44
negeri utang luar negeri terhadap total nilai perdagangan luar negeri, atau rasio jumlah bantuan luar negeri utang luar negeri terhadap nilai ekspor.
3.2. Solvabilitas dan Kesinambungan Fiskal
Konsep solvabilitas dalam sektor keuangan negara sebenarnya mengacu pada teori pembiayaan. Suatu negara dikatakan tidak solvable jika net worth aset
dikurangi kewajibannya adalah negatif dan tidak likuid jika negara tersebut gagal memenuhi kewajibannya. Suatu negara mungkin saja solvable tetapi
mengalami masalah likuiditas dan sebaliknya, namun pada saat tertentu masih tergolong likuid tetapi tidak solvent. Perbedaan yang nyata diantara keduanya
adalah bahwa solvabilitas merupakan masalah yang permanen yang dapat mengarah pada masalah likuiditas, sedangkan masalah likuiditas lebih merupakan
masalah yang sementara. Konsep dari kesinambungan fiskal lebih mengarah kepada bagaimana usaha-usaha pemerintah menjaga posisi fiskalnya melalui
berbagai kebijakan pengeluaran maupun pajak dengan memastikan membayar
utang tepat pada waktunya dan sesuai dengan anggaran yang ada.
3.2.1. Indikator Solvabilitas
Konsep solvabilitas yang digunakan dalam sektor keuangan negara menurut Simanjuntak 2001 harus memenuhi kendala anggaran intertemporal:
B dt
e S
rt t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.21 dimana:
S
t
= keseimbangan primer primary balance pada periode t r
= adalah discount rate dan B
o
= adalah besarnya utang pada awal periode. Mengacu pada teori pembelanjaan, maka B
o
adalah utang neto termasuk aset dan kewajiban sektor lain. Secara matematis, persamaan di atas hanya
terpenuhi jika transversality condition terpenuhi yaitu:
exp
rt t
LimB
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.22 Jika kita definisikan S sebagai rasio keseimbangan primer terhadap PDB,
45
persamaan 3.21 diatas dapat ditulis menjadi:
Y B
dt e
S
rt t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.23 Dari persamaan 3.22 dan 3.23 maka diperoleh:
g r
Y B
S
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.24 dimana Y
adalah output PDB dan g adalah laju pertumbuhan ekonomi. Persamaan tersebut menyatakan bahwa S adalah besarnya rasio
keseimbangan primer untuk menjaga agar sektor publik tetap solvent. Makin tinggi S berarti makin tinggi pula bagian penerimaan negara yang harus
disisihkan agar solvabilitas sektor publik dapat terjaga. Perbedaan antara S dan keseimbangan primer aktual menunjukkan berapa besar tambahan fiscal efforts
yang dibutuhkan untuk merestorasi posisi solvensi anggaran. Dalam perhitungan solvabilitas fiskal diperlukan pengetahuan tentang
beberapa variabel jangka panjang, seperti tingkat bunga dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sebagai proksi dapat digunakan tingkat bunga aktual
dan laju pertumbuhan output aktual. Selain itu, sebagai alternatif dapat digunakan kendala anggaran dalam suatu periode untuk mendapatkan kondisi solvabilitas
jangka panjang. Konsep ini didefinisikan sebagai konsep kesinambungan fiskal. Penggunaan indikator solvabilitas dan likuiditas dapat menutupi
kekurangan dari indikator fiskal yang konvensional karena indikator-indikator ini memasukkan variabel stok utang luar negeri dan domestik serta variabel makro
ekonomi lainnya yaitu laju pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, laju pertumbuhan ekspor dan nilai tukar riil. Kinerja fiskal dapat diperkirakan baik
dalam perspektif jangka panjang solvabilitas maupun jangka pendek likuiditas. Namun demikian, indikator-indikator ini tetap memerlukan tambahan analisis
kualitatif fiskal lainnya karena terkait dengan kebijakan makroekonomi lainnya. Beberapa analisis kualitatif fiskal yang diperlukan antara lain adalah track record
dari negara yang bersangkutan dalam menurunkan defisit anggaran, besarnya defisit anggaran pemerintah pusat terhadap total sektor publik dan pengetahuan
tentang off budget serta elastisitas penerimaan pemerintah.
46
3.2.2. Indikator Kesinambungan Fiskal Fiscal Sustainability