I.  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan  nasional  yang  selama  ini  dilaksanakan  di  Indonesia  pada hakekatnya  bertujuan  untuk  mewujudkan  bangsa  dan  negara  Indonesia  yang
maju,  mandiri,  sejahtera,  dan  berkeadilan,  serta  aman  dalam  bingkai  Negara Kesatuan  Republik  Indonesia  yang  berdasarkan  Pancasila  dan  UUD  1945.
Upaya  yang  harus  ditempuh  adalah  melaksanakan  investasi  di  berbagai  bidang pembangunan.  Dengan  keterbatasan  sumber  penerimaan  dalam  negeri,  maka
agar pembangunan tetap berlangsung, diperlukan sumber pembiayaan lain yang salah satunya bersumber dari utang luar negeri. Sejak pemerintahan Orde Lama,
utang luar negeri telah digunakan dalam mempercepat pembangunan Indonesia. Namun  dalam  perkembangannya,  meskipun  utang  luar  negeri  di  satu  sisi
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun di sisi lain mendapat kritik  yang tajam dari berbagai kalangan karena kinerjanya tidak
seperti  yang diharapkan, yaitu belum mampu mengangkat  Indonesia menuju ke taraf negara-negara maju di Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia, atau China.
1.1.1. Defisit Anggaran Pemerintah dan Pembiayaan Pembangunan
Pembangunan nasional dilaksanakan melalui berbagai investasi baik yang dilakukan  langsung  oleh  swasta  maupun  oleh  pemerintah.  Namun  karena
keterbatasan  akan  sumber  pendanaan  dalam  negeri,  salah  satu  cara  yang ditempuh  pemerintah  adalah  melalui  pembiayaan  defisit.  Defisit  anggaran
pemerintah  timbul  karena  belanja  pemerintah  lebih  besar  dari  pendapatan pemerintah.  Pada  umumnya  defisit  dibiayai  melalui  tiga  cara,  yaitu:  1
pencetakan  uang,  2  pengadaan  utang,  dan  3  penjualan  aset  negara.  Bagi Indonesia, selain melalui penjualan aset negara dan pencetakan uang, kebutuhan
untuk  investasi  yang  berasal  dari  utang  merupakan  hal  yang  tidak  dapat dipisahkan dalam kerangka pencarian sumber-sumber pendanaan pembangunan.
Pada masa Orde Lama, pendanaan defisit anggaran pemerintah dilakukan melalui  pencetakan  uang  baru  yang  mengakibatkan  terjadinya  hyper  inflation.
2
Pengalaman  ini  kemudian  menempatkan  utang,  khususnya  utang  luar  negeri sebagai  salah  satu  instrumen  penting  dalam  pembiayaan  defisit  anggaran
pemerintah  dalam  rangka  mempertahankan  kelangsungan  anggarannya  fiscal sustainability.  Adanya  utang  luar  negeri  ini  memungkinkan  pemerintah
meningkatkan  pengeluaran  pembangunannya  lebih  tinggi  dari  yang  dapat dilakukan dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Selain  itu,  utang  luar  negeri  dapat  digunakan  pula  untuk  menutupi  kebutuhan akan  devisa  akibat  penerimaan  ekspor  yang  lebih  kecil  dari  pengeluaran  untuk
membiayai impor.
1.1.2. Tantangan Pembiayaan Pembangunan
Utang  pemerintah  pada  saat  ini,  khususnya  utang  luar  negeri,  sudah berperan  sebagai  faktor  yang  mengganggu  stabilitas  Anggaran  Pendapatan  dan
Belanja  Negara  APBN.  Seperti  terlihat  pada  Tabel  1,  dalam  APBN  sampai dengan tahun anggaran 19992000, beban pembayaran cicilan pokok dan bunga
utang  luar  negeri  pemerintah  debt  service  sudah  mencapai  di  atas  65  persen dari  dana  yang  dialokasikan  untuk  pembangunan.  Bahkan,  pada  tahun
19981999,  beban  tersebut  mencapai  129.7  persen  dari  pengeluaran pembangunan  dan  belanja  daerah  atau  5.2  persen  dari  Produk  Domestik  Bruto
PDB.  Di  sisi  lain,  penarikan  pinjaman  luar  negeri  untuk  membiayai pembangunan  mencapai  Rp  26.2  triliun  atau  2.5  persen  dari  PDB.  Mengingat
bahwa  untuk  mencapai  tingkat  pertumbuhan  ekonomi  yang  tinggi  diperlukan investasi  yang  besar,  maka  beban  pembayaran  utang  tersebut  secara  bertahap
harus  dikurangi,  sehingga  dana  yang  dialokasikan  untuk  pembangunan  tidak semakin mengecil.
Oleh  karena  itu,  menjaga  kesinambungan  fiskal  akan  menjadi  kunci permasalahan  utama  pemerintah  pada  masa-masa  mendatang.  Meskipun  terjadi
penurunan  utang  terhadap  rasio  PDB  dan  reprofiling  utang  yang  terus dijalankan,  pemerintah  masih  harus  menghadapi  beban  yang  sangat  besar  pada
permintaan  keuangan.  Dengan  tidak  adanya  forum  Paris  Club  bagi  Indonesia sejak  tahun  2004,  masalah  yang  dihadapi  pemerintah  di  bidang  fiskal  adalah
menurunkan  defisit  APBN  dan  stok  utang  pemerintah  untuk  menciptakan
Tabel 1.  Profil Pembayaran dan Penjadwalan Utang Luar Negeri Pemerintah
Tahun Anggaran
PDB Rp triliun
Penda- patan
Negara di luar
Hibah Rp triliun
Penge- luaran
Pemb. dan Belanja
Daerah Rp triliun
Penarikan Utang Luar Negeri
Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok Utang Luar Negeri
Pinjaman Program dan Penjadwalan Utang Luar Negeri
Nomi- nal
Rp triliun
Thdp PDB
Nominal Rp triliun Thdp
PN Non-
Hibah Thdp
PP dan BD
Thdp PDB
Nomi- nal
Rp triliun
Thdp PN
Non- Hibah
Thdp PP dan
BD Thdp
PDB Bunga
Cicilan Pokok
Juml 199394
na 56.11
17.68 10.75
na na
na 17.04
30.37 96.38
na na
na na
na 199495
na 66.42
27.50 9.84
na 6.14
12.15 18.29
27.54 66.51
na na
na na
na 199596
na 71.34
27.90 9.00
na 6.62
13.87 20.49
28.72 73.44
na na
na na
na 199697
na 86.28
33.22 11.90
na 6.61
16.29 22.90
26.54 68.93
na na
na na
na 199798
624.38 101.77
34.32 14.39
2.30 10.82
18.67 29.49
28.98 85.93
4.72 na
na na
na 199899
1 049.70 156.41
42.04 26.18
2.49 24.48
30.05 54.53
34.86 129.71
5.19 24.93
15.94 59.30
2.37 199900
1 134.60 200.64
50.70 24.38
2.15 20.50
20.20 40.70
20.29 80.28
3.59 25.20
12.56 49.70
2.22 2000
937.45 205.33
41.92 16.97
1.81 18.80
7.62 26.42
12.87 63.02
2.82 0.80
0.39 1.91
0.09 2001
1 449.40 300.60
102.42 20.21
1.39 28.90
15.88 44.78
14.90 43.72
3.09 6.42
2.14 6.27
0.44 2002
1 610.01 304.89
125.00 20.22
1.26 28.32
13.05 41.37
13.57 33.10
2.57 9.35
3.07 7.48
0.58 2003
1 791.64 337.47
179.55 14.75
0.82 26.79
17.59 44.38
13.15 24.72
2.48 5.74
1.70 3.20
0.32 2004
1 999.65 349.30
169.54 19.73
0.99 24.30
44.38 68.75
19.68 40.55
3.44 8.50
2.43 5.01
0.43 Sumber:  Data-data Perhitungan Anggaran Negara PAN, Departemen Keuangan diolah.
Keterangan: PN = Pendapatan Negara;  PP = Pengeluaran Pembangunan; BD = Belanja Daerah
4
kesinambungan  fiskal  dalam  jangka  menengah,  namun  tanpa  mengorbankan momentum  pembangunan  yang  sedang  dilaksanakan.  Upaya  menurunkan  beban
utang  juga  perlu  dilakukan  melalui  upaya  mendorong  pertumbuhan  PDB, sehingga  pertumbuhannya  lebih  cepat  dari  peningkatan  utang.  Seiring  dengan
upaya  untuk  menurunkan  defisit  APBN,  kebutuhan  pembiayaan  eksternal  yang berasal dari utang luar negeri telah mulai menunjukkan kecenderungan menurun.
Seperti terlihat pada Tabel  2, proyeksi rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar  negeri  dan  dalam  negeri  cenderung  menurun  sampai  tahun  2009.  Namun,
apabila  diperlukan,  pendanaan  luar  negeri  dapat  saja  diadakan  kembali  untuk pembayaran utang pokok luar negeri amortisasi yang belum dapat dipenuhi dari
sumber penerimaan dalam negeri.
Tabel 2.  Proyeksi Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok Utang Pemerintah sebagai Persentase dari PDB Tahun 2006
– 2009 Utang Pemerintah
2006 2007
2008 2009
Pokok Utang Dalam Negeri 1.5
1.5 1.5
1.2 Bunga Utang Dalam Negeri
1.7 1.5
1.2 1.0
Pokok Utang Luar Negeri 1.9
1.7 1.6
1.5 Bunga Utang Luar Negeri
0.9 0.8
0.8 0.7
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, 2004 – 2009 diolah.
Berdasarkan hal-hal  tersebut,  sampai saat  ini  pemerintah  tetap  menempuh kebijakan  bahwa  kontribusi  dan  penggalangan  sumber-sumber  pendanaan  dari
luar  negeri  masih  merupakan  alternatif  pembiayaan  eksternal  yang  dibutuhkan untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi setiap tahunnya.
1.1.3. Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah