4
kesinambungan fiskal dalam jangka menengah, namun tanpa mengorbankan momentum pembangunan yang sedang dilaksanakan. Upaya menurunkan beban
utang juga perlu dilakukan melalui upaya mendorong pertumbuhan PDB, sehingga pertumbuhannya lebih cepat dari peningkatan utang. Seiring dengan
upaya untuk menurunkan defisit APBN, kebutuhan pembiayaan eksternal yang berasal dari utang luar negeri telah mulai menunjukkan kecenderungan menurun.
Seperti terlihat pada Tabel 2, proyeksi rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri dan dalam negeri cenderung menurun sampai tahun 2009. Namun,
apabila diperlukan, pendanaan luar negeri dapat saja diadakan kembali untuk pembayaran utang pokok luar negeri amortisasi yang belum dapat dipenuhi dari
sumber penerimaan dalam negeri.
Tabel 2. Proyeksi Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok Utang Pemerintah sebagai Persentase dari PDB Tahun 2006
– 2009 Utang Pemerintah
2006 2007
2008 2009
Pokok Utang Dalam Negeri 1.5
1.5 1.5
1.2 Bunga Utang Dalam Negeri
1.7 1.5
1.2 1.0
Pokok Utang Luar Negeri 1.9
1.7 1.6
1.5 Bunga Utang Luar Negeri
0.9 0.8
0.8 0.7
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, 2004 – 2009 diolah.
Berdasarkan hal-hal tersebut, sampai saat ini pemerintah tetap menempuh kebijakan bahwa kontribusi dan penggalangan sumber-sumber pendanaan dari
luar negeri masih merupakan alternatif pembiayaan eksternal yang dibutuhkan untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi setiap tahunnya.
1.1.3. Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah
Jumlah pembiayaan pembangunan pemerintah Indonesia yang berasal dari utang luar negeri selama lebih dari tiga dekade ini semakin lama semakin
membesar. Jumlah stok utang luar negeri pemerintah yang pada tahun 1966 baru mencapai USD 2.02 miliar Harinowo, 2002, pada bulan Maret 2005 sudah
mencapai USD 77.68 miliar Bank Indonesia, 2005. Gambaran jumlah utang pemerintah berdasarkan sumbernya selama empat tahun terakhir, dapat dilihat
5
pada Tabel 3. Untuk ukuran negara berkembang, jumlah utang luar negeri pemerintah Indonesia saat ini tergolong cukup tinggi.
Tabel 3. Perkembangan Stok Utang Luar Negeri Pemerintah Tahun 2002 - 2005
juta USD
No. SUMBER 2002
2003 2004
Maret 2005
1 Multilateral
20 282 873 19 738 670
19 250 788 18 894 481
2 Bilateral
26 074 045 29 882 955
30 338 931 29 521 843
3 Export Credit
16 605 092 18 397 278
18 022 489 17 260 418
4 Leasing
368 740 301 906
224 873 207 000
5 One Bank Credit
98 525 102 528
85 482 85 649
6 Syndicated Credit
1 838 497 1 847 839
1 837 368 1 310 521
7 Bond
400 000 400 000
1 320 000 1 320 000
8 BOP Support
8 829 920 10 238 606
9 653 885 9 075 186
TOTAL 74 497 062
80 909 782 80 733 816
77 675 098
Sumber: Utang Luar Negeri Pemerintah Volume VII-1, Divisi Analisis dan Administrasi Utang Luar Negeri, Direktorat Internasional, Bank Indonesia, Maret 2005.
Pada Tabel 4 disajikan beberapa indikator beban utang Indonesia, yang menurut kriteria Bank Dunia sudah mendekati batas yang tidak aman. Sebagai
contoh, dalam tahun 2005, rasio utang Indonesia terhadap pengeluaran pemerintah Debt Service to Goverment Expenditure = DSGR mencapai 26.8 persen,
sedangkan rasio total utang pemerintah utang dalam negeri dan utang luar negeri terhadap PDB Debt Service Ratio = DSR mencapai lebih dari 40 persen. Angka
ini jauh melebihi batas aman menurut kriteria Bank Dunia yang hanya sebesar 20 persen. Dalam APBN tahun anggaran 2005, alokasi belanja negara untuk
pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya mencapai Rp 64 triliun atau 2.9 persen dari PDB.
Tabel 4. Perkembangan Indikator Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia Tahun 1990 - 2005
INDIKATOR 1990
1995 2000
2005 Kriteria
Bank Dunia
DSR Total 38.83
36.15 46.96
40.72 20
DebtGDP, DTO 61.74
54.76 107.48
54.93 50-80
DebtExport, DTX 249.10
237.43 228.07
221.90 130-220
DSGR 31.64
31.36 26.05
26.78 -
NRF miliar Rp 4 195.60
11 480.20 39 872.40
69 989.00 -
Sumber: beberapa sumber diolah.
6
1.1.4. Kinerja Utang Luar Negeri Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi