169
masuk BLN umumnya terjadi karena kebutuhan untuk menutup kesenjangan fiskal fiscal-gap, 2 bantuan proyek project loan dimaksudkan untuk
membiayai kebutuhan
pembangunan, namun
berakibat meningkatkan
pengeluaran, dan 3 pinjaman program program loan cenderung memacu kenaikan pengeluaran rutin dan bukan untuk kebutuhan pembangunan karena
tujuan dan sifatnya yang diperuntukan guna mendukung kekurangan pendanaan. Kebijakan pemerintah menaikkan anggaran belanjanya juga akan
menimbulkan perubahan pada indikator keberhasilan pembangunan sektoral. Jika pemerintah menaikkan anggaran belanjanya sebesar 10 persen, akibatnya
adalah naiknya APS sebesar 1.817 persen, naiknya THSEK sebesar 2.194 persen, turunnya AKB sebesar 3.376 persen, dan naiknya UHH sebesar 0.837
persen. Tingkat pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan, sektor pertambangan dan energi, serta sektor perhubungan dan transportasi juga
mengalami peningkatan, yaitu berturut-turut naik sebesar 1.405 persen, 1.306 persen, dan 1.001 persen.
Dari angka-angka hasil simulasi seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan pengairan mempunyai multiplier effect terbesar
sehingga dapat diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Secara simultan dampak yang signifikan akibat kebijakan pemerintah
meningkatkan anggaran belanjanya sebesar 10 persen adalah menurunnya angka pengangguran sebesar 7.579 persen.
7.2.6. Kenaikan Pendapatan Pemerintah Sebesar 10 Persen
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dominan dari pemerintahan negara-negara yang sedang berkembang. Meskipun keseimbangan fiskal menjadi
indikator yang berguna untuk penilaian makro ekonomi suatu negara, namun umumnya negara-negara yang sedang berkembang menempuh cara pembiayaan
defisit untuk mempercepat pembangunannya. Defisit anggaran menunjukkan keadaan dimana belanja pemerintah lebih besar daripada pendapatannya. Saat ini
pemerintah masih banyak menemui kendala dalam mengumpulkan penerimaan yang bersumber dari dalam negeri, sehingga selalu kurang dari yang dibutuhkan
untuk membiayai pembangunannya. Sebetulnya defisit anggaran pemerintah
170
dapat diperkecil dengan cara mengurangi kegiatan pembangunan. Namun hal ini akan memperparah kondisi ekonomi dan sosial masyarakat yang saat ini masih
memprihatinkan. Oleh karena itu pembiayaan defisit banyak ditempuh oleh negara-negara di dunia, namun dengan meningkatkan pengelolaannya agar
negara tidak semakin terperosok kedalam situasi yang lebih menyulitkan. Defisit anggaran umumnya dibiayai dari utang, dimana banyak negara di
dunia memilih pembiayaan dari pinjaman luar negeri. Akumulasi pinjaman yang digunakan untuk membiayai defisit anggaran dari waktu ke waktu tersebut
merupakan utang pemerintah. Utang tersebut akan menjadi beban bagi pemerintah pada masa yang akan datang. Sebagian besar negara berkembang
telah berhasil mempercepat tingkat pembangunan yang lebih tinggi sehingga mampu membayar utang, tetapi sebagian negara berkembang lainnya tidak
mampu membayar utang yang semakin besar, bahkan cenderung masuk kedalam debt trap. Meskipun ternyata terdapat banyak negara yang berhasil mempercepat
pembangunan negaranya dengan menggunakan utang, namun sikap yang perlu dicegah adalah apabila terjadi penggunaan utang secara berlebihan sehingga
membawa pengaruh pada beban pelunasan kembali pada masa datang. Tujuan utama penggunaan utang luar negeri adalah agar negara tersebut terbebas dari
utang luar negeri The ultimate goal of foreign assistance is to make the recipient country free from foreign assistance.
Teori Keynes menegaskan pentingnya intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keberlanjutan kinerja ekonomi makro yang baik.
Salah satu instrumen yang digunakan pemerintah dalam mempengaruhi kinerja ekonomi nasional adalah kebijakan fiskal. Ada tiga sasaran yang ingin dicapai
pemerintah melalui instrumen kebijakan fiskal, yaitu: 1 stabilitas makroekonomi, 2 pengurangan ketergantungan pada bantuan luar negeri, serta
3 pemerataan pendapatan, yaitu melalui instrumen pajak dan subsidi. Berdasarkan arah perubahan indikator makro yang akan dijadikan target,
kebijakan fiskal dapat bersifat kontraktif maupun ekspansif. Kebijakan fiskal yang bersifat kontraktif akan menurunkan kegiatan ekonomi terutama pada
kondisi perekonomian yang sedang mengalami overheating. Sebaliknya, kebijakan ekspansi fiskal bertujuan untuk menstimulus kegiatan ekonomi yang
171
sangat diperlukan pada saat kondisi perekonomian melemah. Pemerintah mempunyai tugas untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi sektor swasta
apabila sedang berada pada tingkat yang melemah. Melemahnya kondisi perekonomian, yang dicirikan melalui penurunan
permintaan agregat dan tingginya tingkat pengangguran akan berdampak pada penurunan produksi nasional dan pertumbuhan ekonomi, yang merupakan tolok
ukur utama keberhasilan ekonomi. Dalam kondisi yang demikian sangat diperlukan peningkatan variabel-variabel makro pendukung pertumbuhan seperti
peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi masyarakat, peningkatan ekspor, atau peningkatan belanja pemerintah. Dengan demikian akan dicapai kembali
peningkatan produksi nasional dan pertumbuhan ekonomi. Namun fakta menunjukkan bahwa dalam kondisi perekonomian melemah kinerja komponen
pendukung produksi nasional juga mengalami penurunan, terutama investasi masyarakat.
Dari hasil simulasi dapat diketahui bahwa apabila pemerintah menetapkan kebijakan untuk menaikkan pendapatan pemerintah sebesar 10
persen, maka dampak pertama dari kebijakan tersebut adalah naiknya belanja pemerintah sebesar 7.837 persen. Kenaikan pendapatan pemerintah tersebut,
selanjutnya akan direspon dengan peningkatan belanja rutin dan belanja pembangunan, masing-masing antara lain melalui kenaikan pembayaran cicilan
pokok dan bunga utang luar negeri sebesar 3.122 persen serta peningkatan alokasi pendanaan rupiah murni sebesar 3.745 persen.
Hasil selengkapnya dari simulasi kebijakan fiskal, yaitu melalui kenaikan pendapatan pemerintah sebesar 10 persen ditampilkan pada Tabel 47.
Tabel 47. Dampak Kenaikan Pendapatan Pemerintah Sebesar 10 Persen No.
Variabel Nilai Dasar
GOREV ↗ 10 Predicted
1 Produk Domestik Bruto
978457 999177
2.118 2
Konsumsi Rumah Tangga 530602
537915 1.378
3 Investasi Masyarakat
271245 274796
1.309 4
Belanja Pemerintah 108873
117405 7.837
5 Nilai Ekspor Bersih
67738 69061
1.953 6
Pendapatan Pemerintah 87920
96712 10.00
172
No. Variabel
Nilai Dasar GOREV ↗ 10
Predicted
7 Defisit Anggaran
2.1019 2.0710 -0.031
8 Pembiayaan Rupiah Murni
16687 17312
3.745 9
Pengel. Rp S. Pendidikan 3322
3453 3.943
10 Pengel. Rp S. Kesehatan
2518 2616
3.892 11
Pengel. Rp S. Pertanian 3939
4124 4.697
12 Pengel. Rp S. Energi
2282 2353
3.111 13
Pengel. Rp S. Perhubungan 2527
2614 3.443
14 Pengel. Rp S. Lainnya
2100 2152
2.476 15
Total Utang LN Pemerintah 29174
28667 -1.738 16
Utang LN S. Pendidikan 3951
3869 -2.075 17
Utang LN S. Kesehatan 3715
3618 -2.611 18
Utang LN S. Pertanian 5442
5336 -1.948 19
Utang LN S. Energi 8022
7916 -1.321 20
Utang LN S. Perhubungan 6049
5976 -1.207 21
Utang LN S. Lainnya 1994
1952 -2.106 22
Total Pemby. ULN Pemerintah 4107
4235 3.122
23 Pemb. Utang S. Pendidikan
570 589
3.252 24
Pemb. Utang S. Kesehatan 493
507 2.852
25 Pemb. Utang S. Pertanian
987 1035
4.850 26
Pemb. Utang S. Energi 789
806 2.196
27 Pemb. Utang S. Perhubungan
901 917
1.755 28
Pemb. Utang S. Lainnya 367
381 3.932
29 Angka Partisipasi Sekolah
91.9711 92.597
0.626 30
Angka Lama Bersekolah 7.0334
7.0911 0.820
31 Angka Kematian Bayi
48.8447 48.1935 -1.333
32 Angka Usia Harapan Hidup
61.4597 62.0368
0.939 33
Growth Sektor Pertanian 3.0619
4.3239 1.262
34 Growth Sektor Energi
5.4076 6.5509
1.143 35
Growth Sektor Perhubungan 6.2840
7.2695 0.986
36 Angka Pengangguran
7732 7222 -6.596
Dilihat secara makro, variabel yang memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga dan investasi
masyarakat. Kebijakan kontraksi fiskal tersebut menyebabkan kenaikan tingkat konsumsi dan tingkat investasi berturut-turut sebesar 1.378 persen dan 1.309
persen. Dampak menyeluruh dari kebijakan kontraksi makro melalui kenaikan pendapatan pemerintah adalah naiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang
tercermin dari kenaikan pertumbuhan PDBI sebesar 2.118 persen.
173
Selain itu, kebijakan pemerintah meningkatkan pendapatan pemerintah juga akan mendorong peningkatan indikator pertumbuhan sektoral, seperti angka
partisipasi sekolah yang meningkat sebesar 0.626 persen, tahun lama bersekolah yang naik sebesar 0.82 persen, angka kematian bayi yang menurun sebesar 1.333
persen, dan angka usia harapan hidup yang meningkat sebesar 0.939 persen. Selanjutnya seluruh indikator pertumbuhan sektoral juga meningkat,
yaitu sektor pertanian dan pengairan meningkat sebesar 1.262 persen, sektor pertambangan dan energi naik sebesar 1.143 persen, serta sektor perhubungan
dan transportasi meningkat sebesar 0.986 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan pemerintah ini adalah turunnya angka pengangguran
sebesar 6.596 persen.
7.2.7. Kenaikan Indikator Pembangunan di Sektor Pendidikan