126
Respon perubahan utang luar negeri atas perubahan pembayaran utang luar negeri dan intervensi lender di sektor kesehatan adalah inelastis baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang dengan respon yang positif. Hal ini berarti setiap 1 persen kenaikan pada pembayaran utang luar negeri di sektor
kesehatan akan menaikkan utang luar negeri sektor tersebut sebesar 0.0728 persen dalam jangka pendek dan 0.1089 persen dalam jangka panjang. Demikian
pula, setiap 1 persen kenaikan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh rekanan luar negeri akan menaikkan jumlah pinjaman luar negeri baru
sektor kesehatan sebesar 0.7404 persen dalam jangka pendek dan 1.1077 persen dalam jangka panjang. Hal ini juga dapat dijelaskan bahwa kemampuan
sumberdaya manusia perencana pembangunan di sektor kesehatan masih belum menunjukkan dominasi dalam pembangunan bidang kesehatan, sehingga
cenderung untuk mengikuti perencanaan yang sudah disiapkan oleh kreditur. Lebih jauh lagi, dari variabel peubah bedakala pada Tabel 22 dapat
diketahui bahwa perilaku utang luar negeri di sektor kesehatan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai titik keseimbangannya dalam merespon
perubahan ekonomi yang terjadi. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri sektor kesehatan akan lambat kembali pada keseimbangannya.
6.2.13. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Pertanian dan Pengairan
Di Indonesia, sektor pertanian dan pengairan masih tetap mempunyai peranan besar dalam hal kontribusi terhadap pertumbuhan PDBI, nilai tambah,
penyerapan tenaga kerja dan pengurangan angka kemiskinan di pedesaan. Dengan demikian, sektor pertanian dan pengairan masih layak dan dapat
diandalkan untuk dijadikan sebagai salah satu prioritas dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, untuk mendorong pembangunan sektor
pertanian dan pengairan tersebut diperlukan modal yang besar, baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari swasta, baik yang berasal dari dana
domestik maupun dari pinjaman hibah luar negeri. Hal ini sekaligus akan menjelaskan pendanaan pemerintah yang masih besar dibutuhkan untuk
pembangunan sektor pertanian dan pengairan. Hasil estimasi utang luar negeri di sektor tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.
127
Perubahan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri di sektor pertanian dan pengairan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap utang luar negeri,
sementara perubahan alokasi rupiah murni tidak mempunyai pengaruh yang nyata atas keberadaan utang luar negeri di sektor ini, meskipun tandanya sesuai
dengan harapan. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap 1 persen kenaikan tingkat suku bunga pinjaman luar negeri akan menurunkan pinjaman luar negeri sebesar
0.3095 persen dalam jangka pendek dan 0.9727 persen dalam jangka panjang. Penjelasan lebih lanjut adalah investasi di sektor pertanian mempunyai rate of
return dan multiplier effect yang rendah sedangkan pinjaman luar negeri adalah utang yang harus dibayar di kemudian hari. Dengan demikian Pemerintah akan
memilih menggunakan dana rupiah murni untuk membangun sektor pertanian dan pengairan apabila terjadi kenaikan suku bunga pinjaman.
Tabel 23. Hasil Estimasi Elastisitas Utang LN Sektor Pertanian dan Pengairan Variable
Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable Label
Estimate E
SR
E
LR
RPTAN -0.012048 -0.0097 -0.0304
0.8467 Pengel. Rp S. Pertanian PUTAN
0.27711 0.0528
0.1659 0.1572 Pemb. Utang S. Pertanian
DRVTAN 3.242466
0.5895 1.8527
0.0001 Lender Driven S. Pertanian LIBOR
-317.049439 -0.3095 -0.9727 0.0002 Suku Bunga LIBOR
LUTTAN 0.681812
- -
0.0001 Lag UTTAN
Sebaliknya, perubahan kebijakan lender dalam hal pengadaan barang dan jasa di sektor pertanian dan pengairan mempunyai pengaruh yang positif atas
keberadaan utang di sektor ini dengan respon yang inelastis untuk jangka pendek tetapi elastis untuk jangka panjang. Hal ini berarti setiap 1 persen kenaikan
pembayaran utang luar negeri di sektor pertanian dan pengairan akan menyebabkan kenaikan pinjaman luar negeri di sektor ini sebesar 0.0528 persen
untuk jangka pendek dan 0.1659 persen untuk jangka panjang. Hasil estimasi ini sejalan dengan penelitian Sachs tahun 1981 dan 1982. Berdasarkan penelitian
tersebut, negara yang mempunyai masalah dalam pelunasan utang luar negerinya cenderung untuk tidak menunda membayar utangnya karena pilihan menunda
akan menghadapi risiko gangguan dalam perdagangan internasional dan arus modal masuk. Karena itu, kenaikan dalam pelunasan utang cenderung menaikan
utang luar negeri.
128
Selain itu, setiap 1 persen kenaikan pengaruh lender dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa akan menyebabkan kenaikan pinjaman luar negeri
sebesar 0.5895 persen untuk jangka pendek dan 1.8527 persen untuk jangka panjang. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kesiapan sumberdaya manusia
Indonesia untuk pembangunan sektor pertanian dan pengairan masih lemah dan belum dapat mempengaruhi kebijakan pembangunan di bidang pertanian dan
pengairan yang sudah disiapkan dengan baik oleh sumberdaya manusia lender kreditur.
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku utang luar negeri di sektor pertanian dan pengairan adalah variabel peubah bedakala dengan taraf yang
cukup signifikan. Artinya apabila terjadi gejolak perekonomian, utang luar negeri di sektor pertanian dan pengairan akan membutuhkan waktu yang lambat
untuk kembali pada keseimbangannya.
6.2.14. Respon Penggunaan Utang LN di Sektor Pertambangan dan Energi