57
4.3. Analisis Ekonometrika Utang Luar Negeri Pemerintah
Analisis ekonometrika utang luar negeri yang digunakan adalah pendekatan permintaan dan penawaran utang luar negeri pemerintah. Model
ekonometrika diestimasi dengan menggunakan teknik two-stage least square 2- SLS. Persamaan-persamaan dalam model akan dibagi ke dalam persamaan
struktural, identitas, dan intervensi kebijakan. Penentuan dan penggunaan sumber-sumber penerimaan utang luar negeri
tidak dirinci berdasarkan kreditur, hal ini untuk menyederhanakan analisis karena pada umumnya kebijakan masing-masing kreditur tidak jauh berbeda antara satu
dengan lainnya. Di pihak lain, pengelompokan utang luar negeri berdasarkan penggunaannya pada beberapa sektor utama akan lebih menarik untuk di analisis
karena terkait dengan kemampuan dan kontribusi masing-masing sektor untuk pembayaran kembali cicilan pokok dan bunga utangnya. Seperti yang telah
dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya, sektor-sektor utama yang akan diteliti adalah sektor pendidikan, kesehatan, pertanian dan pengairan, pertambangan dan
energi, serta perhubungan dan transportasi.
4.3.1. Utang Luar Negeri Pemerintah untuk Pembangunan Beberapa Sektor
Utama
Untuk mengetahui kinerja dan manfaat utang luar negeri pada sektor-sektor yang akan diteliti, maka perlu diketahui hubungan alokasi anggaran pembangunan
sektor-sektor tersebut baik yang berasal dari penerimaan dalam negeri, pengadaan utang luar negeri, maupun pembayaran utang di sektor-sektor tersebut.
4.3.1.1. Sektor Pendidikan
Anggaran pendidikan selama lima tahun terakhir 2000-2004 telah mendapat prioritas tertinggi dalam pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan
oleh penyediaan anggaran pembangunan dengan porsi yang terbesar jika dibandingkan penyediaan anggaran pada bidang-bidang pembangunan lainnya.
Namun apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, alokasi anggaran pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Data Human Development Report
2004 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1999-2001 Indonesia hanya
58
mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 1.3 persen dari PDB. Sementara dalam kurun waktu yang sama, Malaysia, Thailand dan Filipina secara berturut-
turut telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 7.9 persen, 5.0 persen, dan 3.2 persen.
Guna mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan, diperlukan dana yang besar untuk dialokasikan di sektor pendidikan. Namun karena keterbatasan
anggaran pemerintah, pencarian dana dari sumber lain termasuk pengadaan utang luar negeri untuk investasi di sektor pendidikan masih sangat diperlukan. Aliran
alokasi anggaran untuk sektor pendidikan dapat diformulasikan sebagai berikut: Fungsi Penerimaan:
P
DIK
= k G
DIK
, I
DIK
dimana: P
DIK
= Alokasi anggaran untuk sektor pendidikan G
DIK
= Penerimaan utang luar negeri pemerintah untuk sektor pendidikan I
DIK
= Input-input lainnya Fungsi Penggunaan:
P
DIK
= G
DIK
+ I
DIK
Pemaksimuman Penggunaan Utang Luar Negeri: E = k G
DIK
, I
DIK
– G
DIK
+ I
DIK
dimana: E
= Penggunaan maksimum G
DIK
= Pengeluaran untuk sektor pendidikan dari utang luar negeri I
DIK
= Pengeluaran untuk sektor pendidikan dari input lainnya
4.3.1.2. Sektor Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan
kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran yang penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
59
Pada beberapa tahun terakhir, dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia, telah dicapai beberapa kemajuan penting di
bidang pembangunan sektor kesehatan. Kemajuan ini dapat dilihat melalui angka kematian bayi yang menurun dari 46 1997 menjadi 35 2003 per 1000 kelahiran
hidup. Angka usia harapan hidup telah meningkat dari 65.8 tahun 1999 menjadi lebih dari 66.2 tahun 2003. Prevalensi gizi kurang underweight pada anak
balita telah menurun dari 37.5 persen 1989 menjadi 25.8 persen 2002. Namun demikian, masih banyak masalah yang harus dipecahkan sebagai akibat dari
perubahan sosial ekonomi agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Dalam rangka mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, diperlukan alokasi pendanaan pembangunan sektor kesehatan yang memadai.
Namun mengingat keterbatasan penerimaan pemerintah dari sumber dana dalam negeri, masih dibutuhkan sumber dana luar negeri yang antara lain melalui utang
luar negeri pemerintah untuk menutup kekurangan investasi untuk pembangunan sektor kesehatan. Aliran alokasi anggaran untuk pembangunan sektor kesehatan
dapat digambarkan sebagai berikut: Fungsi Penerimaan:
P
KES
= k G
KES
, I
KES
dimana: P
KES
= Alokasi anggaran untuk sektor kesehatan G
KES
= Penerimaan utang luar negeri pemerintah untuk sektor kesehatan I
KES
= Input-input lainnya Fungsi Penggunaan:
P
KES
= G
KES
+ I
KES
Pemaksimuman Penggunaan Utang Luar Negeri: E = k G
KES
, I
KES
– G
KES
+ I
KES
dimana: E
= Penggunaan maksimum G
KES
= Pengeluaran untuk sektor kesehatan dari utang luar negeri I
KES
= Pengeluaran untuk sektor kesehatan dari input lainnya
60
4.3.1.3. Sektor Pertanian dan Pengairan