112
Berdasarkan hasil uji statistik Durbin-Watson, terdapat 8 persamaan perilaku yang mempunyai masalah serial korelasi. Menurut Pindyck dan
Rubinfeld 1991, masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi pendugaan parameter dan jika serial korelasi tersebut tidak menimbulkan bias parameter
regresi, maka hasil dalam pendugaan model pada penelitian ini dapat dinyatakan cukup refresentatif dalam menggambarkan fenomena ekonomi utang luar negeri
pemerintah Indonesia.
6.2. Keragaan Model Utang Luar Negeri
Setelah dilakukan beberapa alternatif spesifikasi model, akhirnya diperoleh model Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia yang terdiri dari 33
persamaan perilaku. Berikut ini akan diuraikan respon masing-masing persamaan perilaku, sebagai berikut:
6.2.1. Respon Konsumsi Rumah Tangga
Berdasarkan konsep ekonomi makro, konsumsi merupakan fungsi dari tingkat disposebel income tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa perubahan tingkat pendapatan memiliki dampak yang positif terhadap tingkat konsumsi. Artinya peningkatan pendapatan akan
menyebabkan meningkatnya tingkat konsumsi rumah tangga. Respon setiap variabel pada persamaan ini dapat diikuti pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Estimasi dan Elastisitas Konsumsi Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
DINC 0.307615
0.4038 1.2190
0.0051 Pendapatan Disposebel UNEM
-19.97939 -0.1422 -0.4293 0.0122 Angka Pengangguran
BLJRTN 0.874642
0.1004 0.3031
0.0078 Belanja Rutin LKONS
0.668766 -
- 0.0001 Lag KONS
Respon perubahan tingkat konsumsi rumah tangga atas perubahan pendapatan disposebel adalah inelastis untuk jangka pendek dan elastis untuk
jangka panjang. Sedangkan terhadap perubahan tingkat pengangguran, responnya adalah inelastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
113
Hal ini mengindikasikan bahwa untuk jangka pendek konsumsi pokok masih merupakan kebutuhan penduduk yang mendasar. Angka elastisitas tersebut dapat
diartikan bahwa setiap peningkatan 1 persen pendapatan yang siap dibelanjakan, hanya akan meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar 0.4038 persen dalam
jangka pendek dan 1.219 persen dalam jangka panjang. Ini berarti untuk jangka pendek kenaikan pendapatan yang dapat dibelanjakan bagi sebagian besar
masyarakat tidak banyak merubah pola konsumsi rumah tangga. Artinya apabila pola konsumsi masyarakat, khususnya masyarakat miskin adalah kebutuhan
pokok sandang dan pangan, maka sebagian besar kenaikan pendapatan disposebel akan dikomsumsi untuk membeli tambahan kebutuhan pokok.
Demikian pula dalam hal pengangguran. Hasil estimasi dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1 persen jumlah pengangguran akan menurunkan
konsumsi rumah tangga sebesar 0.1422 persen untuk jangka pendek dan 0.4293 persen untuk jangka panjang. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi adalah
peubah bedakala, dimana probabilitas peubah bedakala tersebut adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga membutuhkan
waktu yang relatif lambat dalam merespon perubahan ekonomi.
6.2.2. Respon Investasi Masyarakat