Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Perhubungan dan

130 persen dalam jangka panjang. Pembangunan di sektor pertambangan dan energi membutuhkan teknologi tinggi dimana Indonesia belum mampu menyediakan sepenuhnya. Dengan demikian pemerintah lebih banyak menerima ketentuan- ketentuan yang telah disiapkan oleh kreditur dalam Lender Guidelines, Handbook of Procurement, dan lain-lain. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku utang luar negeri di sektor pertambangan dan energi adalah variabel peubah bedakala dengan taraf yang cukup signifikan. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri di sektor tersebut akan membutuhkan waktu yang lambat untuk kembali pada keseimbangannya.

6.2.15. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Perhubungan dan

Transportasi Perilaku utang luar negeri pemerintah di sektor perhubungan dan transportasi tidak jauh berbeda dengan perilaku utang luar negeri pemerintah di sektor pertambangan dan energi. Hasil estimasi dampak utang luar negeri di sektor ini akibat perubahan variabel eksogennya dapat diikuti pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Estimasi dan Elastisitas Utang LN di Sektor Perhubungan dan Transportasi Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Label Estimate E SR E LR GRPHUB -2.21648 -0.0046 -0.0059 0.684 Growth RPHUB PUHUB 0.39825 0.0595 0.0772 0.2838 Pemb. Utang S. Perhubungan DRVHUB 1.907598 0.5663 0.7344 0.0001 Lender Driven S. Perhubungan LIBOR -126.586474 -0.1105 -0.1434 0.3265 Suku Bunga LIBOR LUTHUB 0.479525 - - 0.0004 Lag UTHUB Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jika pertumbuhan alokasi pendanaan rupiah murni di sektor perhubungan dan transportasi meningkat, maka pinjaman luar negeri baru di sektor ini akan mengalami penurunan dengan respon yang inelastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya setiap 1 persen kenaikan alokasi pendanaan rupiah murni di sektor perhubungan dan transportasi akan menurunkan pinjaman luar negeri di sektor ini sebesar 0.0046 persen dalam jangka pendek dan 0.0059 persen dalam jangka panjang. 131 Demikian pula dampak perubahan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri terhadap utang luar negeri sektor perhubungan dan transportasi. Setiap 1 persen kenaikan alokasi pendanaan rupiah murni di sektor perhubungan dan transportasi akan menurunkan pinjaman luar negeri di sektor ini sebesar 0.1105 persen dalam jangka pendek dan 0.1434 persen dalam jangka panjang. Namun penurunan ini tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investasi di sektor ini masih menjadi salah satu prioritas pemerintah. Pembangunan sektor perhubungan dan transportasi merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembangunan nasional karena merupakan urat nadi penggerak perekonomian. Intervensi donor di sektor perhubungan dan transportasi juga mempunyai pengaruh positif dan sangat signifikan atas keberadaan utang luar negeri di sektor ini dengan tingkat kepercayaan 99 persen, dengan respon inelastis dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Artinya setiap 1 persen kenaikan pada intervensi donor di sektor perhubungan dan transportasi akan menaikkan pinjaman luar negeri baru di sektor ini sebesar 0.5663 persen dalam jangka pendek dan 0.7344 persen dalam jangka panjang. Seperti halnya utang luar negeri di sektor pertambangan dan energi, utang luar negeri pemerintah di sektor perhubungan dan transportasi juga sarat dengan teknologi tinggi dimana Indonesia belum mampu menyediakan sepenuhnya. Dengan demikian pemerintah lebih banyak menerima ketentuan-ketentuan yang telah disiapkan oleh kreditur dalam Lender Guidelines, Handbook of Procurement, dan lain-lain. Selain itu, variabel penjelas lainnya yaitu alokasi rupiah murni, pembayaran utang luar negeri sektor perhubungan dan transportasi, serta suku bunga pinjaman luar negeri ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan atas perilaku utang luar negeri di sektor perhubungan dan transportasi, meskipun tandanya sesuai dengan harapan. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku utang luar negeri di sektor perhubungan dan transportasi adalah variabel peubah bedakala dengan taraf yang sangat signifikan. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri di sektor perhubungan an transportasi akan membutuhkan waktu yang lambat untuk kembali pada keseimbangannya. 132

6.2.16. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Lainnya