Kegunaan Hasil Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

10

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis dampak penggunaan utang luar negeri pemerintah terhadap kinerja perekonomian Indonesia maupun kinerja pembangunan sektoral, yang meliputi: 1 peranan utang luar negeri pada beberapa sektor utama dalam perekonomian Indonesia terhadap pengurangan pembiayaan defisit, dan 2 pengurangan stok utang luar negeri pemerintah secara bertahap dalam rangka mencapai kemandirian dalam pembiayaan pembangunan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis dampak perubahan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri pemerintah terhadap jumlah pembayaran utang luar negeri pemerintah. 2. Menganalisis dampak pengadaan utang luar negeri pemerintah terhadap pendapatan dan belanja pemerintah serta pembiayaan defisit anggaran pemerintah untuk mencapai kemandirian pembiayaan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. 3. Menganalisis tingkat kebocoran penggunaan utang luar negeri terhadap upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi penggunaan utang luar negeri dan kemampuan pembayaran utang untuk pengurangan stok utang luar negeri pemerintah. 4. Menganalisis intervensi kreditur lender driven terhadap kinerja makro dan sektoral perekonomian Indonesia. 5. Menganalisis efektifitas penggunaan utang luar negeri pada pembangunan sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor pertanian dan pengairan, sektor pertambangan dan energi, serta sektor perhubungan dan transportasi. Hasil analisis tersebut di atas akan digunakan untuk mencari rumusan strategi dan kebijakan pemerintah yang sesuai dalam pengelolaan dan penggunaan utang luar negeri pemerintah yang efektif dan efisien di masa yang akan datang.

1.4. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 11 1. Memberi rekomendasi kebijakan yang efektif, efisien dan transparan bagi pemerintah dalam melangsungkan pembangunan nasional dengan menggunakan utang luar negeri sebagai salah satu sumber pembiayaan. 2. Memberi manfaat kepada institusi yang terkait dengan pengelolaan utang luar negeri di Indonesia dari sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. 3. Memberi kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia melalui peran utang luar negeri pemerintah terhadap pembangunan nasional. Kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan ilmu diperoleh dari pemecahan masalah utang luar negeri melalui pendekatan alat analisis ekonometrik secara simultan dan dinamis mampu memecahkan persoalan- persoalan yang lebih kompleks terhadap utang luar negeri pemerintah. Penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan, misalnya adanya uji kebenaran tentang opini-opini yang beredar tentang perlu tidaknya utang luar negeri pemerintah untuk pembangunan dapat diketahui melalui hasil penelitian ini. Kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan teknologi, misalnya kemungkinan adanya transfer teknologi atas pembangunan infrastruktur di Indonesia yang didanai dari utang luar negeri pemerintah, atau penelitian yang lebih detail tentang peranan utang luar negeri pemerintah terhadap pembangunan sektoral di Indonesia.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Dilihat dari pelakunya, utang Indonesia terdiri dari utang pemerintah dan utang swasta dunia usaha, sedangkan ditinjau dari jenisnya, utang Indonesia terdiri dari utang dalam negeri dan utang luar negeri. Namun, utang yang dilakukan oleh swasta menjadi tanggung jawab pihak swasta dengan kreditur mereka masing-masing, dimana peran pemerintah hanya sebagai fasilitator jika terdapat permasalahan di antara mereka. Di sisi lain, dalam waktu lebih dari 30 tahun, pemerintah Orde Baru menganut prinsip Anggaran Berimbang, yaitu prinsip yang akhirnya 12 membolehkan APBN mengalami defisit asal dibiayai oleh pinjaman luar negeri. Prinsip tersebut telah melarang pembiayaan defisit APBN melalui sumber pendanaan dalam negeri, baik yang berupa pinjaman dari Bank Indonesia maupun pengeluaran surat berharga. Pada kenyataannya, sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi, mulai tahun 1998 utang dalam negeri pemerintah meningkat dengan sangat cepat, utamanya karena pengalihan beban Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI menjadi kewajiban pemerintah serta pelaksanaan rekapitalisasi beberapa perbankan pada tahun tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, karena ketersediaan data, maka ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi hanya untuk utang luar negeri, dan yang dilakukan oleh pemerintah saja. Disamping itu, ruang lingkup analisis dalam penelitian ini hanya mencakup landasan kebijakan pemanfaatan utang luar negeri, kriteria pemanfaatan utang luar negeri, serta perspektif utang luar negeri pada pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya di beberapa sektor utama yang akan menjadi pokok bahasan, yaitu sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor pertanian dan pengairan, sektor energi dan pertambangan, serta sektor perhubungan dan transportasi. Beberapa keterbatasan lain dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data terkait dengan indikator makro, indikator pembangunan sektoral, pendapatan dan belanja negara serta data utang luar negeri pemerintah yang berbeda-beda dari instansi yang terlibat dalam pengelolaan utang, antara lain Bank Indonesia, Departemen Keuangan, Bappenas, BPS dan dari kreditur. 2. Utang dalam negeri pemerintah baru dimanfaatkan secara terstruktur beberapa tahun belakangan ini, sehingga penelitian ini dibatasi pada lingkup utang luar negeri dan yang dilakukan oleh pemerintah saja. 3. Utang umumnya bersifat jangka panjang, dan investasi yang dibangun membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dievaluasi dampaknya. 4. Kurangnya data penggunaan dan pembayaran utang luar negeri pada sektor- sektor di luar sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor pertanian dan pengairan, sektor energi dan pertambangan, serta sektor perhubungan dan 13 transportasi menyebabkan sektor-sektor tersebut sulit di analisa satu per satu, sehingga digabungkan menjadi satu kelompok sektor pembangunan. 5. Mudahnya fluktuasi nilai tukar mata uang dan perubahan tingkat suku bunga sehingga sulit untuk diprediksi fenomenanya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 6. Tidak adanya data yang valid untuk menghitung kebocoran penggunaan utang luar negeri sehingga pendekatannya adalah berdasarkan pengalaman empiris melalui opini dan pendapat para ahli ekonomi Indonesia. 3

II. SEJARAH DAN PERANAN UTANG LUAR NEGERI

2.1. Utang Luar Negeri Swasta

Sejak tahun 1996, posisi utang luar negeri swasta mulai mengalami peningkatan. Pada tahun tersebut nilai utang luar negeri swasta telah mendekati nilai utang luar negeri pemerintah yaitu sebesar USD 54.9 miliar. Tahun-tahun berikutnya posisi utang luar negeri swasta masih terus mengalami peningkatan hingga tahun 1999. Sejak tahun 2000, posisi utang luar negeri swasta mulai menunjukkan kecenderungan menurun. Perkembangan posisi utang negeri swasta ini menjadi gambaran bahwa peningkatan utang luar negeri Indonesia pada periode 1996-1999 tidak saja disebabkan oleh peningkatan utang luar negeri pemerintah tetapi juga utang luar negeri yang diadakan oleh swasta. Peningkatan posisi utang luar negeri swasta tidak terlepas dari melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sejak pertengahan tahun 1997, disamping lemahnya pengendalian atau kontrol pemerintah terhadap perkembangan utang luar negeri swasta. Disamping itu, peningkatan utang luar negeri swasta juga tidak terlepas dari tersedianya sejumlah instrumen utang jangka pendek di pasar keuangan dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga dalam negeri dan kemudahan untuk mendapatkannya. Peningkatan utang luar negeri swasta ini akhirnya mendorong kewajiban pembayarannya meningkat dengan tajam. Sampai dengan tahun 1995, kewajiban pembayaran utang luar negeri swasta USD 7.3 miliar masih lebih rendah dari kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah USD 9.1 miliar. Namun, sejalan dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, kewajiban pembayaran kembali utang luar negeri swasta juga mengalami peningkatan. Sejak tahun 1996 kewajiban swasta mulai melebihi kewajiban pemerintah, dan kondisi ini terus berlanjut sampai tahun 2001, seperti terlihat pada Gambar 1. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengendalian utang luar negeri swasta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam manajemen utang luar negeri. Pelajaran dari krisis menunjukkan bahwa tidak adanya pengendalian utang swasta menyebabkan membengkaknya utang luar negeri Indonesia.