125
diartikan bahwa jika terjadi peningkatan lender driven di sektor pendidikan sebesar 1 persen, maka dampaknya adalah kenaikan jumlah utang luar negeri di
sektor ini sebesar 0.6072 persen dalam jangka pendek dan 0.9593 persen dalam jangka panjang. Hal ini memperkuat asumsi sebelumnya bahwa Indonesia
merupakan small country adalah benar. Artinya Indonesia masih lemah dalam diplomasi ekonomi, sehingga dalam setiap negosiasi maupun pelaksanaan loan,
Indonesia cenderung tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti ketentuan- ketentuan yang telah disiapkan oleh krediturlender.
Lebih jauh lagi, dari perilaku peubah bedakala dapat diketahui bahwa jumlah utang luar negeri di sektor pendidikan mempunyai respon yang relatif
lambat untuk mencapai titik keseimbangannya jika terjadi perubahan ekonomi.
6.2.12. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Kesehatan
Penggunaan utang luar negeri di sektor kesehatan dipengaruhi oleh jumlah pendanaan rupiah murni yang dialokasikan untuk sektor kesehatan,
pembayaran utang luar negeri dan intervensi donor dalam kebijakan pinjamannya di sektor tersebut, dan suku bunga pinjaman luar negeri. Perubahan
alokasi pendanaan rupiah murni dan tingkat bunga pinjaman luar negeri di sektor kesehatan menimbulkan pengaruh yang negatif atas utang luar negeri di sektor
tersebut. Sebaliknya besarnya pembayaran utang luar negeri dan intervensi donor di sektor kesehatan mempunyai pengaruh yang positif atas keberadaan
utang luar negeri di sektor tersebut. Hasil estimasi dan elastisitas utang luar negeri di sektor kesehatan dapat diikuti pada Tabel 22.
Tabel 22. Hasil Estimasi dan Elastisitas Utang LN di Sektor Kesehatan Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
RPKES -0.063985 -0.0435 -0.0651
0.4606 Pengel. Rp S. Kesehatan PUKES
0.461412 0.0728
0.1089 0.0236 Pemb. Utang S. Kesehatan
DRVKES 1.956491
0.7404 1.1077
0.0001 Lender Driven S. Kesehatan LIBOR
-61.939128 -0.0882 -0.1320 0.1604 Suku Bunga LIBOR
LUTKES 0.331566
- -
0.0005 Lag UTKES
126
Respon perubahan utang luar negeri atas perubahan pembayaran utang luar negeri dan intervensi lender di sektor kesehatan adalah inelastis baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang dengan respon yang positif. Hal ini berarti setiap 1 persen kenaikan pada pembayaran utang luar negeri di sektor
kesehatan akan menaikkan utang luar negeri sektor tersebut sebesar 0.0728 persen dalam jangka pendek dan 0.1089 persen dalam jangka panjang. Demikian
pula, setiap 1 persen kenaikan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh rekanan luar negeri akan menaikkan jumlah pinjaman luar negeri baru
sektor kesehatan sebesar 0.7404 persen dalam jangka pendek dan 1.1077 persen dalam jangka panjang. Hal ini juga dapat dijelaskan bahwa kemampuan
sumberdaya manusia perencana pembangunan di sektor kesehatan masih belum menunjukkan dominasi dalam pembangunan bidang kesehatan, sehingga
cenderung untuk mengikuti perencanaan yang sudah disiapkan oleh kreditur. Lebih jauh lagi, dari variabel peubah bedakala pada Tabel 22 dapat
diketahui bahwa perilaku utang luar negeri di sektor kesehatan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai titik keseimbangannya dalam merespon
perubahan ekonomi yang terjadi. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri sektor kesehatan akan lambat kembali pada keseimbangannya.
6.2.13. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Pertanian dan Pengairan