118
Secara statistik hal ini dapat diartikan bahwa apabila pendapatan pemerintah meningkat sebesar 1 persen, maka sebagian peningkatan tersebut akan
dialokasikan untuk sektor kesehatan sehingga alokasi rupiah murni sektor kesehatan akan meningkat sebesar 0.5454 persen dalam jangka pendek dan
1.7005 persen dalam jangka panjang.
Tabel 16. Hasil Estimasi dan Elasitisitas Rupiah Murni Sektor Kesehatan Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
GOREV 0.015783
0.5454 1.7005
0.0857 Pendapatan Pemerintah BLJRTN
-0.005983 -0.1826 -0.5694 0.4855 Belanja Rutin
DAKB 23.204579 -0.0140 -0.0436
0.6122 AKB - LAKB LUHH
0.285089 0.0067
0.0208 0.971 Lag UHH
LRPKES 0.679289
- -
0.0025 Lag RPKES
Selain itu, dari hasil estimasi juga dapat diketahui bahwa variabel belanja rutin, selisih angka kematian bayi, dan angka usia harapan hidup tahun
sebelumnya ternyata tidak mempunyai pengaruh, atau pengaruhnya sangat kecil atas perilaku alokasi rupiah murni di sektor kesehatan, meskipun secara logika
arahnya sudah sesuai. Faktor lain yang mempengaruhi alokasi rupiah murni pada sektor
kesehatan adalah peubah bedakala dengan taraf yang cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi perubahan kondisi perekonomian,
alokasi rupiah murni sektor kesehatan membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat keseimbangannya. Fenomena ini
dapat diartikan diartikan bahwa dalam praktek penyusunan anggaran rupiah murni sektor kesehatan tahun berjalan, pemerintah hanya memperhatikan
besarnya alokasi anggaran rupiah murni sektor kesehatan tahun sebelumnya.
6.2.7. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Pertanian dan Pengairan
Sektor pertanian dan pertanian, yang didalamnya termasuk sub sektor pengairan mempunyai peranan yang besar dalam penyediaan pangan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional, mengurangi impor bahan makanan dan menyumbang penerimaan dalam PDBI, serta penyediaan lapangan kerja dan
119
pengurangan kemiskinan di pedesaan. Sektor ini juga menjadi andalan pemerintah untuk menekan arus urbanisasi. Besarnya alokasi rupiah murni untuk
sektor pertanian dan pengairan dipengaruhi oleh besarnya pendapatan pemerintah, alokasi pembiayaan kegiatan rutin pemerintah dan besarnya angka
pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan pada tahun sebelumnya. Namun dari hasil estimasi seperti yang terlihat pada Tabel 17 dapat
disimpulkan bahwa seluruh variabel penjelas pada persamaan ini kecuali peubah bedakala tidak mempunyai pengaruh yang signifikan atas perilaku
variabel alokasi rupiah murni pada sektor pertanian dan pengairan. Namun, secara logika pengaruhnya sudah benar, yaitu apabila terjadi perubahan pada
pendapatan pemerintah atau penurunan pada belanja rutin pemerintah dan angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan, diperkirakan alokasi rupiah murni
sektor pertanian dan pengairan akan mengalami peningkatan.
Tabel 17. Hasil Estimasi dan Elasitisitas Rupiah Murni Sektor Pertanian dan Pengairan
Variable Parameter
Elastisitas Prob |T|
Variable Label Estimate
E
SR
E
LR
GOREV 0.024662
0.4945 2.0463
0.3819 Pendapatan Pemerintah BLJRTN
-0.009951 -0.1762 -0.7293 0.7627 Belanja Rutin
LGTAN -199.054978 -0.0915 -0.3785
0.5857 Lag GTAN LRPTAN
0.758357 -
- 0.0001 Lag RPTAN
Satu-satunya peubah penjelas yang signifikan mempengaruhi perilaku dependent variable pada persamaan ini adalah peubah bedakala dengan taraf
yang sangat signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi perubahan kondisi perekonomian, alokasi rupiah murni sektor pertanian dan
pengairan membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat keseimbangannya. Hasil ini juga menjelaskan bahwa dalam
praktek penyusunan anggaran rupiah murni untuk sektor pertanian dan pengairan, faktor yang paling menentukan adalah besarnya alokasi anggaran
rupiah murni sektor tersebut pada tahun sebelumnya. Kesimpulan ini didukung oleh data empiris Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sampai tahun 2005
yang terlihat bahwa fluktuasi pengalokasian anggaran rupiah murni sektor
120
pertanian dan pengairan mempunyai pola yang sama dengan pengalokasian anggaran rupiah murni sektor tersebut pada tahun sebelumnya.
6.2.8. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Pertambangan dan Energi