Persamaan Dalam Model Ekonometrika Utang Luar Negeri 1.

77

5.5. Model Ekonometrika Struktural

Model utang luar negeri pemerintah dikonstruksikan menurut masing- masing sektor pembangunan. Spesifikasi model ditentukan dengan pengelompokan semua variabel ke dalam variabel endogen dan variabel eksogen serta harapan tanda dalam parameter koefisien persamaan strukturalnya. Model dibangun berdasarkan teori-teori ekonomi yang ada, dari pengalaman empiris yang telah diuji kebenarannya, serta dari kenyataan di lapangan. Kesemuanya ini harus dapat dibuktikan secara statistik. Dinamika dari model yang dibangun dicirikan oleh adanya variabel-variabel bedakala yang masuk dalam model. Seluruh variabel dalam persamaan yang memiliki nilai baik dalam domestik maupun foreign currency dideflasi menurut harga konstan yang didasarkan pada harga konstan tahun 2000. Untuk tingkat suku bunga utang luar negeri, yang dipergunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga pinjaman utang tersebut.

5.5.1. Persamaan Dalam Model Ekonometrika Utang Luar Negeri 1.

Konsumsi Rumah Tangga Pembelanjaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk membeli barang dan jasa kebutuhannya pada suatu tahun tertentu dinamakan konsumsi rumah tangga. Besarnya nilai konsumsi rumah tangga ini dipengaruhi oleh pendapatan disposebel, tingkat pengangguran serta oleh belanja rutin pemerintah. Variabel bedakala lags konsumsi rumah tangga dimasukkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap konsumsi rumah tangga tahun berjalan. Dengan demikian persamaan konsumsi rumah tangga dapat dispesifikasikan sebagai berikut: KONS t = a 1 DINC t + a 2 UNEM t + a 3 BLJRTN t + a 4 KONS t-1 + u 1 . . . 5.1 dimana: KONS t = Konsumsi rumah tangga juta rupiah DINC t = Pendapatan disposebel juta rupiah UNEM t = Angka pengangguran ribu orang BLJRTN t = Belanja rutin pemerintah juta rupiah KONS t-1 = Konsumsi rumah tangga bedakala satu tahun juta rupiah u 1 = Terminologi gangguan 78 Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: a 1 , a 3 a 2 1 a 4 1

2. Investasi Masyarakat

Perilaku investasi masyarakat pada umumnya tergantung pada tingkat suku bunga, dimana tingkat suku bunga yang tinggi akan menghambat investasi, sementara tingkat suku bunga yang rendah akan mendorong investasi. Suku bunga yang mempengaruhi investasi masyarakat adalah suku bunga domestik, yang perilakunya dipengaruhi oleh fluktuasi suku bunga dunia. Selain itu, investasi masyarakat juga dipengaruhi oleh besarnya belanja pembangunan pemerintah. Variabel bedakala lags investasi masyarakat diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap nilai investasi pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan investasi masyarakat dan tingkat suku bunga domestik dapat dispesifikasikan sebagai berikut: INVEST t = b + b 1 DINTR t + b 2 BLJPMB t + b 3 INVEST t-1 + u 2 . . . . . 5.2 DINTR t = c + c 1 WINTR t + c 2 GMSPLY t + u 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.3 dimana: INVEST t = Investasi masyarakat juta rupiah DINTR t = Tingkat suku bunga domestik persen BLJPMB t = Belanja pembangunan pemerintah juta rupiah WINTR t = Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman luar negeri persen GMSPLY t = Pertumbuhan jumlah uang beredar persen INVEST t-1 = Investasi masyarakat bedakala satu tahun juta rupiah u 2 ,u 3 = Terminologi gangguan Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: b 2 , c 1 b 1 , c 2 0 b 3 1

3. Net Ekspor

Besarnya nilai net ekspor Indonesia, yang merupakan selisih antara ekspor dan impor diasumsikan merupakan fungsi dari nilai tukar exchange rate dan tingkat rata-rata suku bunga dunia. Variabel bedakala lags net ekspor diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap nilai 79 net ekspor pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan net ekspor Indonesia dapat dispesifikasikan sebagai berikut: NXPRT t = d 1 WINTR t + d 2 EXCR t + d 3 NXPRT t-1 + u 4 . . . . . . . . . . . 5.4 dimana: NXPRT t = EXPRT t - IMPRT t = Nilai ekspor bersih juta rupiah WINTR t = Rata-rata tingkat suku bunga dunia persen EXCR t = Perbandingan nilai tukar mata uang USD terhadap Rupiah NXPRT t-1 = Nilai net ekspor bedakala satu tahun juta rupiah u 4 = Terminologi gangguan Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: d 1 , d 2 0 d 3 1

4. Pendapatan Pemerintah

Pendapatan pemerintah berasal dari penerimaan dalam negeri yang meliputi penerimaan pajak dan bukan pajak, serta penerimaan hibah. Besarnya pendapatan pemerintah ini dipengaruhi oleh target belanja pemerintah yang akan dilakukan pada tahun yang bersangkutan. Disamping itu, besarnya pendapatan pemerintah pada tahun sebelumnya juga mempengaruhi keputusan pemerintah dalam menentukan besarnya pendapatan pemerintah tahun berjalan. Variabel bedakala lags pendapatan pemerintah diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap nilai pendapatan pemerintah pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pendapatan pemerintah pada tahun berjalan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: GOREV t = e + e 1 GOEXP t + e 2 DINTR t + e 3 GOREV t-1 + u 5 . . . . . . 5.5 dimana: GOREV t = Pendapatan pemerintah juta rupiah GOEXP t = Belanja pemerintah juta rupiah GOREV t-1 = Pendapatan pemerintah bedakala satu tahun juta rupiah u 5 = Terminologi gangguan DINTR t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut: e 1 , e2 0 0 e 3 1 80

5. Belanja Pembangunan Sektor Pendidikan

Pembangunan di bidang pendidikan menjadi salah satu prioritas utama bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional. Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan. Bahkan yang lebih penting lagi, pendidikan menjadi bekal dalam menghadapi era global yang sarat dengan persaingan antarbangsa yang berlangsung sangat ketat. Pembiayaan yang dibutuhkan untuk pembangunan sektor pendidikan tidak hanya berasal dari dalam negeri saja tetapi juga berasal dari utang luar negeri. Besarnya pembiayaan rupiah murni yang dialokasikan untuk pembangunan sektor pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal, yang antara lain adalah pendapatan pemerintah, alokasi belanja rutin belanja mengikat, serta angka partisipasi sekolah dan angka lama tahun bersekolah pada tahun sebelumnya. Selain itu, pembangunan sektor kesehatan juga didanai dari utang luar negeri yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya alokasi rupiah untuk sektor pendidikan, pembayaran utang luar negeri sektor pendidikan, kebijakan kreditur lender driven dalam pengelolaan piutangnya, serta tingkat suku bunga pinjaman utang luar negeri. Pinjaman yang diambil oleh pemerintah ini umumnya berasal dari lembaga multilateral dan bilateral yang tingkat bunganya menggunakan commercial reference sebagai basis, seperti World Bank melalui International Bank for Reconstruction and Development IBRD, ADB melalui Ordinary Capital Resources OCR, pinjaman non-ODA dari JBIC, dan lain-lain. Commercial reference yang sering digunakan oleh lembaga-lembaga tersebut adalah LIBOR London InterBank Offered Rate yang biasanya ditambah marjin tertentu. Contohnya IBRD dan OCR biasanya menawarkan tingkat bunga berdasarkan LIBOR ditambah marjin 30 - 50 basis points, tergantung dari suku bunga dunia dan peringkat kredit dari negara peminjam. Variabel bedakala lags diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamika pendanaan pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan belanja pembangunan sektor pendidikan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: RPDIK t = f 1 GOREV t + f 2 BLJRTN t + f 3 APS t-1 + f 4 GTHSEK t-1 + f 5 RPDIK t-1 + u 6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.6 81 LIBOR t = g 1 WINTR t + g 2 RPREM t + g 3 LIBOR t-1 + u 7 . . . . . . . . . 5.7 UTDIK t = h 1 GRPDIK t + h 2 PUDIK t + h 3 DRVDIK t + h 2 LIBOR t + h 4 UTDIK t-1 + u 8 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.8 dimana: RPDIK t = Belanja pembangunan sektor pendidikan dari rupiah murni juta rupiah APS t-1 = Angka partisipasi sekolah anak kelompok usia 7-12 tahun bedakala satu tahun persen GTHSEK t-1 = Pertumbuhan angka lama bersekolah anak kelompok usia 13-15 tahun bedakala satu tahun tahun RPDIK t-1 = Belanja pembangunan sektor pendidikan dari rupiah murni bedakala satu tahun juta rupiah LIBOR t = Tingkat bunga London InterBank Offered Rate persen RPREM t = Peringkat kredit negara peminjam UTDIK t = Belanja pembangunan sektor pendidikan dari utang luar negeri juta rupiah GRPDIK t = Pertumbuhan belanja pembangunan sektor pendidikan dari rupiah murni juta rupiah PUDIK t = Pembayaran utang luar negeri sektor pendidikan juta rupiah DRVDIK t = Lender Driven sektor pendidikan juta rupiah UTDIK t-1 = Belanja pembangunan sektor pendidikan dari utang luar negeri bedakala satu tahun juta rupiah u 6 , u 7 , u 8 = Terminologi gangguan GOREV t , BLJRTN t , WINTR t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: f 1 , g 1 , g 2 h 2 , h 3 f 2 , f 3 , f 4 , h 1 , h 4 0 f 5 , g 3 , h 5 1

6. Belanja Pembangunan Sektor Kesehatan

Pembangunan sektor kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia IPM, kesehatan menjadi salah satu komponen yang utama. Pembiayaan yang dibutuhkan untuk pembangunan sektor kesehatan tidak hanya berasal dari dana dalam negeri saja tetapi juga berasal dari utang luar negeri. Besarnya pembiayaan rupiah murni pembangunan sektor kesehatan ditentukan oleh pendapatan pemerintah, alokasi belanja rutin, serta besarnya angka kematian bayi dan angka usia harapan hidup tahun sebelumnya. 82 Disamping itu pendanaan yang efektif berasal dari utang luar negeri dipengaruhi oleh besarnya alokasi rupiah untuk sektor kesehatan, pembayaran utang luar negeri sektor kesehatan, kebijakan kreditur lender driven dalam pengelolaan piutangnya, serta tingkat bunga pinjaman utang luar negeri. Variabel bedakala lags diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamika pendanaannya pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan belanja pembangunan sektor kesehatan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: RPKES t = i 1 GOREV t + i 2 BLJRTN t + i 3 DAKB t + i 4 UHH t-1 + i 5 RPKES t-1 + u 9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.9 UTKES t = j 1 RPKES t + j 2 PUKES t + j 3 DRVKES t + j 4 LIBOR t + j 5 UTKES t-1 + u 10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.10 dimana: RPKES t = Belanja pembangunan sektor kesehatan dari rupiah murni juta rupiah DAKB t = Selisih angka kematian bayi per 1000 kelahiran tahun sekarang dengan tahun sebelumnya bayi UHH t-1 = Angka usia harapan hidup bedakala satu tahun tahun RPKES t-1 = Belanja pembangunan sektor kesehatan dari rupiah murni bedakala satu tahun juta rupiah UTKES t = Belanja pembangunan sektor kesehatan dari utang luar negeri juta rupiah PUKES t = Pembayaran utang luar negeri sektor kesehatan juta rupiah DRVKES t = Lender Driven sektor kesehatan juta rupiah UTKES t-1 = Belanja pembangunan sektor kesehatan dari utang luar negeri bedakala satu tahun juta rupiah u 9 , u 10 = Terminologi gangguan GOREV t , BLJRTN t , LIBOR t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: i 1 , i 3 , i 4 , j 2 , j 3 i 2 , j 1 , j 4 0 i 5 , j 5 1

7. Belanja Pembangunan Sektor Pertanian dan Pengairan

Sektor pertanian dan pengairan mempunyai peranan yang besar dalam penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan menyumbang penerimaan dalam PDBI, serta dalam menyerap tenaga kerja. Namun usaha pembangunan di sektor ini masih menghadapi berbagai kendala antara lain masih rendahnya tingkat kesejahteraan petani, masih rendahnya 83 penguasaan teknologi pengolahan hasil-hasil pertanian, dan terbatasnya penyediaan air untuk irigasi. Oleh karena itu, sejak pemerintahan Orde Baru, sektor ini mendapat prioritas yang tinggi dalam pembangunan nasional. Di samping penyediaan dana pembangunan dari dalam negeri, pinjaman luar negeri juga cukup banyak dialokasikan untuk pembangunan sektor ini. Besarnya pembiayaan rupiah murni untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya pendapatan pemerintah, alokasi belanja rutin, serta pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan pada tahun sebelumnya. Disamping itu pendanaan yang berasal dari utang luar negeri untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi rupiah untuk sektor pertanian dan pengairan, pembayaran utang luar negeri sektor ini, kebijakan kreditur lender driven dalam pengelolaan piutangnya, serta tingkat bunga pinjaman utang luar negeri. Variabel bedakala lags diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamika pendanaan pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan belanja pembangunan sektor pertanian dan pengairan dapat dispesifikasikan seperti: RPTAN t = k 1 GOREV t + k 2 BLJRTN t + k 3 GTAN t-1 + k 4 RPTAN t-1 + u 11 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.11 UTTAN t = l 1 RPTAN t + l 2 PUTAN t + l 3 DRVTAN t + l 4 LIBOR t + l 5 UTTAN t-1 + u 12 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.12 dimana: RPTAN t = Belanja pembangunan sektor pertanian dan pengairan dari rupiah murni juta rupiah GTAN t-1 = Angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan bedakala satu tahun persen RPTAN t-1 = Belanja pembangunan sektor pertanian dan pengairan dari rupiah murni bedakala satu tahun juta rupiah UTTAN t = Belanja pembangunan sektor pertanian dan pengairan dari utang luar negeri juta rupiah PUTAN t = Pembayaran utang luar negeri sektor pertanian dan pengairan juta rupiah DRVTAN t = Lender Driven sektor pertanian dan pengairan juta rupiah UTTAN t-1 = Belanja pembangunan sektor pertanian dan pengairan dari utang luar negeri bedakala satu tahun juta rupiah u 11 , u 12 = Terminologi gangguan GOREV t , BLJRTN t , LIBOR t telah didefinisikan sebelumnya. 84 Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: k 1 , l 2 , l 3 k 2 , k 3 , l 1 , l 4 0 k 4 , l 5 1

8. Belanja Pembangunan Sektor Pertambangan dan Energi

Sektor pertambangan dan energi memegang peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terbukti dari besarnya peranan sektor pertambangan dan energi sebagai penyedia sumber energi, sumber devisa, penerimaan negara, sumber bahan baku industri, serta menciptakan lapangan pekerjaan dan pendorong pertumbuhan sektor-sektor lain. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, sektor ini masih mempunyai permasalahan yang antara lain adalah: 1 masih adanya kesenjangan antara penyediaan dan konsumsi energi, 2 masih terbatasnya infrastruktur penyediaan energi, 3 masih besarnya ketergantungan pembangunan sektor pertambangan dan energi kepada investasi pemerintah, dan 4 belum tersusunnya perumusan konsep keamanan pasokan energi nasional security of energy supply. Oleh karena itu pembangunan sektor pertambangan dan energi menjadi salah satu prioritas yang penting dalam pembangunan nasional sejak pemerintahan Orde Baru sampai sekarang. Di samping penyediaan dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri, pinjaman luar negeri juga cukup banyak dialokasikan untuk pembangunan sektor pertambangan dan energi ini. Besarnya pembiayaan rupiah murni untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya pendapatan pemerintah, alokasi belanja rutin, serta pertumbuhan sektor ini pada tahun sebelumnya. Disamping itu pendanaan yang berasal dari utang luar negeri untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi rupiah murni untuk sektor ini, pembayaran utang luar negeri sektor ini, kebijakan kreditur lender driven dalam pengelolaan piutangnya, serta tingkat bunga pinjaman utang luar negeri. Variabel bedakala lags diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamika pendanaan pada tahun berjalan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, persamaan belanja pembangunan sektor pertambangan dan energi dapat dispesifikasikan sebagai berikut: 85 RPENG t = m 1 GOREV t + m 2 DBLJRTN t + m 3 GENG t-1 + m 4 RPENG t-1 + u 13 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.13 UTENG t = n + n 1 RPENG t + n 2 PUENG t + n 3 DRVENG t + n 4 LIBOR t + n 5 UTENG t-1 + u 14 . . . . . . . . . . . . . . . 5.14 dimana: RPENG t = Belanja pembangunan sektor pertambangan dan energi dari rupiah murni juta rupiah GENG t-1 = Angka pertumbuhan sektor pertambangan dan energi bedakala satu tahun persen UTENG t = Belanja pembangunan sektor pertambangan dan energi dari utang luar negeri juta rupiah PUENG t = Pembayaran utang luar negeri sektor pertambangan dan energi juta rupiah DRVENG t = Lender Driven sektor pertambangan dan energi juta rupiah UTENG t-1 = Belanja pembangunan sektor pertambangan dan energi dari utang luar negeri bedakala satu tahun juta rupiah u 13 , u 14 = Terminologi gangguan GOREV t , BLJRTN t , LIBOR t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: m 1 , n 2 , n 3 m 2 , m 3 , n 1 , n 4 0 m 4 , n 5 1

9. Belanja Pembangunan Sektor Perhubungan dan Transportasi

Pembangunan sektor perhubungan dan transportasi merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembangunan nasional karena merupakan urat nadi penggerak perekonomian. Tujuan pembangunan sektor ini adalah untuk meningkatkan pelayanan jasa perhubungan dan transportasi secara lebih efisien, handal, berkualitas, aman dan dengan harga yang terjangkau. Tujuan lainnya adalah untuk mewujudkan sistem perhubungan dan transportasi nasional secara intermoda dan terpadu dengan pengembangan wilayahnya, dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat yang lebih bagi masyarakat luas. Dari aspek pendanaan, akibat karakteristik infrastruktur sektor perhubungan dan transportasi yang membutuhkan biaya investasi yang besar, sedangkan sebagian besar tarif yang dikenakan tidak dapat mencapai tingkat full cost recovery secara finansial, serta masih banyaknya penyelenggaraan infrastruktur 86 perhubungan dan transportasi yang dilakukan secara monopoli, maka peran pemerintah sebagai regulator sangat diperlukan. Peranserta swasta untuk memenuhi sumber pendanaan guna memenuhi kebutuhan pembangunan sektor tersebut belum berkembang sepenuhnya. Mengingat sumber pendanaan dalam negeri masih sangat terbatas, maka pemerintah masih membutuhkan pinjaman luar negeri untuk mempercepat pembangunan sektor ini. Besarnya pembiayaan rupiah murni untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya pendapatan pemerintah, alokasi belanja rutin pemerintah, serta pertumbuhan sektor ini pada tahun sebelumnya. Disamping itu pendanaan yang efektif berasal dari utang luar negeri untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi rupiah untuk pembangunan sektor ini, pembayaran utang luar negeri sektor ini, kebijakan kreditur lender driven dalam pengelolaan piutangnya, serta tingkat bunga pinjaman utang luar negeri. Variabel bedakala lags diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamika pendanaan pada tahun berjalan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, persamaan belanja pembangunan sektor perhubungan dan transportasi dapat dispesifikasikan sebagai berikut: RPHUB t = o 1 GOREV t + o 2 BLJRTN t + o 3 GHUB t-1 + o 4 RPHUB t-1 + u 15 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.15 UTHUB t = p 1 GRPHUB t + p 2 PUHUB t + p 3 DRVHUB t + p 4 LIBOR t + p 5 UTHUB t-1 + u 16 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.16 dimana: RPHUB t = Belanja pembangunan sektor perhubungan dan transportasi dari rupiah murni juta rupiah GHUB t-1 = Angka pertumbuhan sektor perhubungan dan transportasi bedakala satu tahun persen RPHUB t-1 = Belanja pembangunan sektor perhubungan dan transportasi dari rupiah murni bedakala satu tahun juta rupiah UTHUB t = Belanja pembangunan sektor perhubungan dan transportasi dari utang luar negeri juta rupiah GRPHUB t = Pertumbuhan belanja pembangunan sektor perhubungan dan transportasi dari rupiah murni persen PUHUB t = Pembayaran utang luar negeri sektor perhubungan dan transportasi juta rupiah DRVHUB t = Lender Driven sektor perhubungan dan transportasi juta rupiah 87 UTHUB t-1 = Belanja pembangunan sektor perhubungan dan transportasi dari utang luar negeri bedakala satu tahun juta rupiah u 15 , u 16 = Terminologi gangguan GOREV t , BLJRTN t , LIBOR t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: o 1 , p 3 o 2 , p 1 , p 2 , p 4 0 o 3 , p 5 1

10. Belanja Pembangunan Sektor Lainnya

Pembangunan sektor lainnya merupakan bagian pembangunan yang tidak kalah pentingnya dengan pembangunan lima sektor utama. Namun karena banyaknya dan beragamnya sektor-sektor tersebut, untuk memudahkan penelitian ini, sektor-sektor tersebut dikelompokkan menjadi satu dalam sektor lainnya. Tujuan pembangunan sektor lainnya tersebut adalah untuk melengkapi dan mendukung pembangunan di lima sektor utama. Mengingat sumber-sumber pendanaan dalam negeri masih sangat terbatas, maka pemerintah juga masih mengandalkan pinjaman luar negeri untuk mempercepat pembangunan sektor lainnya tersebut. Besarnya pembiayaan rupiah murni untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya pendapatan pemerintah, alokasi belanja rutin pemerintah, serta pertumbuhan sektor ini pada tahun sebelumnya. Disamping itu pendanaan yang efektif berasal dari utang luar negeri untuk pembangunan sektor ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi rupiah untuk pembangunan sektor ini, pembayaran utang luar negeri sektor ini, kebijakan kreditur lender driven dalam pengelolaan piutangnya, serta tingkat bunga pinjaman utang luar negeri. Variabel bedakala lags diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamika pendanaan pada tahun berjalan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, persamaan belanja pembangunan sektor lainnya dapat dispesifikasikan: RPOTS t = q 1 GOREV t + q 2 BLJRTN t + q 3 RPOTS t-1 + u 17 . . . . . . . 5.17 UTOTS t = r + r 1 GRPOTS t + r 2 PUOTS t + r 3 DRVOTS t + r 4 LIBOR t + r 5 UTOTS t-1 + u 18 . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.18 dimana: 88 RPOTS t = Belanja pembangunan rupiah murni sektor lainnya juta rupiah RPOTS t-1 = Belanja pembangunan rupiah murni sektor lainnya bedakala satu tahun juta rupiah UTOTS t = Belanja pembangunan sektor lainnya dari utang luar negeri juta rupiah GRPOTS t = Pertumbuhan belanja pembangunan rupiah murni sektor lainnya persen PUOTS t = Pembayaran utang luar negeri sektor lainnya juta rupiah DRVOTS t = Lender Driven sektor lainnya juta rupiah UTOTS t-1 = Belanja pembangunan sektor lainnya dari utang luar negeri bedakala satu tahun juta rupiah u 17 , u 18 = Terminologi gangguan GOREV t , BLJRTN t , WINTR t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: q 1 , r 3 q 2 , r 1 , r 2 , r 4 0 q 3 , r 5 1

11. Pembayaran Utang Luar Negeri Sektor Pendidikan

Pembangunan di bidang pendidikan selama lima tahun terakhir menjadi salah satu prioritas tertinggi dalam pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan oleh penyediaan anggaran dengan porsi yang lebih dibandingkan dengan bidang- bidang pembangunan lainnya. Investasi pemerintah yang dilakukan di bidang pendidikan, baik yang bersumber dari penerimaan dalam negeri maupun pinjaman luar negeri, baik yang berupa investasi langsung maupun dalam kerangka regulasi guna mendorong partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan di bidang pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja sektor pendidikan. Peningkatan tersebut berupa peningkatan pendapatan pemerintah dengan tetap memperhatikan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan PDB. Oleh karena itu besarnya pembayaran utang luar negeri di sektor pendidikan umumnya sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pemerintah. Di samping itu, besarnya penggunaan utang luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemerintah dalam menyediakan anggaran rupiah murni untuk pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun berjalan. 89 Variabel bedakala lags yaitu pembayaran utang luar negeri pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap pembayaran utang luar negeri pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pembayaran utang luar negeri sektor pendidikan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: PUDIK t = s + s 1 GOREV t + s 2 UTDIK t-1 + s 3 PUDIK t-1 + u 19 . . . . . 5.19 dimana: PUDIK t = Pembayaran utang luar negeri sektor pendidikan juta rupiah PUDIK t-1 = Pembayaran utang luar negeri sektor pendidikan bedakala satu tahun juta rupiah u 19 = Terminologi gangguan GOREV t , UTDIK t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: s 1 , s 2 0 s 3 1

12. Pembayaran Utang Luar Negeri Sektor Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan secara memadai. Investasi pemerintah yang dilakukan di bidang kesehatan, baik yang menggunakan dana rupiah murni maupun pinjaman luar negeri, baik yang berupa investasi langsung maupun dalam kerangka regulasi guna mendorong partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan di bidang kesehatan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja sektor kesehatan berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan PDB. Oleh karena itu besarnya pembayaran utang luar negeri di sektor kesehatan umumnya sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pemerintah. Di samping itu, besarnya penggunaan utang luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemerintah dalam menyediakan anggaran rupiah murni untuk pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun berjalan. Variabel bedakala lags yaitu pembayaran utang luar negeri pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya 90 terhadap pembayaran utang luar negeri pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pembayaran utang luar negeri sektor kesehatan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: PUKES t = t + t 1 GOREV t + t 2 UTKES t + t 3 PUKES t-1 + u 20 . . . . . . . 5.20 dimana: PUKES t = Pembayaran utang luar negeri sektor kesehatan juta rupiah PUKES t-1 = Pembayaran utang luar negeri sektor kesehatan bedakala satu tahun juta rupiah u 20 = Terminologi gangguan GOREV t , UTKES t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: t 1 , t 2 0 t 3 1

13. Pembayaran Utang Luar Negeri Sektor Pertanian dan Pengairan

Sektor pertanian dan pengairan mempunyai peran yang besar dalam perekonomian masyarakat Indonesia melalui sumbangannya terhadap: 1 produk domestik bruto, 2 ekspor, 3 penyediaan lapangan kerja, dan 4 penyediaan bahan pangan. Walaupun peranannya begitu penting, namun sampai saat ini sektor pertanian dan pengairan masih belum mampu memberikan pendapatan yang layak bagi produktivitas para petani. Produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian dan pengairan masih lebih rendah dari pada produktivitas tenaga kerja di sektor-sektor lainnya. Kemiskinan yang terjadi di pedesaan umumnya terjadi pada rumah tangga pertanian. Oleh karena itu, sampai saat ini pembangunan sektor pertanian dan pengairan masih tetap menjadi prioritas pembangunan nasional. Investasi di sektor pertanian dan pengairan secara nasional berasal dari masyarakat swasta, kredit perbankan, pemerintah, serta utang luar negeri. Besarnya pembayaran utang luar negeri pemerintah di sektor pertanian dan pengairan umumnya sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pemerintah. Di samping itu, besarnya penggunaan utang luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemerintah dalam menyediakan anggaran rupiah murni untuk pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun berjalan. 91 Variabel bedakala lags yaitu pembayaran utang luar negeri pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap pembayaran utang luar negeri pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pembayaran utang luar negeri sektor pertanian dan pengairan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: PUTAN t = v + v 1 GOREV t + v 2 UTTAN t + v 3 PUTAN t-1 + u 21 . . . . . 5.21 dimana: PUTAN t = Pembayaran utang luar negeri sektor pertanian dan pengairan juta rupiah PUTAN t-1 = Pembayaran utang luar negeri sektor pertanian dan pengairan bedakala satu tahun juta rupiah u 21 = Terminologi gangguan GOREV t , UTTAN t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: v 1 , v 2 0 v 3 1

14. Pembayaran Utang Luar Negeri Sektor Pertambangan dan Energi

Dalam kehidupan modern saat ini, kesejahteraan manusia sangat ditentukan oleh ketersediaan, jumlah, harga dan mutu energi yang dapat dimanfaatkannya secara berkesinambungan oleh masyarakatnya. Selain merupakan salah satu sumber penerimaan devisa negara yang penting, energi juga merupakan unsur penunjang utama dalam pertumbuhan ekonomi, yang akan mempengaruhi pula pertumbuhan sektor lainnya. Dengan demikian pembangunan sektor ini, yang melibatkan kekayaan bumi Indonesia harus senantiasa memperhatikan pengelolaan sumber daya alam, agar selain dapat memberikan manfaat saat ini, juga dapat menjamin kehidupan dan ketersediaan sumber daya alam untuk masa datang. Sumber daya alam yang terbarukan harus dikelola sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat dipertahankan lebih lama, sedangkan sumber daya alam yang tidak terbarukan harus pula digunakan sehemat mungkin dan diupayakan perlambatan penghabisan cadangannya. Investasi pemerintah yang dilakukan di bidang pertambangan maupun energi, baik yang menggunakan dana rupiah murni maupun pinjaman luar 92 negeri, baik yang berupa investasi langsung maupun dalam kerangka regulasi guna mendorong partisipasi swasta dan masyarakat dalam pembangunan di bidang energi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja sektor pertambangan dan energi berupa peningkatan pendapatan pemerintah dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya alam, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produk domestik bruto. Besarnya pembayaran utang luar negeri di sektor pertambangan dan energi umumnya sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pemerintah, besarnya penggunaan utang luar negeri di sektor ini dan besarnya pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun sebelumnya. Variabel bedakala lags yaitu pembayaran utang luar negeri pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap pembayaran utang luar negeri pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pembayaran utang luar negeri sektor ini dapat dispesifikasikan: PUENG t = w + w 1 GOREV t + w 2 UTENG t + w 3 PUENG t-1 + u 22 . . 5.22 dimana: PUENG t = Pembayaran utang luar negeri sektor pertambangan dan energi juta rupiah PUENG t-1 = Pembayaran utang luar negeri sektor pertambangan dan energi bedakala satu tahun juta rupiah u 22 = Terminologi gangguan GOREV t , UTENG t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: w 1 , w 2 0 w 3 1

15. Pembayaran Utang Luar Negeri Sektor Perhubungan dan

Transportasi Percepatan pembangunan infrastruktur di sektor perhubungan dan transportasi ditujukan untuk meningkatkan pelayanan secara lebih efisien, handal, berkualitas, aman dan terjangkau, serta untuk mewujudkan sistem transportasi nasional yang terpadu secara intermoda dan pembangunan wilayah serta pembangunan sektor-sektor lainnya. 93 Mengingat sektor perhubungan dan transportasi termasuk program yang bersifat cost recovery dan quick yield, maka investasi untuk pembangunan sektor perhubungan dan transportasi akan diupayakan baik dari sumber dalam maupun luar negeri dengan pelaku baik oleh pemerintah maupun oleh swasta, meskipun semuanya tetap harus dalam kendali pemerintah. Besarnya pembayaran utang luar negeri untuk proyek-proyek di sektor perhubungan dan transportasi umumnya sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pemerintah, besarnya penggunaan utang luar negeri di sektor ini dan besarnya pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun sebelumnya. Variabel bedakala lags yaitu pembayaran utang luar negeri pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pembayaran utang luar negeri sektor perhubungan dan transportasi dapat dispesifikasikan sebagai berikut: PUHUB t = x + x 1 GOREV t + x 2 PUHUB t-1 + u 23 . . . . . . . . . . . . . . 5.23 dimana: PUHUB t = Pembayaran utang luar negeri sektor perhubungan dan transportasi juta rupiah PUHUB t-1 = Pembayaran utang luar negeri sektor perhubungan dan transportasi bedakala satu tahun juta rupiah u 23 = Terminologi gangguan GOREV t , UTHUB t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: x 1 , x 2 0 x 3 1

16. Pembayaran Utang Luar Negeri Sektor Lainnya

Tujuan pembangunan sektor lainnya tersebut adalah untuk melengkapi dan mendukung pembangunan di lima sektor utama. Mengingat banyaknya dan beragamnya sektor-sektor di luar sektor utama, untuk memudahkan penelitian ini, sektor-sektor tersebut dikelompokkan menjadi satu dalam sektor lainnya. Besarnya pembayaran utang luar negeri untuk proyek-proyek di sektor lainnya umumnya sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pemerintah, 94 besarnya penggunaan utang luar negeri di sektor ini dan besarnya pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun sebelumnya. Variabel bedakala lags yaitu pembayaran utang luar negeri pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap pembayaran utang luar negeri sektor ini pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pembayaran utang luar negeri sektor lainnya dapat dispesifikasikan sebagai berikut: PUOTS t = y 1 GOREV t + y 2 UTOTS t + y 3 PUOTS t-1 + u 24 . . . . . . . . 5.24 dimana: PUOTS t = Pembayaran utang luar negeri sektor lainnya juta rupiah PUOTS t-1 = Pembayaran utang luar negeri sektor lainnya bedakala satu tahun juta rupiah u 24 = Terminologi gangguan GOREV t , UTOTS t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: y 1 , y 2 0 y 3 1

17. Angka Partisipasi Sekolah

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena memberi kontribusi signifikan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator utama dalam pembangunan bidang pendidikan dicirikan dengan besarnya Angka Partisipasi Sekolah APS anak kelompok usia 7-12 tahun, yaitu perbandingan antara jumlah orang yang menempuh pendidikan formal sekolah dengan jumlah orang seluruhnya pada kelompok umur tersebut. Besarnya nilai APS ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi pendanaan dari rupiah murni tahun sebelumnya untuk pembangunan sektor pendidikan, kebijakan kreditur dalam pengelolaan peminjaman utangnya di sektor pendidikan, serta utang luar negeri yang efektif digunakan di sektor ini. Variabel bedakala lags yaitu APS pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap APS pada tahun 95 berjalan. Dengan demikian persamaan angka partisipasi sekolah dapat dispesifikasikan sebagai berikut: APS t = z + z 1 RPDIK t-1 + z 2 DRVDIK t + z 3 EFUTDIK t + z 4 APS t-1 + u 25 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.25 dimana: APS t = Angka partisipasi sekolah anak kelompok usia 7-12 tahun persen EFUTDIK t = Jumlah pinjaman luar negeri yang efektif digunakan sektor pendidikan juta rupiah u 25 = Terminologi gangguan RPDIK t-1 , DRVDIK t , APS t-1 telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: z 1 , z 3 z 2 0 z 4 1

18. Angka Tahun Lama Bersekolah

Penyiapan anak untuk mengikuti pendidikan sejak dini sangat penting guna menyiapkan setiap anak agar dapat menempuh pendidikan secara lebih baik secara berjenjang dan bertahap. Angka Tahun Lama Bersekolah THSEK menunjukkan seberapa lama tahun anak usia 13-15 tahun telah menempuh pendidikan formal di sekolah. Angka ini penting karena selain merupakan salah satu indikator utama dalam pembangunan bidang pendidikan, juga dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia dan tenaga kerja yang ada. Besarnya angka THSEK ini ditentukan oleh besarnya alokasi pendanaan untuk pembangunan sektor pendidikan, baik yang berasal dari dana rupiah murni maupun dari utang luar negeri, serta oleh kebijakan kreditur dalam penyaluran pinjamannya. Persamaan THSEK dapat dispesifikasikan sebagai berikut: THSEK t = aa + aa 1 RPDIK t + aa 2 DRVDIK t + aa 3 EFUTDIK t + aa 4 THSEK t-1 + u 26 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.26 dimana: THSEK t = Angka tahun lama bersekolah anak kelompok usia 13-15 tahun tahun THSEK t-1 = Angka tahun lama bersekolah anak kelompok usia 13-15 bedakala satu tahun tahun u 26 = Terminologi gangguan 96 RPDIK t , DRVDIK t , EFUTDIK t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: aa 1 , aa 3 aa 2 0 aa 4 1

19. Angka Kematian Bayi

Sesuai dengan amanat UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh kesehatan. Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi. Salah satu indikator pembangunan kesehatan yang penting adalah Angka Kematian Bayi AKB, yaitu jumlah kematian bayi per 1000 kelahiran. Menurunnya angka kematian bayi dapat menunjukkan peningkatan keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Besarnya angka kematian bayi ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi pendanaan untuk pembangunan sektor kesehatan, baik yang berasal dari dana rupiah murni maupun dari utang luar negeri, serta oleh kebijakan kreditur dalam pengelolaan peminjaman utangnya di sektor kesehatan. Variabel bedakala lags yaitu angka kematian bayi pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap angka kematian bayi pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan angka kematian bayi dapat dispesifikasikan sebagai berikut: AKB t = ab + ab 1 RPKES t + ab 2 EFUTKES t + ab 3 AKB t-1 + u 27 5.27 dimana: AKB t = Angka kematian bayi per 1000 kelahiran bayi EFUTKES t = Jumlah pinjaman luar negeri yang efektif digunakan sektor kesehatan juta rupiah AKB t-1 = Angka kematian bayi per 1000 kelahiran bedakala satu tahun bayi u 27 = Terminologi gangguan RPKES t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: ab 1 , ab 2 0 ab 3 1 97

20. Usia Harapan Hidup

Pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera jiwa dan raga yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah semakin meningkatnya angka usia harapan hidup penduduk UHH-nya. Dari data-data empiris diketahui bahwa secara umum status kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang dapat dilihat dari indikator kesehatan, yang salah satunya adalah angka usia harapan hidup. Hal ini perlu terus dijaga dan ditingkatkan karena status kesehatan masyarakat Indonesia masih jauh dari sasaran Millennium Development Goals MDGs. Besarnya angka usia harapan hidup ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi pendanaan untuk pembangunan sektor kesehatan, baik yang berasal dari dana rupiah murni maupun dari utang luar negeri yang efektif digunakan untuk pembangunan sektor kesehatan, dan oleh kebijakan kreditur dalam pengelolaan peminjaman utangnya di sektor kesehatan. Variabel bedakala lags yaitu usia harapan hidup pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap usia harapan hidup pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan usia harapan hidup dapat dispesifikasikan sebagai berikut: UHH t = ac + ac 1 RPKES t + ac 2 DRVKES t + ac 3 EFUTKES t + ac 4 UHH t-1 + u 28 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.28 dimana: UHH t = Usia harapan hidup tahun u 28 = Terminologi gangguan RPKES t , DRVKES t , EFUTKES t , UHH t-1 telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: ac 1 , ac 3 0 ac 2 1 98

21. Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pengairan

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah dari tahun ke tahun membutuhkan ketersediaan bahan pangan yang mencukupi. Hal ini memerlukan pengamanan produksi pangan dalam negeri agar ketergantungan terhadap impor bahan pangan dapat semakin diperkecil. Selain itu hal ini juga dalam rangka mempertahankan stabilitas harga bahan pangan, dan menjamin permintaan pangan ketahanan pangan secara nasional. Untuk itu diperlukan peningkatan produksi pangan pokok terutama padi beras dan produktivitasnya serta sarana dan prasarananya. Besarnya angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan dipengaruhi oleh besarnya alokasi pendanaan untuk pembangunan sektor ini, baik yang berasal dari dana rupiah murni maupun dari utang luar negeri, serta oleh kebijakan kreditur dalam pengelolaan peminjaman utangnya di sektor pertanian dan pengairan. Dengan demikian persamaan pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan dapat dispesifikasikan sebagai berikut: GTAN t = ad + ad 1 RPTAN t + ad 2 DRVTAN t +ad 3 EFUTTAN t + u 29 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.29 dimana: GTAN t = Angka pertumbuhan sektor pertanian dan pengairan persen EFUTTAN t = Jumlah pinjaman luar negeri yang efektif digunakan sektor pertanian dan pengairan juta rupiah u 29 = Terminologi gangguan RPTAN t , DRVTAN t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: ad 1 , ad 3 ad 2

22. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Energi

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara Indonesia di masa yang akan datang adalah ketergantungan terhadap minyak bumi yang semakin lama semakin sedikit cadangannya dan harganya yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu intensifikasi pencarian sumber energi, diversifikasi dan 99 konservasi di sektor energi dan energi baru serta terbarukan perlu terus ditingkatkan dengan tidak melupakan faktor pengendalian lingkungan hidup. Besarnya angka pertumbuhan sektor pertambangan dan energi dipengaruhi oleh besarnya alokasi pendanaan untuk pembangunan sektor ini, baik yang berasal dari dana rupiah murni maupun dari utang luar negeri, serta oleh besarnya kebijakan kreditur dalam pengelolaan peminjaman utangnya di sektor ini. Dengan demikian persamaan pertumbuhan sektor pertambangan dan energi dapat dispesifikasikan sebagai berikut: GENG t = ae 1 RPENG t + ae 2 EFUTENG t + ae 3 GENG t-1 + u 30 . . . 5.30 dimana: GENG t = Angka pertumbuhan sektor pertambangan dan energi persen EFUTENG t = Jumlah pinjaman luar negeri yang efektif digunakan sektor pertambangan dan energi juta rupiah u 30 = Terminologi gangguan RPENG t , GENG t-1 telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: ae 1 , ae 2 0 ae 3 1

23. Pertumbuhan Sektor Perhubungan dan Transportasi

Pembangunan sektor perhubungan dan transportasi ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mewujudkan sistem transportasi nasional yang terpadu secara intermoda dan terpadu dengan pembangunan wilayah serta pembangunan sektor lainnya. Namun pembangunan di sektor ini masih dihadapkan pada beberapa kendala antara lain: 1 menurunnya kualitas dan keberlanjutan infrastruktur, 2 belum optimalnya dukungan infrastruktur terhadap peningkatan daya saing sektor riil, serta 3 masih terbatasnya aksesibilitas pelayanan sektor ini dalam mengurangi kesenjangan antar masyarakat. Oleh karena itu pembangunan sektor perhubungan dan transportasi ini perlu terus ditumbuhkan. Besarnya pertumbuhan sektor perhubungan dan transportasi ini dipengaruhi oleh besarnya alokasi pendanaan untuk pembangunan sektor ini, baik yang 100 berasal dari dana rupiah murni maupun dari utang luar negeri, serta oleh kebijakan kreditur dalam pengelolaan peminjaman utangnya di sektor ini. Variabel bedakala lags yaitu pertumbuhan sektor perhubungan dan transportasi pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap pertumbuhan sektor ini pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan pertumbuhan sektor perhubungan dan transportasi dapat dispesifikasikan sebagai berikut: GHUB t = af + af 1 RPHUB t + af 2 DRVHUB t +af 3 EFUTHUB t + af 4 GHUB t-1 + u 31 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.31 dimana: GHUB t = Angka pertumbuhan sektor perhubungan dan transportasi persen EFUTHUB t = Jumlah pinjaman luar negeri yang efektif digunakan sektor perhubungan dan transportasi juta rupiah u 31 = Terminologi gangguan RPHUB t , DRVHUB t , GHUB t-1 telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: af 1 , af 3 af 2 0 af 4 1

24. Angka Pengangguran

Angka pengangguran terbuka di Indonesia sampai dengan tahun 2005 masih tergolong cukup tinggi. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi para pencari kerja. Akibatnya, upaya penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya dan penurunan angka pengangguran belum dapat dicapai sepenuhnya. Kenaikan harga pada beberapa komoditi strategis seperti bahan bakar minyak sangat berpengaruh terhadap kemampuan sektor riil untuk melakukan investasi baru atau mengembangkan investasinya, yang akan berpengaruh terhadap angka pengangguran. Kenaikan pendapatan pemerintah dan adanya investasi baru dari pemerintah yang dibiayai dari utang luar negeri diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat mengurangi jumlah pengangguran. 101 Variabel bedakala lags yaitu jumlah angka pengangguran pada tahun sebelumnya diperhitungkan ke dalam persamaan untuk melihat dinamikanya terhadap angka pengangguran pada tahun berjalan. Dengan demikian persamaan angka pengangguran dapat dispesifikasikan sebagai berikut: UNEM t = ag + ag 1 GOREV t + ag 2 UTGOV t + ag 3 GPDBI t-1 + UNEM t-1 + u 32 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.32 dimana: UTGOV t = Jumlah pinjaman luar negeri negeri pemerintah yang sedang berjalan on going loan juta rupiah GPDBI t = Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia juta rupiah UNEM t-1 = Angka pengangguran bedakala satu tahun ribu orang u 32 = Terminologi gangguan UNEM t , GOREV t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: ag 1 , ag 2 , ag 3 0 ag 4 1

25. Permintaan Utang Luar Negeri Pemerintah

Sejalan dengan upaya pencapaian fiscal sustainability dan penyehatan APBN, pemerintah terus mengupayakan berbagai kebijakan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara antara lain melalui peningkatkan pendapatan pemerintah. Namun, mengingat masih terbatasnya sumber penerimaan dalam negeri sementara kebutuhan dana pembangunan yang semakin terus meningkat, maka upaya yang ditempuh pemerintah salah satunya adalah kebijakan pembiayaan defisit. Salah satu cara menutup pembiayaan defisit adalah melalui pengadaan utang luar negeri. Besarnya permintaan utang luar negeri guna menutup kebutuhan pembiayaan defisit ditentukan oleh besarnya PDB, net ekspor, belanja pemerintah, selisih pembayaran utang luar negeri pemerintah tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, dan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri Sachs, 1981 dan Alun, 1992. Sementara itu, untuk melihat kedinamisan permintaan utang luar negeri tahun yang bersangkutan perlu diperhatikan pengaruh permintaan utang luar negeri pada tahun sebelumnya. Oleh karena itu, 102 persamaan permintaan utang luar negeri pemerintah dapat dispesifikasikan sebagai berikut: DULNP t = ag + ag 1 PDBI t + ag 2 NXPRT t + ag 4 GOEXP t + ag 4 DPUGOV t + ag 5 SPRD t +u 33 . . . . . . . . . . . . . . . 5.33 dimana: DUNLP t = Permintaan utang luar negeri pemerintah triliun rupiah PDBI t = Produk domestik bruto Indonesia triliun rupiah DPUGOV t = Selisih pembayaran utang luar negeri pemerintah tahun berjalan dengan tahun sebelumnya triliun rupiah SPRD t = Margin diatas LIBOR persen u 33 = Terminologi gangguan NXPRT t , dan GOEXP t telah didefinisikan sebelumnya. Harapan tanda pada koefisien-koefisien parameter dalam persamaan tersebut adalah sebagai berikut: ag 1 , ag 3 , ag 4 ag 2 , ag 5

26. Produk Domestik Bruto

Dalam perekonomian terbuka, Produk Domestik Bruto adalah jumlah konsumsi rumah tangga, investasi masyarakat, pembelanjaan pemerintah dan jumlah ekspor dikurangi impor net ekspor. PDB ini dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur pendapatan setiap individu dalam perekonomian suatu negara. Selain itu, terdapat beberapa persamaan identitas lainnya, yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari suatu variabel dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Persamaan PDB yang merupakan persamaan identitas tersebut, bersama dengan persamaan-persamaan identitas lainnya dalam sistem APBN untuk Indonesia dapat dinyatakan sebagai: PDBI t = KONS t + INVEST t + GOEXP t + NXPRT t . . . . . . . . . . . 5.34 RPMRN t = RPDIK t + RPKES t + RPTAN t + RPENG t + RPHUB t + RPOTS t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.35 BLJPMB t = RPMRN t + PMBPRY t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.36 GOEXP t = BLJRTN t + BLJPMB t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.37 dimana: PDBI t = Produk domestik bruto Indonesia juta rupiah 103 RPMRN t = Alokasi rupiah murni seluruh sektor juta rupiah PMBPRY t = Pembiayaan proyek dari PHLN juta rupiah KONS t , INVEST t , GOEXP t , NXPRT t , RPDIK t , RPKES t , RPTAN t , RPENG t , RPHUB t , RPOTS t , BLJPMB t , BLJRTN t telah didefinisikan sebelumnya.

27. Utang Luar Negeri Pemerintah

Utang Luar Negeri ULN pemerintah yang sedang berjalan merupakan bagian dari belanja pemerintah dan kebutuhan pendanaan untuk pembiayaan pembangunan apabila terjadi defisit anggaran. Manajemen pengelolaan ULN yang baik akan menentukan efektifitas penggunaan ULN. Disamping itu, adanya salah sasaran dalam pemanfaatan utang pemerintah juga mempengaruhi besarnya ULN pemerintah yang efektif digunakan untuk pembangunan. Persamaan utang luar negeri pemerintah dan persamaan lain yang terkait dengan defisit anggaran, yang merupakan persamaan identitas yang dapat dinyatakan sebagai: UTGOV t = UTDIK t + UTKES t + UTTAN t + UTENG t + UTHUB t + UTOTS t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.38 PUGOV t = PUDIK t + PUKES t + PUTAN t + PUENG t + PUHUB t + PUOTS t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.39 EFUTDIK t = UTDIK t - CORDIK t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.40 EFUTKES t = UTKES t - CORKES t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.41 EFUTTAN t = UTTAN t - CORTAN t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.42 EFUTENG t = UTENG t - CORENG t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.43 EFUTHUB t = UTHUB t - CORHUB t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.44 EFUTOTS t = UTOTS t - COROTS t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.45 FB t = GOREV t - GOEXP t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.46 BUGDEF t = - FB t PDBI t 100 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.47 dimana: PUGOV t = Jumlah pembayaran ULN pemerintah juta rupiah EFUTOTS t = Jumlah pinjaman luar negeri yang efektif digunakan sektor lainnya juta rupiah CORDIK t = Kebocoran penggunaan ULN sektor pendidikan juta rupiah CORKES t = Kebocoran penggunaan ULN sektor kesehatan juta rupiah CORTAN t = Kebocoran penggunaan ULN sektor pertanian dan pengairan juta rupiah 104 CORENG t = Kebocoran penggunaan ULN sektor energi dan pertambangan juta rupiah CORKES t = Kebocoran penggunaan ULN perhubungan dan transportasi juta rupiah COROTS t = Kebocoran penggunaan ULN sektor lainnya juta rupiah FB t = Keseimbangan fiskal juta rupiah BUGDEF t = Rasio defisit anggaran terhadap PDBI persen UTGOV t , UTDIK t , UTKES t , UTTAN t , UTENG t , UTHUB t , UTOTS t , PUDIK t , PUKES t , PUTAN t , PUENG t , PUHUB t , PUOTS t , EFUTDIK t , EFUTKES t , EFUTTAN t , EFUTENG t , EFUTHUB t , GOREV t , GOEXP t , PDBI t telah didefinisikan sebelumnya.

5.6. Identifikasi Model