116
namun elastis untuk jangka panjang. Artinya apabila pemerintah menaikkan belanjanya sebesar 1 persen, maka pemerintah harus menaikkan pendapatannya
sebesar 0.7302 persen untuk jangka pendek dan sebesar 2.2379 persen untuk jangka panjang. Elastis untuk jangka panjang berarti secara prosentase dampak
yang ditimbulkan oleh kenaikan belanja menyebabkan kenaikan yang lebih tinggi di sisi penerimaan.
Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan pemerintah adalah peubah bedakala dengan probabilitas yang sangat signifikan pada taraf kepercayaan 99
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan pemerintah membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali kepada tingkat
keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.5. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Pendidikan
Besarnya alokasi pendanaan rupiah murni untuk pembangunan sektor pendidikan dipengaruhi oleh pendapatan pemerintah, belanja rutin pemerintah,
Angka Partisipasi Sekolah APS anak kelompok usia 7-12 tahun pada tahun sebelumnya dan pertumbuhan angka lama Tahun Lama Bersekolah THSEK
anak kelompok usia 13-15 tahun.
Tabel 15. Hasil Estimasi dan Elasitisitas Rupiah Murni Sektor Pendidikan Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
GOREV 0.011422
0.3027 2.3073
0.137 Pendapatan Pemerintah BLJRTN
-0.004074 -0.0954 -0.7269 0.5735 Belanja Rutin
LAPS -0.625885 -0.0169 -0.1286
0.8904 Lag APS GTHSEK -57.532822 -0.0231 -0.1759
0.0997 Growth THSEK LRPDIK
0.868793 -
- 0.0001 Lag RPDIK
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa kenaikan pendapatan pemerintah akan meningkatkan alokasi pendanaan rupiah murni untuk pembangunan sektor
pendidikan, namun responnya inelastis untuk jangka pendek dan elastis untuk jangka panjang. Artinya setiap kenaikan pendapatan pemerintah sebesar 1 persen
hanya akan menaikkan alokasi rupiah murni sektor pendidikan sebesar 0.3027 persen untuk jangka pendek dan 2.3073 persen untuk jangka panjang. Dalam
117
praktek kenegaraan hal ini berarti kenaikan pendapatan pemerintah tidak seluruhnya dialokasikan untuk meningkatkan pendanaan sektor pendidikan saja,
tetapi juga dialokasikan untuk kebutuhan di luar sektor pendidikan. Disisi lain, perubahan belanja rutin pemerintah dan APS tahun
sebelumnya ternyata secara positif tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan alokasi rupiah murni di sektor pendidikan. Masih ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perubahan alokasi rupiah murni di sektor pendidikan, antara lain angka pertumbuhan THSEK yang mempunyai pengaruh negatif atas alokasi
rupiah murni sektor pendidikan dengan respon yang elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya apabila angka pertumbuhan THSEK
naik, maka alokasi rupiah murni sektor pendidikan untuk tahun ini bisa dikurangi. Setiap 1 persen kenaikan pertumbuhan THSEK akan menurunkan
alokasi rupiah murni sektor ini sebesar 0.0231 persen untuk jangka pendek dan 0.1759 persen untuk jangka panjang. Secara logika hal ini dapat dimengerti
mengingat masih banyak sektor lain yang juga perlu mendapatkan tambahan alokasi anggaran.
Faktor lain yang mempengaruhi alokasi rupiah murni sektor pendidikan adalah peubah bedakala dengan probabilitas yang sangat signifikan pada taraf
kepercayaan 99 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa alokasi rupiah murni sektor ini membutuhkan waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan kembali
kepada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi.
6.2.6. Respon Alokasi Rupiah Murni Sektor Kesehatan