123
6.2.10. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Lainnya
Alokasi pendanaan rupiah murni sektor lainnya merupakan sisa dari belanja pembangunan dengan pendanaan rupiah murni setelah dialokasikan ke
lima sektor utama yang menjadi obyek penelitian. Dari hasil estimasi seperti yang terlihat pada Tabel 20 dapat dijelaskan
bahwa setiap kenaikan pendapatan pemerintah akan meningkatkan besarnya alokasi pendanaan rupiah murni pada sektor lainnya dengan respon yang
inelastis untuk jangka pendek dan elastis untuk jangka panjang. Ini berarti setiap 1 persen kenaikan pendapatan pemerintah akan menaikan alokasi rupiah murni
sektor lainnya sebesar 0.6923 persen dalam jangka pendek dan 1.7074 persen dalam jangka panjang. Sebaliknya, peubah penjelas belanja rutin pemerintah
ternyata tidak begitu nyata mempengaruhi perilaku alokasi rupiah murni pada sektor lainnya. Ini berarti ada faktor-faktor lain di luar belanja rutin pemerintah
yang lebih mempengaruhi perilaku variabel alokasi rupiah murni pada sektor lainnya ini.
Tabel 20. Hasil Estimasi dan Elasitisitas Rupiah Murni Sektor Lainnya Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
GOREV 0.018187
0.6923 1.7047
0.0423 Pendapatan Pemerintah BLJRTN
-0.009585 -0.3223 -0.7935 0.2495 Belanja Rutin
LRPOTS 0.593891
- -
0.0001 Lag RPOTS
Faktor lain yang mempengaruhi alokasi rupiah murni pada sektor lainnya adalah peubah bedakala dengan taraf yang cukup signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa apabila terjadi perubahan kondisi perekonomian, alokasi rupiah murni sektor lainnya membutuhkan waktu yang relatif lambat
untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat keseimbangannya.
6.2.11. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Pendidikan
Besarnya jumlah utang luar negeri pemerintah yang digunakan untuk pembangunan sektor pendidikan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan alokasi
pendanaan rupiah murni yang dialokasikan untuk sektor pendidikan, jumlah
124
pembayaran utang luar negeri sektor pendidikan, intervensi donor, dan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri.
Dari hasil estimasi seperti yang terlihat pada Tabel 21 dapat diketahui bahwa pertumbuhan alokasi rupiah murni sektor ini dan tingkat suku bunga
pinjaman luar negeri mempunyai dampak negatif terhadap utang luar negeri di sektor ini dengan respon yang inelastis baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Sebaliknya jumlah pembayaran utang dan pengaruh kebijakan lender mempunyai dampak yang positif dengan respon yang inelastis baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Selain itu, dari hasil estimasi juga dapat diketahui bahwa variabel-
variabel penjelas yaitu pertumbuhan alokasi rupiah murni dan pembayaran utang luar negeri ternyata tidak mempunyai pengaruh yang nyata atas perilaku
dependent variable utang luar negeri di sektor pendidikan. Demikian pula variabel penjelas LIBOR, meskipun menurut logika, tanda dari vaiabel-variabel
ini sesuai dengan harapan. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor pendidikan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional, sehingga apabila
pemerintah kekurangan sumber dana untuk pembangunan di sektor pendidikan, pemerintah akan mengadakan utang luar negeri di sektor pendidikan tanpa
memperhatikan besarnya tingkat suku bunga pinjaman luar negeri saat itu.
Tabel 21. Hasil Estimasi dan Elastisitas Utang LN di Sektor Pendidikan Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
GRPDIK -6.782503 -0.0123 -0.0194
0.1825 Growth RPDIK PUDIK
0.457088 0.0683
0.1079 0.1878 Pemb. Utang S. Pendidikan
DRVDIK 2.150738
0.6072 0.9593
0.0001 Lender Driven S. Pendidikan LIBOR
-17.58198 -0.0242 -0.0382 0.7203 Suku Bunga LIBOR
LUTDIK 0.3671
- -
0.0022 Lag UTDIK
Variabel penjelas yang sangat signifikan mempengaruhi perilaku utang luar negeri di sektor pendidikan adalah pengaruh intervensi donor Lender
Driven di sektor pendidikan yang secara statistik berbeda nyata dengan nol pada taraf kepercayaan 99 persen dan faktor peubah bedakala. Respon utang luar
negeri di sektor pendidikan terhadap perubahan lender driven di sektor ini adalah inelastis baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini dapat
125
diartikan bahwa jika terjadi peningkatan lender driven di sektor pendidikan sebesar 1 persen, maka dampaknya adalah kenaikan jumlah utang luar negeri di
sektor ini sebesar 0.6072 persen dalam jangka pendek dan 0.9593 persen dalam jangka panjang. Hal ini memperkuat asumsi sebelumnya bahwa Indonesia
merupakan small country adalah benar. Artinya Indonesia masih lemah dalam diplomasi ekonomi, sehingga dalam setiap negosiasi maupun pelaksanaan loan,
Indonesia cenderung tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti ketentuan- ketentuan yang telah disiapkan oleh krediturlender.
Lebih jauh lagi, dari perilaku peubah bedakala dapat diketahui bahwa jumlah utang luar negeri di sektor pendidikan mempunyai respon yang relatif
lambat untuk mencapai titik keseimbangannya jika terjadi perubahan ekonomi.
6.2.12. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Kesehatan