117
praktek kenegaraan hal ini berarti kenaikan pendapatan pemerintah tidak seluruhnya dialokasikan untuk meningkatkan pendanaan sektor pendidikan saja,
tetapi juga dialokasikan untuk kebutuhan di luar sektor pendidikan. Disisi lain, perubahan belanja rutin pemerintah dan APS tahun
sebelumnya ternyata secara positif tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan alokasi rupiah murni di sektor pendidikan. Masih ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perubahan alokasi rupiah murni di sektor pendidikan, antara lain angka pertumbuhan THSEK yang mempunyai pengaruh negatif atas alokasi
rupiah murni sektor pendidikan dengan respon yang elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya apabila angka pertumbuhan THSEK
naik, maka alokasi rupiah murni sektor pendidikan untuk tahun ini bisa dikurangi. Setiap 1 persen kenaikan pertumbuhan THSEK akan menurunkan
alokasi rupiah murni sektor ini sebesar 0.0231 persen untuk jangka pendek dan 0.1759 persen untuk jangka panjang. Secara logika hal ini dapat dimengerti
mengingat masih banyak sektor lain yang juga perlu mendapatkan tambahan alokasi anggaran.
Faktor lain yang mempengaruhi alokasi rupiah murni sektor pendidikan adalah peubah bedakala dengan probabilitas yang sangat signifikan pada taraf
kepercayaan 99 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa alokasi rupiah murni sektor ini membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali
kepada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi.
6.2.6. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Kesehatan
Munculnya endemi, berbagai penyakit menular baru dan tingginya angka kematian bayi mengakibatkan pembangunan sektor kesehatan menjadi salah satu
perhatian utama pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini. Perilaku alokasi pendanaan rupiah murni untuk pembangunan sektor kesehatan dipengaruhi oleh
pendapatan pemerintah, alokasi pendanaan untuk belanja rutin dan selisih angka kematian bayi, serta angka usia harapan hidup tahun sebelumnya.
Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa kenaikan pendapatan pemerintah akan meningkatkan alokasi rupiah murni untuk pembangunan sektor kesehatan
dengan respon inelastis untuk jangka pendek dan elastis untuk jangka panjang.
118
Secara statistik hal ini dapat diartikan bahwa apabila pendapatan pemerintah meningkat sebesar 1 persen, maka sebagian peningkatan tersebut akan
dialokasikan untuk sektor kesehatan sehingga alokasi rupiah murni sektor kesehatan akan meningkat sebesar 0.5454 persen dalam jangka pendek dan
1.7005 persen dalam jangka panjang.
Tabel 16. Hasil Estimasi dan Elasitisitas Rupiah Murni Sektor Kesehatan Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
GOREV 0.015783
0.5454 1.7005
0.0857 Pendapatan Pemerintah BLJRTN
-0.005983 -0.1826 -0.5694 0.4855 Belanja Rutin
DAKB 23.204579 -0.0140 -0.0436
0.6122 AKB - LAKB LUHH
0.285089 0.0067
0.0208 0.971 Lag UHH
LRPKES 0.679289
- -
0.0025 Lag RPKES
Selain itu, dari hasil estimasi juga dapat diketahui bahwa variabel belanja rutin, selisih angka kematian bayi, dan angka usia harapan hidup tahun
sebelumnya ternyata tidak mempunyai pengaruh, atau pengaruhnya sangat kecil atas perilaku alokasi rupiah murni di sektor kesehatan, meskipun secara logika
arahnya sudah sesuai. Faktor lain yang mempengaruhi alokasi rupiah murni pada sektor
kesehatan adalah peubah bedakala dengan taraf yang cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi perubahan kondisi perekonomian,
alokasi rupiah murni sektor kesehatan membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat keseimbangannya. Fenomena ini
dapat diartikan diartikan bahwa dalam praktek penyusunan anggaran rupiah murni sektor kesehatan tahun berjalan, pemerintah hanya memperhatikan
besarnya alokasi anggaran rupiah murni sektor kesehatan tahun sebelumnya.
6.2.7. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Pertanian dan Pengairan