192
persen, sektor kesehatan sebesar 5.45 persen, sektor pertanian dan pengairan sebesar 2.785 persen, sektor pertambangan dan energi sebesar 4.409 persen,
serta sektor perhubungan sebesar 1.438 persen. Dari hasil simulasi diatas juga dapat dijelaskan bahwa peningkatan
pertumbuhan sektor-sektor pembangunan tersebut akan menggerakkan partisipasi masyarakat dan swasta untuk meningkatkan investasinya, yang akan
naik sebesar 0.212 persen. Hal ini akan memacu peningkatan ekspor, sehingga ekspor bersih meningkat sebesar 0.162 persen, yang pada gilirannya akan
meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar 0.413 persen. Kebijakan pemerintah menetapkan target pertumbuhan sektor-sektor
pembangunan tersebut pada akhirnya akan dapat meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 0.344 persen, yang diikuti dengan turunnya angka pengangguran
sebesar 1.073 persen.
7.2.13.2. Penurunan Utang LN, Pengaruh Lender Driven dan Kebocoran
Utang LN Sebesar 10 Persen
Apabila pemerintah tidak mempunyai lagi ruang untuk menerapkan kebijakan fiskal yang secara langsung dapat mempengaruhi besaran angka
APBN, maka pemerintah dapat mencoba melakukan kebijakan menurunkan jumlah utang luar negeri disertai dengan penurunan lender driven dan
pengurangan kebocoran utang luar negeri secara bersama-sama. Kebijakan pemerintah menurunkan utang luar negeri, disertai dengan
penurunan pengaruh lender dan kebocoran utang masing-masing sebesar 10 persen akan menyebabkan turunnya utang luar negeri pemerintah di semua
sektor sebesar 10 persen. Namun guna mempertahankan jalannya roda pembangunan dalam rangka mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat,
pemerintah akan meningkatkan belanja pembangunannya melalui kenaikan alokasi pendanaan dari sumber dalam negeri. Pembiayaan rupiah murni untuk
pembangunan akan meningkat sebesar 7.22 persen. Kenaikan ini disumbang oleh kenaikan alokasi rupiah murni di semua sektor pembangunan, yaitu sektor
pendidikan naik sebesar 7.026 persen, sektor kesehatan naik sebesar 6.528 persen, sektor pertanian dan pengairan naik sebesar 8.009 persen, sektor
193
pertambangan dan energi naik sebesar 7.048 persen, sektor perhubungan dan transportasi naik sebesar 7.742 persen, serta sektor lainnya sebesar 6.38 persen.
Penurunan jumlah utang luar negeri ini juga akan berdampak pada menurunnya pembayaran utang luar negeri sebesar 1.57 persen. Akibatnya
belanja pemerintah akan turun sebesar 0.632 persen. Untuk menahan membengkaknya defisit anggaran, pemerintah akan memacu pendapatannya
melalui peningkatan penerimaan dalam negeri, yang diperkirakan akan meningkat sebesar 1.634 persen. Dengan demikian, persentase defisit anggaran
per PDB akan menurun sebesar 0.17 persen. Dampak yang timbul akibat kebijakan ini, baik terhadap indikator perekonomian makro Indonesia maupun
terhadap indikator sektoral dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 55.
Tabel 55. Dampak Penurunan Utang LN, Pengaruh Lender Driven dan Kebocoran Utang LN Sebesar 10 Persen
No. Variabel
Nilai Dasar KOMBINASI 2
Predicted
1 Produk Domestik Bruto
978457 974815
-0.372 2
Konsumsi Rumah Tangga 530602
527626 -0.561
3 Investasi Masyarakat
271245 270900
-0.127 4
Belanja Pemerintah 108873
108185 -0.632
5 Nilai Ekspor Bersih
67738 68104
0.540 6
Pendapatan Pemerintah 87920
89356 1.634
7 Defisit Anggaran
2.1019 1.9315
-0.170 8
Pembiayaan Rupiah Murni 16687
17892 7.220
9 Pengel. Rp S. Pendidikan
3322 3555
7.026 10
Pengel. Rp S. Kesehatan 2518
2682 6.528
11 Pengel. Rp S. Pertanian
3939 4254
8.009 12
Pengel. Rp S. Energi 2282
2443 7.048
13 Pengel. Rp S. Perhubungan
2527 2723
7.742 14
Pengel. Rp S. Lainnya 2100
2234 6.380
15 Total Utang LN Pemerintah
29174 26257 -10.000
16 Utang LN S. Pendidikan
3951 3556
-10.00
17 Utang LN S. Kesehatan
3715 3344
-10.00
18 Utang LN S. Pertanian
5442
4898 -10.00
19 Utang LN S. Energi
8022 7220
-10.00
20 Utang LN S. Perhubungan
6049 5444
-10.00
21 Utang LN S. Lainnya
1994 1795
-10.00
22 Total Pemby. ULN Pemerintah
4107 4043
-1.570 23
Pemb. Utang S. Pendidikan 570
561 -1.710
194
No. Variabel
Nilai Dasar KOMBINASI 2
Predicted
24 Pemb. Utang S. Kesehatan
493 472
-4.285 25
Pemb. Utang S. Pertanian 987
971 -1.635
26 Pemb. Utang S. Energi
789 779
-1.229 27
Pemb. Utang S. Perhubungan 901
898 -0.367
28 Pemb. Utang S. Lainnya
367 362
-1.268 29
Angka Partisipasi Sekolah 91.9711
91.7156 -0.255
30 Angka Lama Bersekolah
7.0334 6.9786
-0.779 31
Angka Kematian Bayi 48.8447
49.1499 0.625
32 Angka Usia Harapan Hidup
61.4597 61.0888
-0.603 33
Growth Sektor Pertanian 3.0619
3.2489 0.187
34 Growth Sektor Energi
5.4076 5.5884
0.181 35
Growth Sektor Perhubungan 6.2840
6.3172 0.033
36 Angka Pengangguran
7732 7822
1.159
Dari simulasi kebijakan diatas dapat dilihat bahwa meskipun pemerintah menurunkan alokasi pendanaan pembangunan yang berasal dari luar negeri,
namun alokasi pembiayaan rupiah murni meningkat. Hal ini akan memacu pertumbuhan pembangunan secara sektoral. Akibatnya, angka partisipasi
sekolah turun 0.255 persen, tahun lama bersekolah turun 0.779 persen, angka kematian bayi naik 0.625 persen, dan usia harapan hidup turun 0.603 persen.
Sebaliknya peningkatan terjadi pada sektor pertanian dan pengairan, sektor pertambangan dan energi, serta sektor perhubungan dan transportasi berturut-
turut sebesar 0.187 persen, 0.181 persen, dan 0.033 persen. Dilihat dari sisi indikator perekonomian makro Indonesia, peningkatan
pertumbuhan sektoral ini akan memacu turunnya investasi masyarakat sebesar 0.127 persen, yang juga disumbang oleh dana masyarakat yang disisihkan untuk
ditabung. Dampaknya adalah turunnya konsumsi rumah tangga sebesar 0.561 persen namun disertai dengan meningkatnya ekspor bersih sebesar 0.54 persen.
Dari hasil simulasi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah menurunkan utang luar negeri sebesar 10 persen, yang bersamaan
dengan penurunan lender driven dan kebocoran utang luar negeri masing-masing sebesar 10 persen akan menyebabkan turunnya tingkat pertumbuhan PDB
sebesar 0.372 persen yang diikuti dengan naiknya angka pengangguran sebesar 1.869 persen.
195
7.2.13.3. Kenaikan Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengairan Sebesar