Kenaikan Angka Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Energi

182 Kemampuan keuangan pemerintah yang semakin meningkat ini menyebabkan pemerintah mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menambah pembayaran utang luar negerinya sebesar 4.823 persen. Selanjutnya, akibat kenaikan dari pendapatan pemerintah yang persentasenya lebih besar dari persentase kenaikan belanja pemerintah tersebut menyebabkan keseimbangan fiskal pemerintah menurun sehingga defisit anggaran pemerintah per PDB juga akan menurun sebesar 0.032 persen. Selain itu, kebijakan pemerintah menetapkan target kenaikan pertumbuhan sektor pertanian yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan sektor- sektor lainnya ini, berdampak pada meningkatnya pertumbuhan PDB sebesar 0.681 persen. Dari simulasi kebijakan ini lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa kenaikan pinjaman luar negeri di sektor pertanian hanya mampu meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian sebesar 1 persen. Kemungkinan penyebabnya adalah penggunaan utang luar negeri atau investasi di sektor pertanian ini salah sasaran. Hal ini sejalan dengan Laporan Bank Dunia tahun 2008 tentang Agriculture for Development bahwa diduga telah terjadi under-investment dan mis-investment di sektor pertanian. Namun, secara simultan dampak yang signifikan adalah turunnya angka pengangguran sebesar 2.124 persen.

7.2.10. Kenaikan Angka Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Energi

Sebesar 1 Persen Sektor pertambangan dan energi memegang peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terbukti dari besarnya peranan sektor pertambangan dan energi sebagai penyedia sumber energi, sumber devisa, penerimaan negara, sumber bahan baku industri, serta penciptaan lapangan pekerjaan dan pendorong pertumbuhan sektor-sektor lain. Oleh karena itu pembangunan sektor pertambangan dan energi menjadi salah satu prioritas yang penting dalam pembangunan nasional sejak pemerintahan Orde Baru sampai pemerintahan yang sekarang. Kebijakan pemerintah untuk mempercepat pembangunan sektor pertambangan dan energi melalui peningkatan angka pertumbuhan sektor ini akan berdampak pada naiknya penyediaan alokasi rupiah murni dan pinjaman 183 luar negeri pemerintah untuk pembangunan sektor tersebut. Dari hasil simulasi diketahui bahwa setiap 1 persen kenaikan pertumbuhan sektor pertambangan dan energi akan menyebabkan kenaikan alokasi rupiah murni di sektor ini sebesar 6.312 persen dan kenaikan pinjaman luar negeri pemerintah di sektor ini sebesar 1.21 persen. Selanjutnya dampak lain dari kenaikan alokasi pendanaan rupiah murni di sektor ini adalah naiknya alokasi pembiayaan pembangunan dari dana rupiah untuk seluruh sektor pembangunan sebesar 2.198 persen dan juga naiknya pinjaman luar negeri pemerintah seluruh sektor sebesar 0.636 persen. Dampak lengkap atas kebijakan pemerintah yang menaikkan target pertumbuhan sektor pertambangan dan energi 1 persen lebih tinggi, terhadap perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia dan indikator pertumbuhan seluruh sektor pembangunan selengkapnya dapat diikuti pada Tabel 51. Tabel 51. Dampak Kenaikan Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Energi Sebesar 1 Persen No. Variabel Nilai Dasar GENG ↗ 1 Predicted 1 Produk Domestik Bruto 978457 984117 0.578 2 Konsumsi Rumah Tangga 530602 533453 0.537 3 Investasi Masyarakat 271245 272874 0.601 4 Belanja Pemerintah 108873 109813 0.863 5 Nilai Ekspor Bersih 67738 67977 0.353 6 Pendapatan Pemerintah 87920 88960 1.183 7 Defisit Anggaran 2.1019 2.1190 0.017 8 Pembiayaan Rupiah Murni 16687 17054 2.198 9 Pengel. Rp S. Pendidikan 3322 3376 1.623 10 Pengel. Rp S. Kesehatan 2518 2561 1.709 11 Pengel. Rp S. Pertanian 3939 3964 0.632 12 Pengel. Rp S. Energi 2282 2426 6.312 13 Pengel. Rp S. Perhubungan 2527 2581 2.136 14 Pengel. Rp S. Lainnya 2100 2146 2.188 15 Total Utang LN Pemerintah 29174 29360 0.636 16 Utang LN S. Pendidikan 3951 3962 0.277 17 Utang LN S. Kesehatan 3715 3747 0.862 18 Utang LN S. Pertanian 5442 5473 0.569 19 Utang LN S. Energi 8022 8119 1.210 20 Utang LN S. Perhubungan 6049 6064 0.247 21 Utang LN S. Lainnya 1994 1995 0.035 184 No. Variabel Nilai Dasar GENG ↗ 1 Predicted 22 Total Pemby. ULN Pemerintah 4107 4266 3.870 23 Pemb. Utang S. Pendidikan 570 583 2.234 24 Pemb. Utang S. Kesehatan 493 528 7.012 25 Pemb. Utang S. Pertanian 987 1028 4.185 26 Pemb. Utang S. Energi 789 839 6.403 27 Pemb. Utang S. Perhubungan 901 919 1.978 28 Pemb. Utang S. Lainnya 367 369 0.494 29 Angka Partisipasi Sekolah 91.9711 92.0995 0.128 30 Angka Lama Bersekolah 7.0334 7.0449 0.164 31 Angka Kematian Bayi 48.8447 48.5699 -0.563 32 Angka Usia Harapan Hidup 61.4597 61.8661 0.661 33 Growth Sektor Pertanian 3.0619 3.2271 0.165 34 Growth Sektor Energi 5.4076 6.4076 1.00 35 Growth Sektor Perhubungan 6.2840 6.4565 0.173 36 Angka Pengangguran 7732 7593 -1.802 Selanjutnya, kenaikan pengeluaran pembangunan rupiah murni dan utang luar negeri di seluruh sektor ini akan mendorong meningkatnya belanja pemerintah sebesar 0.863 persen, yang menyebabkan meningkatnya angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan serta sektor perhubungan dan transportasi masing-masing sebesar 0.165 persen dan 0.173 persen. Pertumbuhan ini juga akan mengangkat angka IPM melalui kenaikan APS sebesar 0.128 persen, angka tahun lama bersekolah sebesar 0.164 persen, dan angka usia harapan hidup sebesar 0.661 persen, serta menurunkan angka kematian bayi sebesar 0.563 persen. Peningkatan pertumbuhan sektor-sektor ini pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya nilai ekspor bersih sebesar 0.353 persen, yang akan berdampak pada meningkatnya pendapatan pemerintah sebesar 1.183 persen. Kenaikan pendapatan pemerintah yang secara persentase lebih tinggi dibanding naiknya belanja pemerintah menyebabkan turunnya keseimbangan fiskal, yang berarti turunnya defisit anggaran per PDB sebesar 0.017 persen. Dampak lain dari kenaikan pendapatan pemerintah ini adalah meningkatnya kemampuan membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo berikut bunganya sebesar 3.87 persen. Peningkatan pendapatan pemerintah ini juga akan mendorong meningkatnya pendapatan masyarakat, yang tercermin 185 dari naiknya meningkat konsumsi rumah tangga sebesar 0.537 persen. Hal ini akan meningkatkan pertumbuhan PDBI sebesar 0.578 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan ini adalah turunnya angka pengangguran sebesar 1.802 persen.

7.2.11. Kenaikan Angka Pertumbuhan Sektor Perhubungan dan