21
pembiayaan APBN yang bersumber dari pinjaman dalam negeri, baik berupa pinjaman dari bank sentral maupun dari pengeluaran surat berharga. Kebijakan
anggaran berimbang tersebut ternyata telah berhasil menghindarkan Indonesia dari terjadinya hiperinflasi.
Namun demikian, krisis yang merebak pada pertengahan tahun 1997 pada akhirnya membuat pemerintah tidak mampu lagi bertahan untuk tidak melakukan
pinjaman dari dalam negeri. Kisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 itu pada akhirnya memaksa pemerintah melanggar prinsip tentang anggaran berimbang.
2.2.1.2. Utang Luar Negeri Pemerintah Periode Pelita I Sampai Dengan
Tahun 2005
Sejak awal kemerdekaan, Indonesia telah mulai menggunakan utang luar negeri untuk pembangunan. Namun utang luar negeri tersebut belum terstruktur
dengan baik. Baru sejak tahun 1966, utang luar negeri pemerintah mulai diadministrasikan dengan baik. Secara ringkas, perkembangan beberapa indikator
perekonomian Indonesia selama enam periode lima tahunan sejak awal pemerintahan Orde Baru sampai dengan tahun 2005 dapat digambarkan dalam
Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan Ekonomi Indonesia Pelita I Sampai Dengan Tahun 2005
Periode Posisi Utang
Pemerintah Akhir Periode
juta USD Pertum-
buhan Ekonomi
Rata-rata Inflasi
Cadangan Devisa
Akhir Periode
juta USD Ekspor
Akhir Periode
juta USD Penerimaan
DN Rp triliun
Pelita I 4 426
7.3 persen
14.3 persen
930 2 957.0
1.0 Pelita II
11 330 7.2
17.1 2 917
11 020.0 4.3
Pelita III 19 953
6.1 13.2
5 145 18 689.0
14.4 Pelita IV
38 983 5.2
7.8 6 011
19 509.0 23.0
Pelita V 52 462
8.3 8.2
12 708 36 607.0
52.8 Pelita VI
67 329 -11.6
45.8 23 762
48 756.0 149.3
19992000 75 290
1.5 1.5
27 054 52 030.0
142.2 2000
74 916 4.9
4.3 29 257
62 124.0 152.9
2001 71 378
3.3 12.1
28 016 56 321.0
205.6 2002
74 497 3.4
11.4 32 039
57 159.0 286.0
2003 80 910
3.9 6.3
36 296 61 020.0
304.9 2004
80 734 5.1
6.2 36 320
65 413.0 342.5
2005 79 558
5.5 10.7
34 724 64 479.0
403.0 Sumber: Bank Indonesia, Repelita I-VI, Nota Keuangan dan RAPBN 19992000 sd 2005 diolah
22
2.2.2. Perkembangan Stok Utang Luar Negeri Pemerintah
Secara kronologis, perkembangan stok utang luar negeri Pemerintah Indonesia meningkat terus sejak tahun 1966, dari yang semula hanya berjumlah
USD 2.02 miliar menjadi USD 68.6 miliar pada bulan Maret tahun 2005. Perkembangan stok utang luar negeri pemerintah dari tahun ke tahun secara grafis
dapat dilihat pada Gambar 2.
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0
19 66
19 68
19 70
19 72
19 74
19 76
19 78
19 80
19 82
19 84
19 86
19 88
19 90
19 92
19 94
19 96
19 98
20 00
20 02
20 04
Gambar 2. Grafik Perkembangan Stok Utang Luar Negeri Pemerintah Tahun 1966 - 2005
Pada pertengahan dasawarsa 1970-an terdapat lonjakan utang luar negeri karena ”credit worthiness” pemerintah meningkat dengan adanya kenaikan nilai
ekspor migas. Namun pada saat yang sama kenaikan pinjaman utang luar negeri tersebut juga terjadi karena pada akhirnya pemerintah harus menanggung utang
luar negeri yang semula dilakukan oleh Pertamina. Lonjakan utang luar negeri berikutnya terjadi pada pertengahan dasawarsa
1980-an. Hal ini terjadi karena menguatnya mata uang Yen terhadap Dolar AS sehingga pada akhirnya mempengaruhi jumlah utang luar negeri yang ada dalam
satuan mata uang Dolar AS. Sementara itu, jatuhnya harga minyak pada pertengahan dasawarsa tersebut membuat pemerintah terpaksa menarik utang luar
negeri yang lebih besar, termasuk pinjaman dari IMF dalam bentuk ”Compensatory Financing Facility”, selain pinjaman dari Bank Dunia World
Bank, Bank Pembangunan Asia ADB = Asian Developmet Bank dan Pemerintah Jepang dalam bentuk ”fast disbursing loans”.
M ili
a r USD
Tahun