64
4.3.2. Pengaruh Suku Bunga Dunia dan Perubahan Nilai Tukar
Suku bunga dunia mempunyai kaitan yang erat dengan inflasi yang dipengaruhi oleh perkembangan tingkat harga komoditi internasional di pasar
dunia dan permintaan agregat. Melemahnya permintaan agregat akan menurunkan inflasi yang pada gilirannya akan memacu turunnya tingkat suku bunga
internasional. Kondisi makroekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara Uni Eropa juga mempunyai pengaruh yang
kuat atas kestabilan tingkat suku bunga dunia dan nilai tukar mata uang. Relatif stabilnya inflasi akan mendorong negara-negara maju untuk melakukan kebijakan
suku bunga yang relatif tetap atau cenderung turun. Sementara itu, perkembangan nilai tukar sangat terkait dengan
perkembangan makroekonomi seperti kesenjangan antara penawaran dan permintaan valuta asing supply-demand imbalance maupun kondisi politik dan
keamanan di dalam negeri. Fluktuasi suku bunga dunia dan nilai tukar mata uang akan berpengaruh pada nilai stok utang dan pembayaran kembali cicilan pokok
dan bunga utang.
4.3.3. Intervensi Kebijakan
Dari sisi kebijakan pemanfaatan utang, berdasarkan pengalaman empiris, paling tidak terdapat tiga intervensi kebijakan yang mempunyai pengaruh penting
terhadap pengelolaan utang luar negeri pemerintah. Intervensi kebijakan tersebut terdiri dari dua intervensi kebijakan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan
pengelolaan kebocoran utang, serta satu intervensi kebijakan dari kreditur melalui ketentuan dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Loan Agreement, Pedoman
Pengadaan Barang dan Jasa Guidelines on Procurement, atau Nota Kesepakatan Memorandum of Understanding dalam penggunaan utang.
4.3.3.1. Intervensi Kebijakan Fiskal Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan porsi penerimaan pajak terhadap PDB tax ratio melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan
merupakan salah satu kebijakan yang sangat penting dalam menjaga
65
kesinambungan fiskal jangka panjang dan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara guna mengurangi defisit. Namun, kebijakan ini perlu dilakukan
secara hati-hati
agar supaya
tidak mengakibatan
disinsentif dalam
mengembangkan investasi dan mengganggu peran stimulus fiskal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan pemerintah yang tepat dalam menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan mendapatkan pembiayaan pembangunan melalui pengadaan utang
luar negeri dapat membangkitkan perekonomian untuk meningkatkan pendapatan negara, sehingga dapat semakin mempercepat penurunan defisit anggaran negara.
4.3.3.2. Intervensi Kebijakan Pemerintah Terkait Dengan Kebocoran
Utang
Besarnya akumulasi stok utang Indonesia sampai saat ini telah menyebabkan banyak pendapat mengenai perlunya pengurangan jumlah utang
sehingga Indonesia tidak terjebak dalam perangkap utang debt trap. Banyak kalangan menilai bahwa utang pemerintah tersebut tidak banyak menyebabkan
Indonesia menjadi lebih baik. Sementara itu, sebagian kalangan menilai bahwa utang luar negeri masih diperlukan untuk hal-hal yang produktif dan diyakini
dapat menggerakkan perekonomian dalam meningkatkan penerimaan negara menjadi lebih besar sehingga mampu dipergunakan untuk membayar kembali
utang-utang yang diadakan. Kelompok lain mempunyai argumen bahwa lambatnya kemajuan hasil
pembangunan yang dilaksanakan dengan utang disebabkan karena banyak terjadi kebocoran dalam penggunaan utang. Dari pengamatan masyarakat, kebocoran
penggunaan utang luar negeri pemerintah diperkirakan mencapai rata-rata 30 persen. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan utang
luar negeri, pemerintah dapat melakukan interfensi kebijakan untuk menekan kebocoran penggunaan utang luar negeri ini melalui berbagai peraturan dan
pedoman penggunaan utang luar negeri sehingga pengelolaan utang dapat lebih transparan, kredibel dan akuntabel.
Transparansi dan akuntabilitas sangat penting artinya dalam pengelolaan utang pemerintah. Apabila instrumen kebijakan pemerintah diketahui publik dan
66
koordinasi diantara instansi pengelola utang publik dapat dijamin, maka hal tersebut akan memperkuat efektifitas dan efisiensi pemanfaatan utang.
4.3.3.3. Intervensi Kebijakan Terkait Dengan Kebijakan Kreditur