47
penyesuaian yang diperlukan guna menjamin solvency dan mengukur jumlah penyesuaian fiskal yang dibutuhkan untuk stabilisasi rasio utang terhadap PDB.
Terdapat 3 indikator kesinambungan yaitu: 1 positive net worth yaitu Present Discounted Value PDV dari primary fiscal balance lebih besar dari atau sama
dengan stok utang. Ukuran penyesuaian fiskal yang diperlukan untuk menjamin sustainabilitas dalam pendekatan ini adalah selisih antara rasio utang terhadap
PDB mula-mula dengan PDV dari keseimbangan primer primary balance, 2 keseimbangan primer yang menstabilkan rasio utang terhadap PDB mula-mula
dikurangi primary balance actual. Jika gap-nya positif maka penurunan fiskal
diperlukan agar supaya rasio utang terhadap PDB stabil. Pengukuran ini membutuhkan paling tidak informasi mengenai primary balance actual, rasio
utang terhadap PDB mula-mula, suku bunga riil, dan tingkat pertumbuhan. Indikator ini sesungguhnya sama dengan positive net worth ketika utang
mula-mula distabilkan, dan 3 medium-term tax gap yang mengukur kebutuhan penyesuaian pada tax ratio untuk menstabilkan rasio utang terhadap PDB.
3.3. Kesinambungan dan Kedinamisan Utang
Dalam Bappenas 2004, disebutkan paling tidak terdapat dua pendekatan untuk menjelaskan mengenai kesinambungan utang debt sustainability yang
didasari oleh pendekatan perilaku the behaviour-based approach. Pertama, pendekatan the behaviour-based approach dari sisi debitur borrower dan kedua,
pendekatan the behaviour-based approach dari sisi kreditur lender. IMF dan Bank Dunia mendefinisikan debt sustainability suatu negara dari kemampuan dan
kemauannya untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali utang luar negeri sepenuhnya tanpa adanya permintaan penjadwalan kembali rescheduling atau
penumpukan tunggakan dan tanpa kompromi terhadap pertumbuhan Belloc dan Vertova, 2001. Definisi IMF dan Bank Dunia ini memfokuskan konsep
sustainability dari sisi debitur. Pendekatan yang sama juga digunakan oleh Heavily Indebted Poor Country HIPC. HIPC menekankan pentingnya debt
sustainability baik dalam hal mendefinisikan negara-negara yang layak eligible dan penentuan pengurangan utang debt relief yang sesuai.
Sementara itu pendekatan dari sisi kreditur, debt sustainability
48
didefinisikan sebagai tingkat supply pembiayaan luar negeri tertentu kepada negara-negara kreditur. Pendekatan ini menekankan bahwa tingkat supply
tertentu sustainable jika memberikan ekspektasi bahwa untuk skenario yang akan datang debitur dapat terus membiayai defisit dari kreditur baik defisit fiskal
maupun defisit neraca berjalan. Secara umum, analisis debt sustainability dapat dijabarkan melalui
pendekatan utang pemerintah domestik. Misalkan utang pemerintah di masa lalu adalah b
o
≥ 0, dan perekonomian dimulai pada periode 1 dimana diasumsikan tingkat bunga rill r dan PDB n = 0 konstan. Negara debitur diasumsikan
memaksimalkan utilitas imtemporalnya dalam jangka waktu tertentu. Jika pada periode T 1,2,...,T rasio pengeluaran terhadap PDB adalah g
T
dan rasio penerimaan adalah
τ
T
, maka tingkat utang pada tiap periode dapat diformulasikan sebagai berikut:
1 1
1
1 b
r g
b
1 2
2 2
1 b
r g
b
2 1
1 2
2 2
1 1
b r
g r
g b
3 1
1 2
2 2
3 3
3
1 1
1 b
r g
r g
r g
b
1 1
1 1
1
1 1
.... 1
b r
g r
g r
g b
T T
T T
T T
T
sehingga dapat dirumuskan:
T t
T T
T t
T
b r
r g
b
1 1
1 1
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.27
dimana tingkat utang pada akhir periode T adalah sama dengan tingkat utang awal b
o
yang diakumulasi pada tingkat bunga r selama periode T ditambah dengan jumlah defisit surplus primer dimana masing-masing diakumulasi pada
tingkat bunga r dan selama periode T- t. Misalnya dapat diketahui nilai defisit surplus primer anggaran pemerintah, present value, b
T
, adalah:
T t
t t
t T
T
b r
g r
b
1
1 1
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.28
49
Jika diasumsikan bahwa tingkat utang harus meningkat antar waktu dengan peningkatan lebih kecil dibandingkan dengan tingkat bunga, r, maka
dapat dirumuskan tingkat utang awal b
o
adalah:
1
1 b
r g
t t
t t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.29
Kondisi tingkat utang harus meningkat antar waktu dengan peningkatan lebih kecil dibandingkan dengan tingkat bunga, r, dengan kata lain dapat
dikatakan jika pemerintah ingin menggunakan seluruh penerimaannya untuk membayar kembali utang, pembayaran kembali ini tidak dapat dibayar dengan
utang baru. Kondisi ini disebut juga sebagai No Ponzi Game. Lebih jauh lagi dijabarkan bahwa tingkat utang saat ini bisa saja positif dan terus tumbuh bahkan
dengan pertumbuhan yang lebih kecil dari pada tingkat bunga riil. Namun dalam jangka panjang, tingkat utang saat ini b
t
harus sama dengan 0 pada waktu tertentu. Dengan kata lain, kondisi ini menjelaskan bahwa total penerimaan riil
harus melebihi total pengeluaran riil dengan nilai sama dengan nilai utang pokok yang konsisten antar waktu.
Nilai utang pokok yang konsisten dimaksud adalah nilai b
1
, b
2
, b
y
... b
T
yang mengikuti persamaan 3.27. Nilai utang pokok yang konsisten ini juga menjelaskan kedinamisan utang debt dynamic dimana nilai utang antar waktu
akan berpengaruh antar waktu. Atau dengan kata lain, stok utang saat ini akan ditentukan oleh stok utang yang lalu dimana dengan tingkat bunga, surplus riil,
dan pertumbuhan tertentu dapat memenuhi kondisi solvabilitas. Jika kemudian diasumsikan kembali bahwa pertumbuhan PDB konstan
pada nilai tertentu n 0, maka persamaan 3.28 di atas dapat diformulasikan kembali sebagai berikut:
T t
T T
t t
T
n r
b n
r g
b
1 1
1 1
1 1
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.30
Jika n r maka
T T
n r
b b
1
1
meningkat terus dan menuju titik 0 untuk T → ∞.
Dengan demikian jika pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pada tingkat bunga riil, maka b
T
akan ditentukan oleh keseimbangan primer, bukan oleh utang
50
yang terkumpul di masa lalu. Dapat disimpulkan bahwa ketika pertumbuhan ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga riil, maka suatu nilai utang tidak akan
menimbulkan masalah sustainabilitas.
3.4. Penelitian Terdahulu