166
angka lama tahun bersekolah naik 0.889 persen, angka kematian bayi turun 1.418 persen, dan angka usia harapan hidup naik sebesar 0.128 persen.
Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan energi serta sektor perhubungan dan transportasi akan naik, berturut-turut sebesar 0.547 persen dan
0.515 persen. Yang menarik adalah fenomena di sektor pertanian. Meskipun akibat
penurunan kebocoran ini utang di sektor pertanian menurun, namun pertumbuhannya naik sebesar 0.637 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
pinjaman luar negeri tidak terlalu dibutuhkan di sektor pertanian yang relatif tidak membutuhkan skills dan teknologi yang tinggi. Investasinya cukup dengan
pendanaan dari sumber dalam negeri. Hal ini sejalan dengan Laporan Bank Dunia tahun 2008: ”Agriculture for Development” yang menyampaikan bahwa
dalam dua dekade terakhir, Official Development Assistance ODA untuk sektor pertanian di seluruh dunia menurun dengan tajam. Dari sekitar 18 persen pada
tahun 1979 menjadi 3.5 persen pada tahun 2004. Penurunan terjadi tidak hanya share-nya saja tetapi juga nilai absolutnya. Dari USD 8 juta pada tahun 1984
menjadi USD 3.4 juta pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan banyak negara di dunia yang semakin mengurangi utang luar negerinya untuk membiayai
pembangunan di sektor pertanian dan pengairan. Selain itu, kebijakan pemerintah menurunkan kebocoran utang luar
negeri sebesar 10 persen pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 0.659 persen. Secara simultan dampak yang signifikan dari kebijakan ini
adalah turunnya angka pengangguran sebesar 2.05 persen.
7.2.5. Kenaikan Belanja Pemerintah Sebesar 10 Persen
Dari Tabel 46 dapat diketahui bahwa kenaikan belanja pemerintah akan berdampak langsung pada kenaikan alokasi pendanaan belanja rutin dan belanja
pembangunan, yang antara lain melalui kenaikan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kenaikan pada alokasi pembiayaan rupiah murni untuk semua
sektor pembangunan. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan belanja pemerintah sebesar 10
persen akan dibiayai dengan cara menaikkan pendapatan pemerintah sebesar
167
5.924 persen. Kenaikan pendapatan ini akan mengakibatkan naiknya alokasi pendanaan rupiah murni untuk seluruh sektor sebesar 3.683 persen. Selain itu,
kenaikan belanja pemerintah ini juga disumbang oleh naiknya pinjaman luar negeri pemerintah sebesar 3.349 persen.
Dampak lain yang akan timbul akibat kenaikan belanja pemerintah ini adalah peningkatkan pembayaran utang luar negeri pemerintah sebesar 2.743
persen. Hal ini akan menjadi catatan bagi pemerintah dalam pengelolaan utangnya agar tidak terjebak dalam debt trap, mengingat jumlah stok utang
pemerintah saat ini sudah cukup tinggi. Setiap mempunyai kesempatan, pemerintah perlu mempercepat pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo
berikut bunganya. Bahkan apabila keuangan negara menungkinkan, pemerintah dapat mempercepat pembayaran utang yang masih berjalan. Clements 2003
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengurangan yang signifikan atas total stok utang luar negeri di negara-negara miskin pengutang berat Highly
Indebted Poor Countries, HIPC akan langsung menaikkan pendapatan per kapita negara-negara tersebut sekitar 1 persen per tahun. Percepatan dalam
pembayaran cicilan pokok dan bunga utang juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung melalui dampak pada kenaikan
dalam penanaman modal investasi publik.
Tabel 46. Dampak Kenaikan Belanja Pemerintah Sebesar 10 Persen No.
Variabel Nilai Dasar
GOEXP ↗ 10 Predicted
1 Produk Domestik Bruto
978457 1002254
2.432 2
Konsumsi Rumah Tangga 530602
537708 1.339
3 Investasi Masyarakat
271245 275801
1.680 4
Belanja Pemerintah 108873
119760 10.00
5 Nilai Ekspor Bersih
67738 68985
1.841 6
Pendapatan Pemerintah 87920
93128 5.924
7 Defisit Anggaran
2.1019 2.6572
0.555 8
Pembiayaan Rupiah Murni 16687
17302 3.683
9 Pengel. Rp S. Pendidikan
3322 3454
3.974 10
Pengel. Rp S. Kesehatan 2518
2605 3.453
11 Pengel. Rp S. Pertanian
3939 4091
3.867 12
Pengel. Rp S. Energi 2282
2374 4.036
13 Pengel. Rp S. Perhubungan
2527 2631
4.127
168
No. Variabel
Nilai Dasar GOEXP ↗ 10
Predicted
14 Pengel. Rp S. Lainnya
2100 2146
2.184 15
Total Utang LN Pemerintah 29174
30151 3.349
16 Utang LN S. Pendidikan
3951 4050
2.506 17
Utang LN S. Kesehatan 3715
4078 9.771
18 Utang LN S. Pertanian
5442 5776
6.137 19
Utang LN S. Energi 8022
8045 0.287
20 Utang LN S. Perhubungan
6049 6218
2.794 21
Utang LN S. Lainnya 1994
1984 -0.502 22
Total Pemby. ULN Pemerintah 4107
4220 2.743
23 Pemb. Utang S. Pendidikan
570 590
3.431 24
Pemb. Utang S. Kesehatan 493
504 2.246
25 Pemb. Utang S. Pertanian
987 1024
3.687 26
Pemb. Utang S. Energi 789
803 1.846
27 Pemb. Utang S. Perhubungan
901 913
1.294 28
Pemb. Utang S. Lainnya 367
386 5.230
29 Angka Partisipasi Sekolah
91.9711 93.788
1.817 30
Angka Lama Bersekolah 7.0334
7.1877 2.194
31 Angka Kematian Bayi
48.8447 47.1958 -3.376
32 Angka Usia Harapan Hidup
61.4597 61.974
0.837 33
Growth Sektor Pertanian 3.0619
4.4664 1.405
34 Growth Sektor Energi
5.4076 6.7134
1.306 35
Growth Sektor Perhubungan 6.2840
7.2847 1.001
36 Angka Pengangguran
7732 7146 -7.579
Terhadap indikator makro ekonomi Indonesia, kebijakan menaikkan belanja pemerintah sebesar 10 persen ini akan mendorong masyarakat
meningkatkan investasinya sebesar 1.68 persen. Selain itu, peningkatan belanja pemerintah ini juga akan meningkatan pendapatan rumah tangga, sehingga
mendorong peningkatan konsumsi sebesar 1.339 persen. Ekspor bersih pemerintah juga akan terdorong naik sebesar 1.841 persen. Akibat lebih lanjut
adalah naiknya pertumbuhan PDB sebesar 2.432 persen, namun diikuti dengan naiknya persentase defisit anggaran terhadap PDB sebesar 0.555 persen.
Dai simulasi kebijakan pada penelitian ini ternyata ditemukan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugema dan Chowdhury 2005.
Dalam penelitian yang mempelajari dampak bantuan luar negeri terhadap perilaku fiskal di Indonesia tersebut diperoleh kesimpulan antara lain: 1 aliran
169
masuk BLN umumnya terjadi karena kebutuhan untuk menutup kesenjangan fiskal fiscal-gap, 2 bantuan proyek project loan dimaksudkan untuk
membiayai kebutuhan
pembangunan, namun
berakibat meningkatkan
pengeluaran, dan 3 pinjaman program program loan cenderung memacu kenaikan pengeluaran rutin dan bukan untuk kebutuhan pembangunan karena
tujuan dan sifatnya yang diperuntukan guna mendukung kekurangan pendanaan. Kebijakan pemerintah menaikkan anggaran belanjanya juga akan
menimbulkan perubahan pada indikator keberhasilan pembangunan sektoral. Jika pemerintah menaikkan anggaran belanjanya sebesar 10 persen, akibatnya
adalah naiknya APS sebesar 1.817 persen, naiknya THSEK sebesar 2.194 persen, turunnya AKB sebesar 3.376 persen, dan naiknya UHH sebesar 0.837
persen. Tingkat pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan, sektor pertambangan dan energi, serta sektor perhubungan dan transportasi juga
mengalami peningkatan, yaitu berturut-turut naik sebesar 1.405 persen, 1.306 persen, dan 1.001 persen.
Dari angka-angka hasil simulasi seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan pengairan mempunyai multiplier effect terbesar
sehingga dapat diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Secara simultan dampak yang signifikan akibat kebijakan pemerintah
meningkatkan anggaran belanjanya sebesar 10 persen adalah menurunnya angka pengangguran sebesar 7.579 persen.
7.2.6. Kenaikan Pendapatan Pemerintah Sebesar 10 Persen