Kenaikan Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengairan Sebesar

195

7.2.13.3. Kenaikan Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengairan Sebesar

1 Persen disertai Kenaikan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Sebesar 10 Persen Dalam menyusun suatu rencana pembangunan, pemerintah perlu mempertimbangkan tidak hanya alasan ekonomi saja, namun kondisi sosial dan politik juga perlu dipertimbangkan dan harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses perencanaan pembangunan nasional. Dengan demikian suatu kebijakan pemerintah harus juga mengacu pada kepentingan publik dan dapat dilaksanakan dan dijalankan implementable and doable. Unsur pertumbuhan ekonomi yang menjadi motor penggerak roda ekonomi perlu dibarengi dengan unsur pemerataan yang bersifat populis, dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan rencana pembangunan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus menjadi bagian yang terintegrasi dan komprehensif sejak proses penyusunan rencana pembangunan dimulai. Dalam simulasi kebijakan ini, dicoba diterapkan kebijakan yang merupakan kombinasi kebijakan yang mengintegrasikan beberapa simulasi kebijakan yang telah dianalisis sebelumnya secara bersama-sama, yaitu penetapan target pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan sebesar 1 persen, disertai dengan peningkatan pendapatan dan belanja negara masing-masing sebesar 10 persen. Dampak dari kebijakan pemerintah ini terhadap indikator perekonomian makro Indonesia dan terhadap indikator pembangunan sektoral selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 56. Tabel 56. Dampak Kenaikan Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengairan Sebesar 1 Persen, serta Kenaikan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Sebesar 10 Persen No. Variabel Nilai Dasar KOMBINASI 3 Predicted 1 Produk Domestik Bruto 978457 998360 2.034 2 Konsumsi Rumah Tangga 530602 531559 0.180 3 Investasi Masyarakat 271245 277880 2.446 4 Belanja Pemerintah 108873 119760 10.00 5 Nilai Ekspor Bersih 67738 69160 2.099 6 Pendapatan Pemerintah 87920 96712 10.00 196 No. Variabel Nilai Dasar KOMBINASI 3 Predicted 7 Defisit Anggaran 2.1019 2.0247 -0.077 8 Pembiayaan Rupiah Murni 16687 17306 3.709 9 Pengel. Rp S. Pendidikan 3322 3433 3.334 10 Pengel. Rp S. Kesehatan 2518 2599 3.226 11 Pengel. Rp S. Pertanian 3939 4172 5.924 12 Pengel. Rp S. Energi 2282 2336 2.378 13 Pengel. Rp S. Perhubungan 2527 2608 3.218 14 Pengel. Rp S. Lainnya 2100 2157 2.713 15 Total Utang LN Pemerintah 29174 28461 -2.444 16 Utang LN S. Pendidikan 3951 3862 -2.262 17 Utang LN S. Kesehatan 3715 3560 -4.181 18 Utang LN S. Pertanian 5442 5367 -1.380 19 Utang LN S. Energi 8022 7810 -2.643 20 Utang LN S. Perhubungan 6049 5930 -1.968 21 Utang LN S. Lainnya 1994 1933 -3.060 22 Total Pemby. ULN Pemerintah 4107 3838 -6.541 23 Pemb. Utang S. Pendidikan 570 525 -8.001 24 Pemb. Utang S. Kesehatan 493 458 -7.147 25 Pemb. Utang S. Pertanian 987 921 -6.717 26 Pemb. Utang S. Energi 789 738 -6.433 27 Pemb. Utang S. Perhubungan 901 821 -8.936 28 Pemb. Utang S. Lainnya 367 376 2.622 29 Angka Partisipasi Sekolah 91.9711 92.6607 0.690 30 Angka Lama Bersekolah 7.0334 7.0955 0.882 31 Angka Kematian Bayi 48.8447 48.1348 -1.453 32 Angka Usia Harapan Hidup 61.4597 61.7661 0.499 33 Growth Sektor Pertanian 3.0619 4.0619 1.00 34 Growth Sektor Energi 5.4076 6.0665 0.659 35 Growth Sektor Perhubungan 6.2840 6.8130 0.529 36 Angka Pengangguran 7732 6845 -6.337 Kebijakan pemerintah yang dilakukan secara simultan seperti tersebut diatas akan menyebabkan alokasi pendanaan rupiah murni seluruh sektor pembangunan meningkat sebesar 3.709 persen, yang disumbang dari sektor pendidikan sebesar 3.334 persen, sektor kesehatan sebesar 3.226 persen, sektor pertanian dan pengairan sebesar 5.924 persen, sektor pertambangan dan energi sebesar 2.378 persen, sektor perhubungan dan transportasi sebesar 3.218 persen, dan sektor lainnya sebesar 2.713 persen. 197 Ditinjau dari sisi belanja rutin, kebijakan pemerintah ini akan membawa dampak turunnya pembayaran total utang luar negeri pemerintah sebesar 6.541 persen, dimana pembayaran utang di sektor pendidikan turun sebesar 8.001 persen, di sektor kesehatan turun sebesar 7.147 persen, di sektor pertanian dan pengairan turun sebesar 6.717 persen, di sektor pertambangan dan energi turun sebesar 6.433 persen, serta di sektor perhubungan dan transportasi turun sebesar 8.936 persen. Sementara itu, kenaikan alokasi rupiah murni di seluruh sektor pembangunan yang cukup tinggi ini menyebabkan pemerintah dapat mengurangi jumlah utang luar negerinya secara total sebesar 2.444 persen, yang terlihat dari turunnya utang luar negeri di sektor pendidikan sebesar 2.262 persen, sektor kesehatan sebesar 4.181 persen, sektor pertanian dan pengairan sebesar 1.38 persen, sektor pertambangan dan energi sebesar 2.643 persen, sektor perhubungan dan transportasi sebesar 1.968 persen, dan sektor lainnya sebesar 3.06 persen. Peningkatan alokasi belanja pemerintah yang disertai dengan penetapan target pertumbuhan sektor pertanian secara simultan ini akan berdampak pada bangkitnya investasi masyarakat sebesar 2.446 persen, yang pada gilirannya akan meningkatkan ekspor bersih sebesar 2.099 persen. Selain itu, dampak yang lain adalah meningkatnya konsumsi rumah tangga sebesar 0.18 persen. Kebijakan pemerintah seperti tersebut diatas juga akan mendorong meningkatnya indikator pertumbuhan sektoral seperti angka partisipasi sekolah naik sebesar 0.69 persen, angka tahun lama bersekolah meningkat sebesar 0.882 persen, usia harapan hidup meningkat sebesar 0.499 persen, angka pertumbuhan sektor pertambangan dan energi serta sektor perhubungan dan transportasi masing-masing meningkat sebesar 0.659 persen dan 0.529 persen. Selain itu, angka kematian bayi akan menurun sebesar 1.453 persen. Pada akhirnya, kebijakan pemerintah menetapkan target pertumbuhan sektor pertanian sebesar 1 persen ini, yang diikuti dengan penetapan target penerimaan dan belanja pemerintah sebesar 10 persen ini akan dapat meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 2.034 persen, yang diikuti dengan turunnya angka pengangguran sebesar 6.337 persen.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN