTENG 0.273503 - - 0.0057 Lag UTENG Perubahan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri di sektor pertambangan dan energi mempunyai pengaruh negatif terhadap keberadaan utang luar negeri di sektor tersebut dengan respon yang inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini berarti setiap 1 persen kenaikan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri akan menurunkan pinjaman luar negeri sebesar 0.3448 persen dalam jangka pendek dan 0.4745 persen dalam jangka panjang. Sektor pertambangan dan energi merupakan salah satu sektor yang terbesar menggunakan pinjaman luar negeri untuk pembangunannya. Penambahan pinjaman luar negeri di sektor ini pada saat tingkat suku bunga pinjamannya tinggi akan sangat membebani keuangan pemerintah di masa yang akan datang. Oleh karena itu kenaikan suku bunga pinjaman luar negeri akan menyebabkan pemerintah mengurangi pinjaman luar negerinya di sektor ini. Di sisi lain, setiap 1 persen kenaikan pembayaran utang luar negeri sektor pertambangan dan energi akan menaikkan utang luar negeri sektor ini sebesar 0.0367 persen dalam jangka pendek dan 0.0505 persen dalam jangka panjang. Selain itu, utang luar negeri di sektor pertambangan dan energi juga dipengaruhi secara positif oleh intervensi donor lender driven dalam pengadaan barang dan jasa di sektor ini yang secara statistik sangat signifikan dan dengan respon yang inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya setiap 1 persen kenaikan intervensi donor atas pengelolaan pinjaman luar negeri sektor tersebut akan menaikkan jumlah pinjaman luar negeri sebesar 0.5381 persen dalam jangka pendek dan 0.7407 130 persen dalam jangka panjang. Pembangunan di sektor pertambangan dan energi membutuhkan teknologi tinggi dimana Indonesia belum mampu menyediakan sepenuhnya. Dengan demikian pemerintah lebih banyak menerima ketentuan- ketentuan yang telah disiapkan oleh kreditur dalam Lender Guidelines, Handbook of Procurement, dan lain-lain. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku utang luar negeri di sektor pertambangan dan energi adalah variabel peubah bedakala dengan taraf yang cukup signifikan. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri di sektor tersebut akan membutuhkan waktu yang lambat untuk kembali pada keseimbangannya.

6.2.15. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Perhubungan dan